Saat Sora membuka mata, dia terkejut. Dia terbangun di sebuah hutan rindang dan gelap. Ia berjalan berusaha mencari jalan keluar, tapi dia malah melihat sebuah mata berwarna merah di kegelapan. Sora pun berlari menghindarinya.
Disaat Sora sudah mulai kelelahan, dia melihat sesosok pria yang berdiri membelakanginya. "Tolong aku!" tanpa sadar Sora meminta bantuannya.
Pria itu membalikkan badannya, membuat Sora lebih terkejut. Pria itu juga memiliki mata berwarna merah.
Sora mendorongnya menjauh, tapi Pria itu menarik tangannya membuat Sora tidak bisa kabur.
"Lepaskan aku." Sora terus memberontak, tapi pegangan pria itu sangat erat.
"Kau adalah milikku!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bbyys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 Permen Langka
Hari telah berganti, seperti perjanjian. Mulai hari ini Sora akan bekerja sebagai Asisten Jendral.
Setelah sarapan Sora langsung pergi menuju ruangan Jendral. Javier sudah menunggu di depan pintu.
"Masuklah!" Javier membukakan pintu.
Dengan perasaan gugup Sora masuk kedalam. Jendral sedang duduk di meja kerjanya di ujung ruangan. Ada banyak kertas yang menumpuk di atas meja.
"Kau sudah datang." sambut Ashley ketika ia melihat Sora datang. lalu kembali bekerja. Tangannya tidak berhenti bekerja.
"Mari nona. Saya sudah menyiapkan meja kerja khusus untuk anda."
Javier mengarahkan Sora ke meja kerja yang terlihat baru. Letaknya tak jauh dari meja Jendral, diletakkan di sebelah kiri.
"Javier berikan dokumen ini." tunjuk Ashley.
Javier membawakan setumpuk dokumen itu dan meletakkannya diatas meja Sora.
"Kau hanya perlu menyusun dokumen-dokumen itu." ucap Ashley.
Hari pertama bekerja sebagai asisten tidak terlalu sulit. Sora hanya menyusunnya berdasarkan judul serta tahunnya. Seperti kembali ke sekolah, melakukan hal ini cukup menyenangkan.
Javier menuangkan segelas teh di meja Sora dan memberikan sepiring kue kering yang terlihat enak.
"Selamat bekerja, nona." ujar Javier menyemangati.
"Terima kasih!"
Perkerjaan terus diberikan kepadanya, dokumen-dokumen terus menumpuk di atas meja Sora. Dokumen dimeja Jendral juga masih banyak.
'Apa ia selalu mengerjakan pekerjaan sebanyak ini?' batin Sora.
Jendral Ashley adalah seorang duke dan juga seorang pemimpin dari pasukan. Selain mengurusi beberapa dokumen, kadang kala ia turut ikut adil dalam perburuan. la terlihat sangat sibuk.
"Sudah waktunya makan siang." ucap Javier saat mendengar suara seseorang mengetuk pintu.
Dibukanya pintu itu, seorang pelayan datang dan membawakan nampan berisi makanan. Javier membawanya masuk dan menatanya di atas meja makan.
"Istirahatlah!" ujar Jendral. la meletakkan penanya dan berjalan menuju meja makan. Sora mengikutinya, Sora merapikan dokumen dan berjalan keluar.
Ketika Ashley melihat Sora berjalan keluar ia bingung. Ia pun berkata, "Tunggu! Kau mau kemana?"
Sora memandangi Ashley dengan tatapan bingung. "Tentu saja untuk makan siang." jawab Sora.
"Kau tidak perlu ke tempat itu lagi." ujar Ashley.
"Kenapa?"
'Apa aku harus menunggunya selesai makan baru bisa makan juga.' batin Sora.
"Mulai hari ini kau akan makan siang disini." tutur Ashley.
"Apa?!" Sora terkejut. Apa maksudnya dengan makan siang disini? Apa ia akan makan bersama dengannya?
"Duduklah, Nona." ucap Javier.
Javier menyajikan dua buah piring steak daging di atas meja.
"Apa ini untukku?" tunjuk Sora ragu.
"Tentu saja."
"Lalu bagaimana dengan Javier? Apa anda tidak makan?"
"Saya akan makan setelah kalian selesai makan." ujarnya.
