Elara tidak tahu apa yang terjadi padanya setelah dirinya sadarkan diri. Tubuhnya yang terasa remuk dengan pakaian yang sudah berceceran di lantai.
"Apa yang terjadi padaku?"
Elara ingin sekali menyangkal apa yang terjadi pada dirinya, tapi keadaannya yang sudah menjelaskan semua apa yang tengah dia alami meskipun tidak tahu siapa yang tega melakukanya. Malam itu dunia Elara hancur saat kesuciannya di rampas oleh orang yang tidak dia tahu sama sekali.
Setelah lama dalama kesulitan bersama buah hatinya, tiba-tiba seseorang yang tidak dia kenal datang dan membuat kehidupannya berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ijinkan aku menjadi pelayan
Sebuah melintas dengan kecepatan tinggi, tapi mobil itu tiba-tiba mengerem mendadak saat melihat sesuatu yang membuat darahnya langsung mendidih.
Noah keluar dari dalam mobil dengan tatapan tajam, amarahnya benar-benar sudah diubun-ubun siap untuk meledak.
"Bajin*gan!!"
Bugh
Dari belakang Noah langsung menendang seorang pria yang ingin melecehkan wanita yang sudah terkulai lemas karena tumbuhnya yang lelah.
Tatapan Noah berubah menjadi tatapan belati yang siap menggorok leher pria yang berusaha bangun dengan keadaan sempoyongan, ternyata pria bedebah itu mabuk.
"Mati kau!!"
Bugh
Bugh
Bugh
Noah berkali-kali meluncurkan kepalan tinjunya berulang kali sampai membuat wajah pria brengsek itu tak berbentuk lagi. Deru napas Noah memburu tak beraturan saat dirinya sudah meluapkan amarahnya yang sudah mengumpul sejak siang tadi.
Bruk
Noah menghempaskan pria brengsek itu kasar yang sudah tak sadarkan diri, membuang ludah Noah berbalik dan menatap wanita yang sejak tadi duduk memeluk tubuhnya sendiri dengan terisak.
Noah berdiri menjulang tinggi didepan Elara yang perlahan mendongak, wajahnya basah dan kusam keduanya matanya sembab dengan jejak air mata yang masih basah.
"M-maaf, tolong jangan pisahkan bayiku." Lirih Elara sebelum matanya tertutup dan tubuhnya ambruk ke tanah kalau saja Noah tidak cepat menangkapnya dan membawa Elara pergi masuk kedalam mobilnya.
"Kau membuatku takut Elara," Gumam Noah sebelum menjalankan mobilnya.
*
*
Sampainya di rumah, Noah menyuruh pelayan untuk membersihkan tubuh Elara dan menggantikan pakaiannya, Noah memilih menunggu diluar sambil melihat pekerjaannya dari ponsel, hingga tiga puluh menit kemudian pelayanan keluar dari kamar membuat Noah memilih menyudahi kegiatannya.
"Nona sepertinya demam tuan, di atas nakas sudah ada obat dan makanan untuk nona." ucap pelayan yang sepertinya kepala ketua pelayanan disana.
"Hm," Noah hanya berdehem tanpa menujukan ekpresi apapun, pria itu masuk kedalam kamar dan menutup pintunya.
Dilihatnya wajah Elara yang tampak pucat buliran keringat nampak muncul, membuat Elara seperti tidak nyaman dalam tidurnya.
"Tuan, maafkan saya," lirik Elara dalam tidurnya dengan wajah mulai bercucuran keringat.
Noah duduk disisi Elara terbaring, pria itu mengusap wajah Elara yang basah menggunakan pugung tangannya.
"Bayiku, jangan pisahkan tuan, saya minta maaf," Elara beberapa kali bergumam minta maaf membuat Noah menghela napas.
Inikan yang Elara mau, tapi kenapa sekarang malah menyusahkan dirinya sampai demam seperti ini. Elara ini terlalu kuat memaksakan diri, padahal ia juga butuh merawat bayinya sendiri tapi sok-sokan ingin meninggalkannya.
