NovelToon NovelToon
Loud But Loved

Loud But Loved

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Addinia

Alena adalah seorang gadis ceria yang selalu berbicara keras dan mencari cinta di setiap sudut kehidupan. Dia tidak memiliki teman di sekolah karena semua orang menganggapnya berisik. Alena bertekad untuk menemukan cinta sejati, meski sering kali menjadi sasaran cemoohan karena sering terlibat dalam hubungan singkat dengan pacar orang lain.

Kael adalah ketua geng yang dikenal badboy. Tapi siapa sangka pentolan sekolah ini termasuk dari jajaran orang terpintar disekolah. Kael adalah tipe orang yang jarang menunjukkan perasaan, bahkan kepada mereka yang dekat dengannya. Dia selalu berpura-pura tidak peduli dan terlihat tidak tertarik pada masalah orang lain. Namun, dalam hati, Kael sebenarnya sangat melindungi orang yang dia pedulikan, termasuk gadis itu.

Pertemuan tak terduga itu membuatnya penasaran dengan gadis berisik yang hampir dia tabrak itu.

"cewek imut kayak lo, ga cocok marah-marah."

"minggir lo!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addinia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kemana?

Setelah menunggu jemputan Nadine datang dan memastikan gadis itu pergi dengan aman, Alena melangkah keluar gerbang sekolah. Langkahnya pelan, pikirannya masih sibuk dengan kejadian sepanjang hari. Namun, suara klakson motor yang tiba-tiba membuyarkan lamunannya. Alena mendongak dan langsung mendapati Kael yang duduk di atas motornya dengan santai, helm masih terpasang di kepalanya.

"Kenapa?"

Kael tersenyum, lalu membuka helmnya dan menyandarkannya ke setang motor.

"Yok, gue anter pulang."

"Lo keren, KittyCat." Ingatan itu terus memenuhi otaknya. Alena menggeleng mencoba menghapus ingatannya itu.

Gadis itu menatap Kael dengan tajam. "Nggak usah! Gue bisa jalan sendiri!"

Kael menghela napas seolah sudah menduga jawaban itu, lalu memasang ekspresi pura-pura serius.

"Kayaknya lo emang mau digendong sama gue, ya?"

Alena melotot, mulutnya hendak membalas, tapi mendadak teringat kejadian di kantor tadi. Perasaannya sedang kacau, dan jalan kaki rasanya akan membuatnya semakin lelah. Akhirnya, ia menghela napas panjang dan menyerah.

"Fine, gue ikut!"

"Good, KittyCat."

"Stop manggil gue KittyCat!!"

"Lo keren, KittyCat."

"Lo keren, KittyCat."

"Lo keren, KittyCat."

"Lo keren, KittyCat."

Plak! Alena menampar Kael. Membuat Kael mematung di tempat. Sedangkan gadis itu, melotot melihat apa yang baru saja ia lakukan.

"Sori, gue nggak sengaja."

"Gue nggak tau kalo lo juga jahat." Ucap Kael.

Alena melotot lagi. "Gue bilang gue nggak sengaja!"

Kael memegangi pipinya dramatis. "Lo bisa masuk penjara, kalo gue laporin."

"Laporin aja!"

"Ah! Ini sakit banget, KittyCat."

"Nggak usah lebay!" Alena melihat pipi Kael yang sedikit merah karena ulahnya.

"Sori.."

"Ya, di maapin."

Kael tersenyum puas. Ia turun dari motornya, mengambil helm dari setangnya, dan mencoba memasangkannya di kepala Alena. Namun, gadis itu dengan cepat merebut helm itu dari tangannya.

"Bisa sendiri."

Kael hanya terkekeh kecil melihat reaksi Alena yang khas. Setelah memasang helm, Alena naik ke motor dengan canggung. Ia duduk di belakang Kael, berusaha menjaga jarak.

"Pegangan, gue bisa berubah jadi jahat juga kalo lo sampe jatoh."

"Nggak mau!"

