NovelToon NovelToon
Sumpah Setia Di Ujung Senapan

Sumpah Setia Di Ujung Senapan

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan Tentara / Romansa
Popularitas:4.1M
Nilai: 4.9
Nama Author: sinta amalia

"Menjadi prajurit butuh perjuangan, butuh pengorbanan. Berjuang untuk bumi tempat berpijak, demi setiap tarikan udara yang kita hirup dan demi orang-orang tercinta beserta kedaulatan. Berkorban, mengorbankan segala yang kita miliki sekalipun sebuah sumpah setia di ujung senapan."

~Teuku Al-Fath Ananta~

"Aku tak akan membuat pilihan antara aku atau bumi pertiwi, karena jelas keduanya memiliki tempat tersendiri di hatimu. Jadilah sang garuda meski sumpah setia kau pertaruhkan diujung senapan."

~Faranisa Danita~

Gimana jadinya kalo si sarjana desain grafis yang urakan dan tak suka pada setiap jengkal tanah yang ia pijaki bertemu dengan seorang prajurit komando pasukan khusus nan patriotisme dalam sebuah insiden tak terduga, apakah mereka akan seirama dan saling memahami satu sama lain, dalam menjejaki setiap jalanan yang akan mereka lalui ke depannya di belahan bumi pertiwi ini? Ikuti kisahnya disini yuk!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SELAMAT DATANG DI KELUARGA BESAR KORPS 'Red Baret.

Kata Sah menggema di ruangan aula begitu keras, tepukan tangan dan sorakan menjadi pengiring lelaki yang kini gagah dengan baju kebangaannya itu mengucap hamdalah.

Wanita yang biasanya hanya berpakaian daster batik mega mendung ini disulap para penata make up menjadi bunda suri sehari, gaya bet si enyak!😂

Bukan 'nyak yang menggandeng Fara memasuki aula, melainkan Zahra dan Salwa. Kedua wanita ini menguatkan Fara, "eits..eits...jangan nangis! Sayang make up-nya, nanti luntur!" tegur Salwa. Rupanya semua dekorasi cantik, make up dan wardrobe baju pengantin, catering itu adalah salah satu bisnis sang ibu mertuanya. Tak sangka perempuan yang mendapat gelar S1 di bidang bisnis dan management saat sudah memiliki Al Fath ini menjadi pengusaha di bidang kecantikan, wedding organizer dan kuliner.

"Makasih," bisik Fara pelan, hampir tak bersuara, ia benar-benar tak bisa berkata-kata selain karena kepalanya yang berat menanggung Patam Dhoe, sebuah mahkota khas Aceh yang dipakai untuk menutupi aurat setelah sebelumnya Fara dipasangi jilbab, belum lagi Piring Dhoe, mahkota tiga bagian yang masing-masingnya dihubungkan dengan engsel. Berbagai macam perintilan lain seperti keureusang, bros yang disematkan pada gaun berdimensi panjang 10 cm dan lebar 7,5 cm yang konon bertahtakan 102 butir intan dan berlian. Untai peniti dan Subang Aceh melengkapi beban hidup Fara pagi itu. Warna Daro Baro yang merah maroon kontras dengan setiap perintilan perhiasan yang gold di kulit putih Fara. Gadis itu hanya ingin hari ini segera berakhir, karena sudah dipastikan nanti sore tulang lehernya akan keseleo.

Gadis itu berjalan pelan di damping Salwa dan Zahra dengan mengeratkan cengkraman tangan indah berlukiskan hena pada sebuket rangkaian bunga.

Semua mata kini tertuju pada wanita cantik itu, yang berjalan bersama ibu mertua dan adik ipar barunya. Gemerincing mahkota yang berkilauan menambah kata cantik di mata siapapun yang memandang terkecuali keluarga jendral, Flora memutuskan untuk tak hadir pada perhelatan cukup meriah itu, gara-gara patah hati, sejak semalam ayahnya kelimpungan mencari keberadaan putri manjanya itu. Sampai beberapa bawahan dan ajudan ia kerahkan, dan ternyata putrinya itu tengah clubing sambil mabuk-mabukan di salah satu night club ternama di ibukota bersama seorang pemuda, teman kuliahnya.