Javier adalah seorang wakil jendral tapi ia bersikap layaknya pelayan pribadi. Apa memang seperti itu tugasnya. Sora mengira wakil jendral hanya membantu mengurusi urusan camp disaat Jendral tidak ada di tempat tapi ternyata ia mengurusi hal-hal pribadi juga.
"Sepertinya makanan ini terlalu mewah untukku." tolak Sora.
Sora merasa tak enak dengan pelayan lain. Mereka sama-sama pelayan tapi apa hanya ia yang bisa merasakan makanan mewah seperti ini. Sora jadi teringat kepada Flora yang sangat menginginkan makanan itu.
"Itu untuk perbaikan gizi."
"Perbaikan gizi?"
"Apa kau tidak lihat tubuhmu yang kurus seperti papan. Rata dan tak berbentuk sama sekali." ujar Ashley santai.
Sora memperhatikan tubuhnya. Tubuhnya memang kecil tapi tidak sampai kurus seperti yang ia katakan.
"Anggap saja ini sebagai bentuk perhatianku. Aku tidak ingin kau mati saat aku meminum darahmu. Dengan kondisi tubuhmu seperti itu, kau tidak akan bisa bertahan lebih dari beberapa bulan."
Ketika Sora mendengar ucapan Ashley ia cemberut kesal.
Tanpa ragu Sora duduk, duduk ditempat yang sama seperti kemarin. Sora melihat steaknya yang sudah di potong kecil-kecil.
Sora senang melihatnya, ia memasukkan daging itu kedalam mulutnya. Rasanya tidak berubah, rasanya sangat nikmat. Rasa gurih menyebar didalam mulutnya.
Setelah makan siang selesai, Sora membantu Javier merapikan mejanya. Javier keluar ruangan, Sora dan Ashley kembali menyelesaikan dokumen itu.
Sora makan disini dua kali sehari, makan siang dan malam. Ia kembali di malam hari dan hanya bisa bertemu Flora sebelum waktu tidur.
"Flora!" Sora langsung memeluk temannya. "Bagaimana harimu?"
"Seperti biasa. Tidak ada yang istimewa."
sahutnya.
"Bagaimana denganmu?" tanya Flora balik.
"Sangat berat. Aku harus berhadapan dengan tumpukan kertas yang tingginya hampir setinggi diriku." ucap Sora sambil menghela nafas panjang.
Sora menyenderkan tubuhnya mendekati Flora, Flora hanya mengelus punggungnya dengan lembut.
"Apa kau sudah makan? Aku tidak melihatmu di jam makan siang ataupun makan malam." ucap Flora dengan nada khawatir.
"Jendral menyiapkan makan siang dan makan malam di ruangannya." jelas Sora.
"Kau makan bersamanya?" Sora mengangguk kepalanya, mengiyakan.
Wajah Flora terlihat tampak tak percaya sekaligus bingung. "Kenapa?"
"Agar tidak menghabiskan waktu. Kau tahu, pekerjaan jendral sangat banyak. Jadi untuk mempersingkat waktu, aku disuruh makan bersamanya." ujar Sora.
"Oh iya, Aku membawakan kue untukmu."
Sora berusaha mengalihkan perhatian Flora. Ia mengeluarkan kue kering yang sudah ia bungkus dengan sapu tangannya. Menyodorkannya ke arah Flora.
"Makanlah!"
"Enak banget!" la terlihat sangat menyukainya. "Kuenya sangat manis dan wangi butternya sangat harum."
Sora merasa senang karena temannya menyukai kue yang dia bawa.
"Lain kali akan kubawakan lagi." ujar Sora.
Berhari-hari Sora berkecimpung dengan tumpukan dokumen. Rasanya dokumen itu tidak berkurang.
Sora melihat Jendral yang bekerja tak kenal lelah, setiap hari ia melihat banyak orang masuk silih berganti memberikan informasi tentang camp ataupun kemunculan monster.
Ketika seseorang masuk keruangan Jendral. Mereka selalu melirik melihat ke arah Sora. Melihatnya yang sedang sibuk bekerja.
Lambat laun rumor tentang dirinya yang benar-benar bekerja mengurusi dokumen tersebar dan menutupi rumor buruk itu.
Beberapa orang mulai memperlakukannya seperti biasanya. Beberapa dari mereka juga meminta maaf padanya. Hanya pengikut Elena yang tidak mau mengakuinya.
