kunjungi ig author meylani_ lindak untuk melihat karya-karya author lainya
Aku menjaga kesucian ku untuk suami yang begitu aku cintai. Namun, ternyata ia tak pernah menginginkannya.
Sebuah dendam mengubah cinta menjadi benci.
"Aku menikahimu, bukan karena aku menginginkan mu. Tetapi hanya ingin balas dendam atas penghinaan ayahmu pada ku, sekarang status sosial kita berbeda, sekarang kau lah yang tak pantas untuk ku Ze"
Bagai tersambar petir Zhezha mendengar pernyataan Yoga, pria yang dinantinya selama lima tahun.
Aku akan tetap menunggu kamu, meski seribu tahun lamanya. Namun, ada batas bagi seorang istri untuk menunggu, dan aku akan menunggu sampai jatuhnya talaq 3. Batas dimana ketidak mungkinan lagi untuk memiliki kamu.
"Terima kasih Mas, telah mengeluarkan aku dari kutukan perawan tua itu. Mungkin kutukan itu memang benar, aku akan tetap jadi perawan, meski aku sudah resmi jadi istri mu. "
Bagaimana kisah Zhezha, akan Zhezha menemukan cinta lain selain Yo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meylani Putri Putti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Pertama Bekerja
Zhe zha memutar tubuhnya di depan cermin rias. Karena hari ini, adalah hari pertamanya bekerja, ia pun ingin tampil lebih menarik. Dengan dandanan natural, Zhe, menata rambutnya dengan menggulung nya ke arah atas.
Zhezha menggunakan rok span hitam dan blazer dengan warna senada. Pakaian itu baru saja ia beli kemarin.
Setelah di rasanya siap, Zhezha memesan ojek on line untuk mengantarnya.
Setengah jam, ia pun tiba di depan kantor milik Om Gunawan.
"Ternyata om Gunawan memiliki usaha yang bergerak di bidang developer rupanya. "
" Ehm, pantas saja dia tak mementingkan sekretaris yang berpengalaman, " gimana Zhezha.
Kantor tersebut berada di sebuah ruko dua lantai yang terletak di pinggir jalan raya.
Zhezha mengamati area sekitar perkantoran, hanya ada beberapa sepeda motor yang terparkir di sana.
Apa benar ini kantornya, guman Zhezha. Ia pun melangkah memasuki ruko tersebut dengan mendorong pintu kacanya.
" Selamat pagi, " sapa Zhezha pada seorang pria muda yang sedang duduk di sofa.
" Selamat pagi Mbak, ada apa ya? " tanya pria yang kira-kira seumuran dengan Zhezha.
" Saya ada janji dengan pak Gunawan, bisa bertemu beliau? " tanya Zhezha.
" Ehm pak Gunawan, beliau biasanya datang lebih siang sekitar pukul sepuluh, " papar pria tersebut.
" Oh, jam sepuluh? Kalau begitu saya tunggu di sini boleh ya Mas? " tanya Zhezha, karena ia tak mungkin untuk pulang kembali ke apartemennya.
" Silakan saja Mba, maaf saya tinggal ya. " pria sopan itu beranjak dari sofa, agar Zhezha bisa leluasa dalam menunggu. Ia pun kembali ke meja kerjanya
Sekitar sepuluh menit menunggu, Pria itu kembali menghampiri Zhezha.
" Maaf mbak, anda yang bernama Zhezha? " terka pria tersebut.
" Ia Mas," sahut Zhezha senang.
" Oh, kalau begitu Mari ikuti saya ke ruangan pak Gunawan. Saat ini beliau lagi meninjau lokasi proyek barunya. "
" Oh iya. " tanpa ragu Zhezha pun ikut pria tersebut di sebuah ruangan yang juga berada di lantai satu.
Zhezha merasa heran, karena kantornya tersebut sepi, hanya ada dirinya dan pemuda itu bersamanya.
Zhezha jadi insecure. Sesekali ia mengedarkan pandangannya ke segala arah.