Faranisa Danita, si gadis dengan sejuta keunikan dan ketidaksukaannya pada negara, kini mulai membuka hati untuk tentara komando pasukan khusus.

Ia duduk di samping Al Fath, lehernya bahkan sulit untuk menoleh layaknya robot yang engselnya karatan, "ngga usah diliatin terus nanti suka!" gumamnya, sadar jika Al Fath sejak tadi tak mengalihkan perhatian darinya membuat wajahnya mendadak panas. Al Fath menggelengkan kepala sambil terkekeh.

"Kakak ipar cantik abang broh!" bisik Rayyan cengengesan seraya menepuk pundak Al Fath. Si adik kedua ini akhirnya bisa menyempatkan diri untuk datang, selesai bertugas ia langsung melesat ke ibukota demi menghadiri pernikahan kakaknya. Ingin sekali Fara melihat penampakkan adik iparnya itu, namun baru sempat ia memutar kepala, Rayyan sudah kembali duduk di tempatnya di samping abi. Fara dan Al Fath menanda tangani buku nikah. Lalu Fara meraih punggung tangan Al Fath dan mengecupnya hangat tanda bakti seorang istri, justru balasan Al Fath memancing sorak sorai di kalangan tamu tentara, karena ia mengecup kening Fara. Untuk selanjutnya upacara yang tak boleh terlewatkan dan paling ditunggu-tunggu dari semua ini adalah upacara Pedang Pora yang melegenda itu. Bukan hanya satu, dua tamu yang sudah menyiapkan ponsel dan kamera, tapi hampir separuh tamu undangan melakukan itu, bersiap dengan bidikan kamera agar moment bersejarah ini tak terlewat barang sedetik saja.

Al Fath membantu Fara berdiri dari duduknya, wanita yang sudah halal ia sentuh itu tak akan ia biarkan berdiri sendiri menangung beban. Kini terlihat di mata Fara begitu banyaknya tamu undangan, bahkan bu Fani ada juga disana bersama Kirani yang berjingkrak bersorak gembira.

Para pasukan pedang pora sejumlah 12 perwira yang merupakan rekan satu letting Al Fath berseragam lengkap memasuki ruangan aula yang telah disetting untuk upacara ini dengan membawa Sabel atau Sabre ialah pedang bermata satu melengkung yang memiliki pelindung tangan yang besar membentuk formasi saling berhadapan. Lalu bang Yosef yang bertindak sebagai inspektur upacara memasuki tempat upacara dengan langkah tegapnya, letnan kolonel Muneey berlaku sebagai komandan pasukan memberi laporan pada bang Yosef.

Tap--Tap--Tap!!

Langkah besar nan tegapnya menghampiri dan memberi hormat, suara lantangnya tak perlu lagi diberi mik atau pengeras suara, "Lapor! Upacara Pedang Pora pernikahan Letnan Kolonel Teuku Al Fath Ananta bersama Faranisa Danita, sudah siap dilaksanakan!"

"Laksanakan!"

Suara jepretan dan bidikan kamera kini menyamai suara degupan jantung Fara dan Al Fath. Muneey lalu menghadap pada Fara dan Al Fath untuk memberikan laporan jika upacara akan segera dimulai.

Al Fath langsung menegakkan badannya begitupun Fara yang terlihat menelan saliva berat karena gugup, hawa dingin dari ruangan ber-AC tak cukup membuat keduanya tenang, dilihatnya lelaki yang sudah menjadi suaminya itu, "abang pegangin Fara, takut Fara jatoh," bisiknya, karena jujur saja tulang Fara seperti habis di presto layaknya duri ikan bandeng, lunak.

Mereka serentak mencabut pedang dari pinggang hingga terdengar suara kilatan itu, dan dengan kompaknya menghunuskan pedang membentuk seperti gapura.