Setiap kali Sora berpapasan dengan Elena, raut wajahnya tampak buruk. la terlihat sangat kesal.
Selain mengurusi dokumen, perjanjian utamanya adalah memberikan darah. Hampir seminggu sekali, kutukan Jendral kambuh. la akan berperilaku layaknya hewan buas dan menyerangnya dengan kasar.
la terus menggigitnya dan menghisap darahnya.
Javier selalu ada disana dan menghentikan Jendral agar tidak meminum terlalu banyak sesuai perintahnya. la tahu kalau ia tidak selamanya bisa mengendalikan diri.
"Minumlah obatmu!"
Ashley memberikan botol kecil itu lagi. Sora hanya memandanginya, tak ingin mengambil atau meminumnya.
"Hah!"
Ashley hanya bisa menghela nafasnya, ia meneguk obat itu dan memasukan kedalam mulut Sora melalui mulutnya. la terus melakukannya karena Sora selalu menolak untuk meminumnya.
Sora masih tidak bisa terbiasa dengan rasa pahit dan amisnya. Ia melihat kesekeliling mencari gula. ingin langsung mengemut gula itu.
"Makanlah ini!" Ashley menyodorkan sebuah permen berbentuk bulat warna-warni yang diletakkan didalam toples kecil. Sora mengambil permen itu dan memasukkannya kedalam mulutnya.
"Manis!"
Rasa manis menyebar didalam mulutnya.
Tekstur permennya lembut dan langsung meleleh di mulut. Rasa pahitnya hilang digantikan rasa manis dari permen.
"Enak?" tanya Ashley karena melihat ekspresi wajah Sora yang terlihat sangat menyukainya.
"Enak sekali!" Sora mengacungkan jempolnya.
Ashley menjadi tertarik, ia mengambil sedikit permen dari toples dan memasukkannya ke dalam mulutnya.
"Ukh!" Ekspresi wajahnya berbeda, Ashley tidak menyukainya. "Terlalu manis!"
Sora hanya bisa tertawa melihat tingkahnya.
Semenjak bekerja bersamanya, Sora jadi mengetahui beberapa hal tentangnya. Jendral Ashley tidak terlalu menyeramkan seperti saat pertama kali mereka bertemu. Tatapannya terkadang dingin tapi kadang kala bisa lembut.
la juga pemilih. Banyak makanan yang tidak ia sukai, seperti sayuran ataupun makanan manis. Sora selalu memperhatikannya dan menganggapnya lucu.
"Darimana mendapatkan permen ini?" tanya Sora.
"Seseorang memberikannya. Aku tidak menyukai makanan manis jadi kamu bisa memilikinya." tutur Ashley.
"Benarkah?"
Sora melompat kegirangan. Ia akan membagikannya kepada Flora. Ia tidak bisa membayangkan wajah apa yang akan Flora tunjukkan.
"Kau menyukainya?"
"Iya!"
Sora melihat sudut bibir Ashley terangkat, ia tersenyum saat melihat senyuman nya? Senyumannya sangat indah, membuat jantung Sora tiba-tiba berdetak kencang.
"Kau sakit?" tanya Ashley ketika Ia melihat wajah Sora yang memerah.
"Tidak. Aku sehat." ucap Sora cepat.
Sora tidak bisa memberitahunya kalau wajahnya memerah saat melihat senyuman Pria itu.
...****************...
Malam telah datang, Sora langsung
menghampiri Flora yang sudah ada di dalam kamar.
"Flora, Aku membawakanmu permen."
Sora menyodorkan setoples permen itu. Flora terdiam, ia bolak-balik memandangi Sora dan permen.
"Darimana kau mendapatkannya?" tanya Flora dengan raut wajah terkejut.
"Dari Jendral. Kenapa?" tanya Sora yang menyadari ekspresi aneh temannya itu.
"Kudengar permen ini adalah permen langka. Tidak banyak bangsawan yang bisa mendapatkannya. Mereka harus menunggu hingga 3 bulan hanya untuk permen ini."
"3 bulan?"
Sora tidak tahu kalau permen ini ternyata sangat berharga. Bagaimana bisa sebuah permen menjadi barang langka.
"Aku melihat Elena memamerkan permen itu dan meledek semuanya karena tidak bisa memakannya." ujar Flora.