Kael mengangkat bahunya dengan santai, lalu menyalakan mesin motornya dan mulai melaju. Awalnya, perjalanan berjalan tenang. Alena yang duduk di belakang terdiam, melamun sambil memandang ke jalanan yang berlalu. Namun, setelah beberapa menit, ia mulai merasa aneh.

Alena mengerutkan dahi. "Lo salah jalan ya?! Ini bukan jalan rumah gue?"

Kael hanya terkekeh, tak menjawab, membuat Alena semakin kesal.

Alena memukul punggung Kael. "Gue bilang ini bukan jalan ke rumah gue! Kael! Berenti nggak!"

Ia mulai memberontak, mencoba memberi jarak, tapi Kael tiba-tiba menarik tangan Alena dan melingkarkannya di pinggangnya. Alena terkejut, tubuhnya membeku

"Diem. Pegangan yang bener, nanti lo jatuh."

Alena terdiam, mulutnya terbuka seolah ingin membalas, tapi tak ada kata yang keluar. Dengan berat hati, ia membiarkan tangannya tetap di pinggang Kael, merasa canggung luar biasa. Kael tersenyum kecil, meski Alena tak bisa melihatnya. Di perjalanan, Kael sesekali melirik ke kaca spion, memperhatikan ekspresi Alena yang kini hanya terdiam.

...----------------...

Motor Kael berhenti di sebuah tempat yang jauh dari hiruk-pikuk kota. Alena turun dari motor dengan sedikit ragu, tapi begitu melihat pemandangan di depannya, matanya langsung berbinar. Di hadapannya terbentang sebuah danau yang tenang, dikelilingi pohon-pohon tinggi yang rindang dan bunga-bunga liar yang bermekaran. Alena terlihat ingin berlari mendekati danau, tapi tiba-tiba Kael menahan tangannya.

"Kenapa lagi? Gue mau liat danau! Nggak bakal tenggelem." Ketusnya sambil menatap tajam Kael.

Kael menatapnya, kali ini tanpa senyuman usil. Dengan gerakan perlahan, ia menyentuh helm yang masih terpasang di kepala Alena, lalu membukanya dengan hati-hati.

"Lepas dulu helmnya, lo nggak bakal nyaman kalo beneran mau tenggelem."

Alena melotot. Setelah helm dilepas, Kael tersenyum kecil dan menaruh helm itu di motornya. Alena, yang merasa canggung karena momen itu, segera berlari menuju tepi danau untuk mengalihkan perhatian.

Sesampainya di sana, Alena benar-benar menikmati pemandangan yang indah. Angin sepoi-sepoi meniup rambutnya, membuat helaian-helaian itu melayang ringan. Ia berdiri di tepi danau, memandangi air yang begitu jernih hingga memantulkan bayangan langit biru di atasnya. Pohon-pohon tinggi yang mengelilingi danau menciptakan bayangan teduh di permukaan air, sementara bunga-bunga liar berwarna kuning, ungu, dan putih menghiasi tepian.

"Ini tempat paling keren yang pernah gue temui! Serius, lo nemu tempat ini di mana?" Alena berkata dengan suara ceria, tak bisa menahan rasa kagumnya. Ia berputar kecil, matanya berbinar

Kael berjalan mendekat, tangan dimasukkan ke dalam saku celananya. Ia melihat Alena yang sedang menikmati pemandangan dengan senyuman yang jarang ia lihat sebelumnya.

"Ya, gue sering ke sini kalau lagi butuh tenang. Tempat ini nggak banyak orang yang tau."

Alena menoleh, menatap Kael dengan sedikit bingung. "Lo? Butuh tenang? Bukannya lo suka cari ribut?"

Kael tertawa kecil, lalu mengangkat bahunya. "Semua orang butuh tempat buat kabur sebentar, kan?"

Alena menatap Kael untuk beberapa saat, lalu kembali melihat ke danau. Kali ini ia tersenyum lebih lembut.

"Kayaknya... gue ngerti maksud lo." ia berbisik dengan sangat pelan.

