NovelToon NovelToon
Menjadi Simpanan Om Davendra

Menjadi Simpanan Om Davendra

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia / Pelakor / Romansa
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Lyaliaa

Allea, yang biasa dipanggil Lea adalah seorang siswi kelas 3 SMA. Awalnya dia bukan anak nakal, dia hanya anak manja yang selalu dapat kasih sayang kedua orangtuanya. Dia berasal dari keluarga kaya raya. Namun tak ada yang abadi, keluarga cemaranya hancur. Ayah dan ibunya bercerai, dan dia sendirian. Sepertinya hanya dia yang ditinggalkan, ayah—ibunya punya keluarga baru. Dan dia? Tetap sendiri..
Hingga suatu ketika, secara kebetulan dia bertemu dengan seorang pria yang hampir seumuran dengan ayahnya. Untuk seorang siswi sepertinya, pria itu pantasnya dia panggil dengan sebutan om, Om Davendra.
Dia serasa hidup, dia serasa kembali bernyawa begitu mengenal pria itu. Tanpa dia sadari dia telah jauh, dia terlalu jauh mendambakan kasih sayang yang seharusnya tidak dia terima dari pria itu.
Lantas bagaimana dia akan kembali, bagaimana mungkin ia bisa melepaskan kasih sayang yang telah lama hilang itu...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyaliaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 13

Awan gelap menutupi langit malam, angin berhembus lebih kencang dari biasanya. Allea bisa mendengar dedaunan yang saling bergesekan dari luar jendelanya. Sepertinya akan turun hujan. Allea menatap layar ponselnya dengan mata lelah.

Pesan dari Davendra terus masuk, belum lagi panggilan yang tak ada habisnya. Ia membaca pesan-pesan itu tanpa berniat untuk membalas.

4 Panggilan tak terjawab.

[Ada apa? Kenapa tak mengangkat telepon?]

[Angkat sayang]

2 Panggilan tak terjawab.

[Om ingin bicara]

1 Panggilan tak terjawab.

[Kau tahu aku tidak suka diabaikan, kan?]

Allea menarik nafas dalam, tangan kecilnya gemetar saat ia ingin mengetik sesuatu, namun akhirnya ia menghapusnya sebelum pesan itu selesai untuk dikirim. Pikirannya berkecamuk, berdebat dengan hatinya sendiri yang memiliki keinginan yang berbeda satu sama lain.

Ia terdiam sejenak sambil memejamkan matanya, hingga Allea mengambil satu keputusan, ia menekan tombol blokir.

Sekarang, tidak akan ada lagi pesan atau panggilan darinya. Tidak ada lagi Davendra yang akan mengusik pikirannya. Sejak kembali dari pantai, pikiran Allea dipenuhi oleh bayangan mesra Davendra dan istrinya. Ia tak bisa tenang bahkan sedetik pun, rasanya begitu dia menyuap makanan dia teringat pria itu.

Rasanya menyesakkan, ia berharap keputusan yang dia ambil memberikan ketenangan. Tapi tidak —nyatanya, meski layar ponselnya sudah sepi, pikirannya tetap gaduh. Ia terjaga hingga dini hari, berguling di atas kasurnya, meremas selimut, dan mencoba menenangkan diri. Namun apapun yang dia lakukan serasa sia-sia.

Apakah keputusannya benar? Atau justru ia membuat segalanya menjadi lebih buruk?

Tiga hari kemudian—..

Allea bangun dengan kepala pusing. Ia tidur larut lagi semalam, dan sekarang tubuhnya terasa berat. Dengan malas, ia turun dari tempat tidur, lalu berjalan menuruni anak tangga dengan langkah lunglai.

"Air—..," gumam Allea begitu sampai di dapur, ia langsung membuka lemari pendingin untuk mengambil air minum.

Piyama merah muda yang ia pakai tampak sedikit kusut, rambutnya agak berantakan, dan wajahnya masih terlihat mengantuk.