"Peluk lengan abang, jangan dilepas," Al Fath melirik, Fara mengangguk. Keduanya berjalan bersamaan memasuki gapura pedang, suara tepuk tangan menemani langkah keduanya. Setelah sampai di setengah perjalanan Al Fath menghentikkan langkahnya, mengeluarkan kotak cincin dari sakunya lalu menyematkan cincin itu di jari manis Fara, begitupun sebaliknya bersamaan sebuah puisi dibacakan oleh rekan kerja yang bertindak sebagai pengisi acara.

"Saat ini syahdu bagi dua hati.. Saat ini syahdu bagi dua insan... Kami insan-insan bhayangkara, berbaju hijau...

Berdiri tegak memandang seorang kawan. Lalu tengah-tengah pedang yang terbentuk gapura... Kawan Lihatlah, kami adalah kawanmu angkatan muda bersama kami berdiri tegak, Sanak keluarga dan handai taulan. Disini pula berdiri insan yang pernah melahirkan engkau. Ayah...Bunda...saat ini kami menjadi saksi, saat engaku berdua mengikat janji, sehidup...semati...."

Fara dan Al Fath saling memandang penuh makna, diantara pedang pora yang menjadi payung mereka dan makna puisi yang membuat hati terenyuh. Seakan waktu terhenti untuk keduanya, hingga tanpa sadar sebuah kalimat terucap dari bibir pria-nya.

"Saya sayang kamu Faranisa,"

Pasokan udara Fara menipis, help! Oxygen where are you!

Seorang perempuan dengan pakaian persitnya berjalan menghampiri sepasang pengantin baru yang sudah sepertiga jalan, menyerahkan satu kotak berwarna hijau pada Fara.

Ia tersenyum, "selamat datang di keluarga besar Istri prajurit Kartika-- K. Korps Red Baret," ucapnya ramah, Tangan Fara menerima tanggung jawab itu, kotak berisi seragam para istri prajurit miliknya. Kini suka duka menanti Fara di depan sana, pengabdian pada suami dan negara berada di pundaknya.

"Bang," bisik Fara.

"Ya?"

"Fara pengen pipis,"

Yang bener aja!!!!! Lagi khidmat gini pengen pipis, minta di tembak meriam si Fara.

"Huwaaa, anak gua itu Piah! Anak gua si Fara!" histeris 'nyak menangis tersedu-sedu.

.

.

.

.

.

1
TyHerawaty
Luar biasa
TyHerawaty
Lumayan
Fitri Ipit
Luar biasa
Rumah Aman
bu thorrr buatin faranisa tutup aurat loh baru seru mantunya ummi shalehah
Rumah Aman
akoh nangis deh akhirnya sedihhhh
Rumah Aman
fafa junior meh
Aisyah
bilang aja Abi Zaki yg mau kekepin cucunya biar gx ada yg nyentuh, jangan2 klo bisa nanti pulang ke Aceh itu cucu mau d bawa 🤣
Zaldan Zaldaan
Biasa
Nurhayati Nia
meskipun dah 4 kali baca ttp aja masih seruu bikin kocak teruss ni si umii faraa
Dewa Rana
biasanya tentara pakai ransel, bukan koper
Rizhana Fatya
aduuuuhhhh kerennn
Rafkha Direzky
langsung ke inti tanpa basa basi,good bang al...
Rafkha Direzky
ini mah hiburan penghilang stres,baca sambil ngakak... keren pokoknya...
kejora
Luar biasa
kejora
aq jg penasaran Al Fath....
Dewi Kasinji
makasih bacannya kak...banyak ilmu dan hiburannya , ijin lanjut baca ke kisah Rayyan sama Zahra kak 😘 semoga kakak sehat selalu . aamiin
Dewi Kasinji
astaghfirullah ... Sampek bab ini tetep senam wajah dan perut 🤣🤣🤣
fajar Rokman.
AQ baca lagi ah ...lagi kangen Mak fara
Dewi Kasinji
dpt bnyk pengetahuan dech baca karya kak min. SDH gitu dpt pencerahan hati Krn banyak ketawa juga 😁
Dewi Kasinji
🤣🤣🤣🤣 gak nyambung
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!