Kael hanya tersenyum sambil memperhatikan gadis itu. Alena tampak seperti anak kecil yang baru menemukan tempat rahasia untuk pertama kalinya. Ia duduk di atas rumput, memetik bunga liar di sekitarnya sambil sesekali tersenyum kecil.

...----------------...

Kael dan Alena duduk bersandar di bawah pohon yang rindang, tidak jauh dari tepi danau. Mata mereka memandang lurus ke depan, menikmati pemandangan air yang tenang dan udara segar. Hening di antara mereka, hingga tiba-tiba Kael membuka mulut.

"Yok belajar."

Alena langsung menoleh dengan wajah penuh keterkejutan. Matanya membulat, menatap Kael seperti baru saja mendengar hal paling absurd di dunia.

"Apa kata lo? belajar? Jadi lo ngajak gue ke sini buat belajar?!"

Kael hanya tersenyum kecil, tidak terpengaruh oleh ekspresi kesal Alena.

"Lo perlu memperbaiki nilai lo kan? sini gue liat, lebih parah dari waktu itu, apa makin parah."

Alena mendengus kesal, melipat tangannya di dada. "Gue kira lo ngajak gue refreshing. Bukannya bikin kepala gue tambah berat."

"Refreshing sambil belajar, kenapa nggak?"

Dengan berat hati, Alena akhirnya membuka tasnya dan mengeluarkan alat tulisnya. Kael mengambil kertas ulangan Alena yang tadi ia bawa, lalu mulai menjelaskan satu per satu kesalahan Alena dengan detail. Kael menandai bagian-bagian yang salah dengan pensilnya, lalu memberikan penjelasan yang sederhana namun jelas.

"Nah, ini soal pertama. Rumus yang lo pakai udah benar, tapi lo salah masukin angkanya. Harusnya gini." Ia menuliskan rumus yang benar di samping jawaban Alena.

Alena mengangguk kecil, mencoba untuk mengerti meskipun wajahnya terlihat sedikit bingung.

"Jadi yang ini gue harus kali dulu angka segini sebelum bagi, gitu?"

"Iya. Sekarang lo coba kerjain lagi soal kedua ini, pake cara yang gue kasih tahu tadi."

Alena menghela napas panjang sebelum akhirnya mulai menulis ulang jawabannya. Kael duduk di sampingnya, mengawasi dengan teliti. Sesekali ia memberi komentar atau membetulkan kesalahan kecil yang Alena buat.

Setelah beberapa soal, Alena bersandar ke pohon dengan wajah kelelahan.

"Capek, Kael. Otak gue udah ngebul."

Kael tertawa kecil. "Baru ngerjain tiga soal udah capek? Pantes aja nilai lo jeblok."

Alena melemparkan pensilnya ke arah Kael, tapi Kael menangkapnya dengan mudah sambil tertawa lebih keras. Melihat itu, Alena akhirnya ikut tersenyum kecil, merasa suasana di bawah pohon ini tidak terlalu buruk meskipun dia harus belajar.

"Thanks, Kael." Ucapnya pelan, tanpa melihat Kayakny

1
Muhammad Rizkan
lanjut thorr
Fatimah Imah
semangat y kkk
Fatimah Imah
ok.q suka m alur cerita anak remaja yg seru dan keren
Addinia Azzahra: terima kasih banyak ya kak 💗✨
total 1 replies
IamEsthe
'sorry' ganti ke font italic atau pakai kata serapan jadi 'sori'
Addinia Azzahra: baik kakkk.. terima kasih yaaa 💗💗
total 1 replies
IamEsthe
Kata 'Menuding' karena bukan awal kalimat jadi 'menuding' dan 'riko' jika dia mengarah pada nama seseorang harusnya diawali huruf kapital. 'Riko'
yanah~
mampir kak 🤗 semangat 💪
Yoona
mampir
♕⃟ ✎Ƙҽƚυα【﷽】
Semangat ya, Jan kayak gua yang malas nulis /Determined/
Addinia Azzahra: hihihi okeeeyyy, kamu juga semangatttt
total 1 replies
♕⃟ ✎Ƙҽƚυα【﷽】
mampir
Yoona
semangat💞💞
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!