" Mas, ini kantor kok sepi sih? " raya Zhezha dengan ragu.
" Emang sepi mba, kebanyakan mereka turun ke lapangan. Ada yang bertemu konsumen, ada yang bersosialisasi menawarkan produk, ada pula yang survei lapangan, " papar pria tersebut.
" Ayo mba, saya jelaskan tugas mba zhezha, " panggil pria itu ketika melihat Zhezha tertahan di depan pintu.
Jujur saja, ia sedikit ragu untuk masuk, apalagi hanya berduaan dengan pria asing yang baru dikenalnya
" Perkenalkan saya Arman, saya manajer pemasaran disini, " ucap Arman memperkenalkan diri tanpa menyodorkan tangannya.
Zhezha melihat pria itu begitu sopan.
Zhezha hanya tersenyum, ia masih sungkan.
"Silahkan mbak, nanti saya jelaskan tugas mba Zhezha apa saja, " tutur Arman sambil meraih berkasnya di atas meja.
Zhezha pun duduk,
" Tugas mba Zhezha hanya mencocokkan tabel data penggunaan bahan pada setiap tipe bangunan. Dari sanalah kita bisa menentukan jumlah barang yang digunakan untuk satu unit pembangunan rumah tinggal, " terangnya.
Zhezha menyimak apa saja tugas yang di terangkan Arman padanya.
Setengah jam bersama Arman di sebuah ruangan membuat Zhezha mulai nyaman. Menurut Zhezha, Arman adalah pria sopan yang dilihat dari tutur kata dan perilakunya.
"Jadi, mbak Zhezha sudah mengerti kan ? " tanya Arman.
" Sudah Mas, terima kasih. "
"Kalau begitu saya permisi mbak."
" Iya silahkan. "
Sepeninggalan Arman, Zhezha mulai melakukan tugasnya. Selain menjelaskan secara singkat kepada Zhezha tugasnya. Arman juga mengajarkan Zhezha cara mengoperasikannya komputer yang ada di mejanya.
Zhezha yang tak biasa menggunakan perangkat lunak tersebut sedikit berhati-hati dalam memasukkan datanya.
***
Pukul sepuluh Zhezha mendengar suara pak Gunawan yang sedang bicara pada Arman.
Beberapa saat kemudian, terdengar langkah kaki seseorang yang menghampiri ruangannya.
" Selamat pagi, Pak. "
Zhezha langsung menyapa ketika pak Gunawan masuk ke ruangannya tanpa mengetuk pintu.
" Pagi juga, bagaimana? Kamu sudah mulai bekerja? " tanya pak Gunawan.
" I-iya pak. Mas Arman yang menjelaskan kepada saya, " sahut zhezha.
" Ok, jika mengalami kesulitan. Beri tahu saja saya, " ucap pak Gunawan sambil berjalan membelakangi Zhezha.
" Iya pak Terima kasih, " ucap Zhezha. Zhezha melirik ke arah belakang, ternyata ia dan pak Gunawan berada di satu ruangan.
Zhezha kembali melanjutkan tugasnya.
***
Waktu menunjukkan pukul dua belas kurang lima belas menit.
Pak Gunawan berjalan menghampiri Zhezha.
" Zhe, istirahat makan siang dulu yuk. "
Zhezha sedikit kaget, karena tiba-tiba saja pak Gunawan mengajaknya.
Zhezha jadi serah salah, ia pun terlihat ragu.
" Karena kamu baru hari ini bekerja saya bermaksud memberi arahan kepada kamu tentang tugas yang akan saya limpahkan kepada kamu, " cetus Pak Gunawan.
Ehm, Zhezha berpikir beberapa saat sejujurnya ia berat menerima ajakan tersebut, tapi ia juga tak berani menolak, apalagi dengan alasan pekerjaan yang dilakukan oleh pak Gunawan.
" Iya Pak, " Zhezha pun setuju.
