Bian, seorang pria berusia 30-an yang pernah terpuruk karena PHK dan kesulitan hidup, bangkit dari keterpurukan dengan menjadi konten kreator kuliner. kerja kerasnya berbuah kesuksesan dan jadi terkenal. namun, bian kehilangan orang-orang yang di cintainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D.harris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
insecurity
Beberapa minggu setelah melahirkan, Rissa mulai merasa insecure dengan perubahan tubuhnya, terutama berat badannya yang belum kembali seperti semula. Saat bercermin, ia sering memperhatikan lekuk tubuhnya dengan raut wajah yang tampak sedih. Meski ia mencoba untuk tidak terlalu memikirkannya, rasa tidak percaya diri tetap mengganggunya, terutama saat melihat media sosial atau mendengar komentar orang-orang di sekitarnya.
Suatu malam, saat Rissa sedang menyusui Anjani di ruang keluarga, Bian mendekatinya dan melihat ekspresi muram di wajahnya.
“Kamu kenapa, Ris? Kelihatan lagi mikir sesuatu,” tanya Bian lembut sambil duduk di sampingnya.
Rissa menghela napas pelan. “Aku merasa aneh sama tubuhku, Mas. Berat badanku belum turun, baju-baju lama nggak muat, dan aku nggak merasa cantik lagi.”
Bian terdiam sejenak, lalu menggenggam tangan Rissa dengan hangat. “Ris, tubuh kamu sudah melalui hal luar biasa dengan melahirkan Anjani. Perubahan itu wajar. Kamu tetap cantik di mataku, dan yang paling penting, kamu adalah ibu hebat untuk Sabda dan Anjani.”
Mendengar itu, mata Rissa sedikit berkaca-kaca. “Tapi aku merasa nggak nyaman sama diri sendiri. Aku takut kamu kecewa.”
Bian menggeleng tegas. “Aku nggak pernah kecewa sama kamu, Ris. Aku mencintai kamu apa adanya. Kalau kamu mau mulai olahraga atau jaga pola makan, aku akan dukung, tapi lakukan itu buat dirimu sendiri, bukan untuk orang lain.”
Rissa tersenyum tipis, merasa sedikit lega. “Terima kasih, Mas. Aku beruntung punya kamu.”
Sejak percakapan itu, Rissa mulai mencoba menerima tubuhnya dengan lebih baik. Ia juga pelan-pelan memasukkan aktivitas seperti yoga ringan ke dalam rutinitasnya, bukan semata-mata untuk menurunkan berat badan, tetapi juga untuk menjaga kesehatan dan memberikan waktu untuk dirinya sendiri. Bian selalu memberikan dukungan penuh, bahkan terkadang ikut berolahraga dengannya untuk membuatnya merasa ditemani.
Meski perjalanan menerima diri membutuhkan waktu, Rissa merasa lebih tenang dan bahagia bersama keluarganya yang selalu mencintainya tanpa syarat.
......................
Rissa mulai membagi waktunya dengan bijak antara mengurus Anjani, menjaga kesehatannya, dan pelan-pelan kembali ke pekerjaannya di toko roti. Setiap pagi, setelah menyusui Anjani, Rissa meluangkan waktu sekitar 30 menit untuk olahraga cardio di ruang tamu. Ia mengikuti panduan video olahraga dari ponselnya sambil memastikan Anjani tetap dalam pengawasan.
Bian, yang sering melihat kegigihan Rissa, tidak bisa menyembunyikan rasa salutnya. Suatu pagi, saat ia duduk di sofa sambil menggendong Anjani, ia memperhatikan istrinya yang tengah bersemangat melakukan gerakan senam cardio.
“Kamu luar biasa, Ris. Aku nggak tahu gimana caranya kamu bisa mengurus semuanya dengan baik,” kata Bian sambil tersenyum.
Rissa menyeka keringatnya dengan handuk kecil dan tersenyum lelah. “Semua ini buat kamu dan anak-anak kita, Mas. Aku mau tetap sehat biar bisa terus ada buat keluarga kita.”
Bian mengangguk kagum. “Kamu memang perempuan yang hebat, Ris. Aku akan selalu dukung apa pun yang kamu lakukan.”
Selain olahraga, Rissa juga mulai kembali mengawasi operasional toko rotinya. Meskipun ia belum bisa sepenuhnya hadir setiap hari, ia sering mengatur jadwal, memeriksa laporan, dan mengembangkan menu baru dari rumah. Anjani yang masih bayi sering berada di sebelahnya di bouncer bayi, sementara Sabda terkadang membantu menjaga adiknya dengan penuh antusias.
Bian juga berusaha meringankan beban Rissa dengan lebih sering mengambil alih tugas-tugas rumah tangga. Ia bahkan sesekali ikut membantu Rissa mencicipi menu baru untuk toko roti, memberikan masukan dengan gaya bercandanya.
Melihat semangat dan dedikasi Rissa, Bian merasa semakin bersyukur memiliki pasangan yang begitu kuat dan penuh cinta. Bersama-sama, mereka terus membangun keluarga kecil mereka dengan penuh kebahagiaan, saling mendukung di setiap langkah perjalanan hidup.