"Tidak aku maafkan, jika kamu tidak mau bangun!" Bisik Noah namun terdengar nada ancaman ditelinga Elara.
Wanita itu langsung membuka ma matanya gelagapan, Elara langsung duduk membuat Noah reflek menarik diri dengan cepat.
"Bayiku," Elara menatap kesekeliling dan tatapannya terdiam pada Noah yang juga sedang menatapnya.
"Tuan, aku minta maaf. Aku minta maaf jangan halangi aku untuk melihat bayiku," Air mata Elara kembali luruh, bahkan kedua tangannya kini menggenggam tangan Noah dengan erat, wajah Elara benar-benar ketakutan.
Noah memilih melepaskan tangan Elara yang menggenggamnya erat, di ambilnya makanan di atas nakas dan menyuapkan ke mulut Elara.
"Makanlah, setidaknya kau butuh tenaga untuk minta maaf dengan benar." Noah menatap Elara datar membuat Elara menunduk takut, tangan Noah yang menggantung dengan sendok berisi makanan pun tidak Elara terima.
"Apa kau tidak ingin melihat putramu yang kau buang, apa kau sudah benar-benar tidak mau melihatnya lagi! kalau begitu aku akan membawa Noel ke-"
"Tidak tuan! jangan bawa bayiku pergi," Elara langsung meraih tangannya Noah yang tadi masih menggantung, memasukkan sendok makanan kedalam mulutnya sendiri.
Elara begitu lahap dengan wajah takutnya membuat Noah menahan tawa dalam hati.
"Habiskan, minum obat mu." titah Noah yang memberikan piring yang ia pegang pada Elara.
Dengan patuh Elara menghabiskan makanan itu, perutnya yang kelaparan tidak membuat Elara malu ataupun sungkan makan tergesa didepan Noah. Justru Elara menunjukan sifat aslinya, karena jika wanita lain mungkin akan jaim dan memakai topeng untuk terlihat anggun didepan seorang Noah Azarel Jhonson.
Setelah makan dan minum obat, kini Elara duduk bersandar dengan Noah yang menatapnya, lama-lama ditatap Noah seperti itu membuat Elara kok malu sendiri.
"Tuan, kenapa menatapku seperti itu," Lirih Elara dengan kepala menunduk.
Noah sendiri tidak tahu apa yang ia lakukan, hanya saja melihat Elara dalam jarak dekat seperti ada ketengan yang ia rasakan, dan sebaliknya jika Elara berulah rasanya Noah ingin mengamuk saat itu juga.
"Kenapa kau melepaskan bayimu?"
Noah balik bertanya, pertanyaan yang membuat Elara langsung menatapnya. Tapi hanya sekejap karena Elara kembali menunduk, manik hitam Noah saat menatapnya tajam membuat tubuh Elara meremang, rasanya begitu sulit untuk menatap mata Noah.
"Katakan, apa yang membuatmu melepaskan Noel!" tegas Noah lagi melihat Elara hanya diam saja.
Kedua tangan Elara saling meremat dengan gelisah, lidahnya terasa kelu namun hatinya merasakan begitu sesak.
"Aku hanya tidak ingin menjadi wanita serakah tuan, aku tidak ingin memanfaatkan bayiku karena anda seorang yang kaya raya, hidup ku tidak baik-baik saja, aku tidak ingin anakku merasakan kemalangan yang aku rasakan." Elara mengusap air matanya kasar.
"Walaupun aku jadi pelayan untuk bayiku sendiri aku tidak masalah tuan, asalkan anda mengijinkan ku untuk merawatnya." Elara menangkupkan tangannya didepan dada dengan penuh permohonan.
Kehidupan sulit yang Elara alami membuat Elara tidak bisa melihat perhatian seseorang, apalagi seorang pria. Elara tidak memiliki pemikiran jauh tentang orang disekitarnya karena baginya orang yang baik maka ia akan balas dengan kebaikan, tidak bisa melihat jika orang itu begitu perhatian ataupun memiliki tatapan berbeda.
Elara ini polos, Noah hanya bisa mencermari otak Elara yang polos itu 😤