"Nona sudah bangun, susah tidur lagi semalam?" tanya Bi Len yang sedang memotong daging untuk menjadi menu makan siang. Sudah beberapa hari ini dia melihat Allea bangun kesiangan dengan muka sembab dan pucat itu.

"Emmm,.. sepertinya ada hantu di kamar ku, Bi," jawab Allea setengah bercanda. Allea menuangkan air putih dalam gelas yang baru saja di ambilnya.

"Aha, Nona ada-ada saja."

"Iya kan, mungkin hantunya hanya bergentayangan di kepalaku," Allea meneguk air dalam gelasnya. "Tapi Bi, tumben masak daging." Meskipun matanya masih tampak sayu, ia masih bisa melihat apa yang sedang di masak Bi Len dengan jelas.

"Ya, Bapak datang. Jadi beliau ingin dimasakkan daging, Nona juga tahu Bapak suka daging cincang kan," Bi Len tersenyum kecil pada Allea.

"Bi Len memang yang terbaik, Eh tunggu.. Ayah datang?" Mata Allea langsung terbuka lebar begitu menyadari ayahnya datang. Ia memang ingin membicarakan sesuatu dengan ayahnya. Mungkin sekarang adalah waktu yang tepat.

"Iya, Bapak tidak mengabari Nona? Bapak sedang di ruang tamu sekarang, ada—. Allea langsung bergegas pergi menuju ruang tamu tanpa mendengarkan kalimat Bi Len sampai selesai. "—tamu," lanjutnya. Namun Allea sudah menghilang dari dapur.

"Ayah?" suara Allea terdengar serak karena baru bangun tidur. "Kenapa ayah tidak mengabari akan datang?" Ia menghela napas pelan dan berjalan mendekat dengan gelas air masih di tangannya.

Tapi sebelum ia bisa duduk, matanya menangkap sosok lain disana bersama ayahnya.

Seseorang yang dikenalnya —seseorang yang tidak seharusnya ada di sana—seseorang yang membuatnya tersedak—Davendra.

Refleks, Allea menyemburkan air yang baru saja ia teguk. Tentu saja, langsung mengenai tepat di wajah dan kemeja pria itu.

"Ya Tuhan, Lea!" Ayahnya panik, ia langsung buru-buru memanggil Bi Len.

Allea sendiri masih syok, sementara Davendra menghela napas panjang, mengusap wajahnya yang basah dengan ekspresi datar tanpa berkata apapun, tapi matanya mengunci pandangan ke arah Allea, seolah menuntut penjelasan.

"Ma-maaf…" Allea tergagap.

"Iya pak?" tanya Bi Len yang muncul di tengah-tengah mereka dengan pisau di tangannya. Ayahnya sedikit terkejut, namun dengan segera mengendalikan dirinya. "Bi, tolong minta Jeremy untuk membawa kan baju ganti, " pinta Zean cepat.

"Baik pak," Bi Len bergegas pergi setelah melihat Allea dan Davendra bergantian. Ia merasa kasihan pada Allea yang berdiri mematung di samping sofa.

Zean menggeleng pelan, lalu mencoba mengalihkan suasana. Lagipula Allea sudah meminta maaf. "Lea, duduklah.. Ayah baru saja membahas kuliahmu."

"Kuliah?" Allea masih terlalu kaget untuk mencerna.

"Ya." Ayahnya menjawab dengan santai. "Kebetulan Davendra menyarankan sesuatu. Bagaimana kalau kau kuliah di universitas yang sama dengan Deon? Kalian juga sekelas sebelum ini kan?"

Allea membatu.

"Setelah ayah lihat, Universitas nya bagus, Davendra juga membantu ayah mengumpulkan beberapa universitas sebelum ini," lanjut ayahnya.

"Ada apa ini? Memangnya dia punya hak apa ikut campur memutuskan dengan ayahku??" batin Allea kesal.