"Cobalah!" Sora memberikan permen itu, memasukkannya langsung kedalam mulut Flora.
"Enak banget!"
Ekspresi Flora sama seperti ekspresinya saat pertama kali memakannya.
"Makanlah lagi." tawar Sora lagi.
"Rasanya aku ingin menyombongkan diri ke Elena dan memamerkannya. Aku tidak bisa membayangkan ekspresinya seperti apa." ucap Flora dengan nada menggebu-gebu.
Sora memikirkan hal yang sama. Ia juga sangat ingin melihat ekspresi Elena seperti apa.
.
.
.
Seminggu telah berlalu, Sora kembali
mengerjakan dokumen-dokumen itu. Tumpukan dokumen sudah berkurang, mejanya sudah tampak lebih luas.
"Kotak apa itu?"
Sora melihat Javier masuk kedalam dan membawa kotak yang cukup besar ditangannya.
Dibukanya kotak itu, membuat mata Sora terbelalak. Didalamnya berisi beberapa toples permen. Jika dihitung ada sekitar 10 toples.
"Banyak sekali!" ujar Sora.
"Karena nona terlihat menyukai permennya. jadi jendral secara khusus membelinya lagi." Javier menjelaskan.
Sora bisa melihat tatapan puas di wajah Ashley.
"Tapi ini terlalu banyak. Kata Flora permen ini sulit di dapatkan, bagaimana bisa anda mendapatkan sebanyak ini?" protes Sora, ia merasa tidak nyaman.
"Tentu saja dengan menemui pemiliknya dan memberikan harga yang pantas." jelas Ashley santai.
'Flora bilang kalau para bangsawan harus menunggu selama 3 bulan hanya untuk mendapatkannya. Tapi Jendral bisa mendapatkannya hanya dalam waktu seminggu dan dalam jumlah banyak. Bagaimana reaksi para bangsawan itu jika mengetahuinya.'
"Kau bisa berbagi dengan temanmu."
tawarnya.
Ketika Sora mendengar itu ia merasa senang. Dan langsung berterima kasih kepada Ashley.
...****************...
Sora membawa 3 toples permen dan
memberikannya kepada Flora. Wajahnya terkejut hingga mulutnya terbuka.
"Apa Jendral memberikan semua ini?"
kaget Flora.
"Iya. Semuanya untukmu." ucap Sora antusias.
"Semuanya?!" Ekspresi wajah senang Flora tidak bisa ditutupi, ia memandangi temannya dengan tatapan tak percaya.
"Lalu bagaimana denganmu? Kau tidak ingin permennya?"
"Masih ada beberapa di ruangan Jendral." sambung Sora.
"Masih ada!" ekspresi tak percaya kembali terpancar diwajahnya.
"Ada sekitar 7 toples lagi."
"Jendral memberikanmu banyak permen?"
"Iya. Aku hanya mengatakan kalau aku suka permennya dan dia malah memberiku lebih banyak lagi. Padahal aku tidak butuh sebanyak ini!" protes Sora. Tapi ia juga berterima kasih dengannya dengan tulus.
"Kau bisa memberikannya kepada
teman-teman. Bukankah kau bilang ingin melihat reaksi Elena." ucap Sora menggoda temannya.
"Apa kau tidak merasa jendral terlalu perhatian padamu?"
Tiba-tiba Flora mengatakan hal yang aneh. Sora memandanginya dengan mata yang terbuka lebar.
"Itu karena aku adalah asistennya." sanggah Sora santai.
"Tidak! Sikapnya terhadapmu sedikit berbeda. Sebelumnya, jendral tidak pernah peduli dengan sekitarnya ataupun yang lainnya."
Flora berusaha menjelaskan. tapi Sora tidak bisa memberitahu temannya. Perhatian itu hanya untuk mempertahankan hidupnya karena jendral butuh darahnya.
"Itu tidak mungkin." Sora berusaha menyanggah tanggapan temannya itu. Ada hal yang tidak temannya ketahui dan ia tidak bisa memberitahunya. Jadi tentu saja kalau Flora beranggapan hal-hal aneh tentang jendral dan dirinya.
Meskipun sikap jendral sudah sedikit melunak tapi ia tetaplah seorang vampire, mahluk berdarah dingin yang kapan saja bisa membunuhnya.
Perhatian itu hanyalah sementara.