Dia terlambat. Allea baru saja ingin membahas hal yang sama dengan ayahnya, dia ingin berkuliah di luar negeri. Tapi setelah melihat ayahnya yang tampak yakin dengan pilihannya membuat Allea ragu keinginannya akan dipenuhi.

Ia yakin pasti Davendra sudah merencanakan sesuatu, dan benar saja. Saat Allea menoleh ke arahnya, pria itu sedang menatapnya dengan ekspresi menang.

"Ini Pak," suara Bi Len langsung menghentikan pembicaraan mereka.

"Gantilah bajumu dulu," ucap Zean sambil memberikan kaos berwarna biru yang baru saja di bawa Bi Len padanya. "Lea, antar Om Dav ke kamar mandi, ya. Biar dia bisa mengganti bajunya."

Allea tertegun. "A-apa? Aku?"

"Ya, siapa lagi? Bi Len harus kembali ke dapur."

Jantungnya mulai berdetak tak karuan, ia ingin menolak, tapi takut ayahnya akan curiga jika ia menolak tanpa alasan.

"Emmm," Allea akhirnya mengangguk pelan, lalu berjalan menuju lorong samping dapur. Langkahnya terasa berat. Davendra mengikutinya dalam diam.

"Disini," ujar Allea singkat, menunjuk pintu kamar mandi.

Ia berbalik, berniat segera pergi, tapi—tangannya tiba-tiba ditarik. Seseorang menariknya. Dengan satu gerakan cepat, Davendra mendorong gadis itu hingga tubuhnya menempel ke dinding.

"Omm…!" Allea terkejut.

Pria itu menatapnya tajam, matanya menyipit penuh amarah. "Kenapa kau menghindari ku?" tanyanya dingin.

"Le—lepaskan," Allea meronta, tapi genggaman Davendra semakin kuat.

"Kau mengabaikan pesanku."

"Itu.. Aku hanya—"

"Kau juga memblokir ku?!"

Allea terdiam.

"Sayang— kau sedang merencanakan apa?" bisik Davendra, wajahnya semakin dekat. "Jadilah gadis baik dan jangan bertingkah."

"Om.., cukup! Kita—"

Davendra membungkam bibir gadis itu dengan ciumannya. Dalam dan menuntut agar ucapannya tak dibantah. Allea langsung melotot, tubuhnya membeku. Ia mencoba mendorong dada pria itu, tapi tenaganya tak sebanding.

Ia panik. Mereka di rumahnya. Ayahnya, Bi Len dan mungkin Pak Jeremy ada di sekitar sana. Yang pasti Bi Len ada di dapur, tempat yang sangat dekat dengan lorong.

"Ummh…!" Allea mengerang ketika Davendra menggigit bibir bawahnya. Rasanya perih.

Pria itu akhirnya melepaskan ciumannya, tapi tidak dengan genggamannya. Ia menatap gadis itu yang terengah-engah, matanya penuh emosi.

"Jangan pernah mencoba menghilang dariku lagi," suaranya rendah, tapi terdengar ada kesedihan disana.

Allea menatapnya dengan mata penuh kemarahan. Tanpa berpikir panjang, ia mendorong pria itu sekuat tenaga yang dia bisa keluarkan hingga akhirnya terlepas.

"Nona ingin makanan penutup apa?" tanya Bi Len begitu melihat Allea melewati dapur.

Tapi ia tak menjawab, Allea bahkan tak menoleh sedikit pun ke arah Bi Len. Dia bergegas menaiki tangga, setengah berlari sambil menutupi mulutnya.

"Nona?" tanya Bi Len khawatir.

Ia harus menjauh. Allea harus menenangkan pikirannya. Pria itu—dia berbahaya.

...----------------...

1
sunshine wings
Gimana bilangnya ya.. akan sampe kemana hubungannya Om Dav sama Lea?
sunshine wings
Luar biasa
Elvinzam 2322
lanjut kak upnya tambah banyak lgi 🤗🤗🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!