" Ayo, " ajak Pak Gunawan seraya berjalan duluan
Zhezha pun mengikuti pria paruh baya
yang masih tampak gagah tersebut.
Mereka pun keluar dari ruangan tersebut.
" Arman! Saya mau makan siang bersama Zhezha, Jika ada yang mencari, suruh tinggi sampai saya kembali. "
" Iya Pak, " Arman mengangguk dengan berat.
Zhezha terus mengikuti kemana Pak Gunawan membawanya hingga menuju mobil.
Pak Gunawan membuka pintu mobil untuknya. Zhezha pun masuk ke dalam mobil tersebut.
***
Selama di perjalanan Zhezha hanya menunduk, jantungnya deg-degan karena ia tak biasa berduaan di dalam mobil dengan seorang laki-laki.
" Zhe, Om dengar ayah kamu sakit ya? " tanya pak Gunawan.
" Ehm iya pak, " sahut Zhezha singkat.
" Sakit apa Zhe? " tanyanya lagi.
" Kanker paru-paru, pak. Baru saja di operasi. "
" Hmm, gitu ya. "
Pak Gunawan sesekali melirik ke arah Zhezha.
" Pasti butuh biaya yang sangat besar tuh Zhe, kalau kamu butuh sesuatu kamu bilang saja sama Om. Nanti om bantu, " cetus nya.
Zhezha hanya tersenyum simpul. Ia tak merespon omongan Pak Gunawan.
Mereka pun tiba di sebuah restoran mewah. Zhezha terus mengikuti kemana arah Pak Gunawan membawanya.
Pak Gunawan memesan meja pada bagian pojok kanan. Setelah itu ia memesan makanan tanpa bertanya pada Zhezha.
Untuk menghilangkan rasa canggung nya Zhezha menikmati appetizer yang disediakan restoran tersebut.
Pak Gunawan sedang bicara lewat sambungan telepon dan tanpa sengaja Zhezha mendengarkan pembicaraan tersebut.
" Hallo Sayang, jadi sudah terima uang yang Om transfer ? ucap pak Gunawan dalam sambungan telepon nya.
" Ok kalau begitu.Ingat loh jangan telepon Om ketika malam hari, nanti istri Om curiga, " sambung pak Gunawan.
Mendengar itu Zhezha pun tersedak.
Huk huk. Ia pun melirik ke arah pak Gunawan yang tengah berbincang mesra dengan seorang wanita di telepon.
Zhezha melirik ke arah pak Gunawan
' Apa semua lelaki yang sudah sukses memiliki simpan ya. Termasuk mas Yoga, ' batin Zhezha. Tiba-tiba saja ia teringat akan Yoga yang sudah hampir tiga minggu tak ada kabar berita.
'Astagfirullah, kenapa aku jadi suudzon, gini ya.' batin Zhezha.
Tiba-tiba saja bulir bening menetes di pipinya ketika membayangkan Yoga berperilaku seperti pak Gunawan.
Hai-hai reader author terkece, ada berita baik . Hari ini author up 3bab sekaligus. So mana dukungannya
smoga Wisnu jd pengobat luka yg begitu dalam bwt Zhezha...
Yoga sungguh kamu keterlaluan, d saat Zhezha baru pulang dr RS kamu torehkan lg luka yg begitu dalam..smoga kamu cepat menyadari nya, dn d saat kamu sadar..Zhezha udh jauh dr jangkauan mu 😬
klo dendam ma bapa nya, anak nya jangan d bawa2 dooong..belum tentu anak nya punya tabiat sma kaya orangtua nya
kamu wanita kuat Zhee kamu pasti bisa melewati smua cobaan ini,,biarkan Yoga bersikap seperti itu..nanti jg ada masa nya dia akan menyesali smua perbuatan nya yg udh nyakitin kamu 🥺
kamu dgn mudah nya melampiaskan dendam mu terhadap pa Yanto dgn menyakiti Zhezha,,ingat Gaa dendam g hrs d balas dgn kejahatan tp tunjukanlah dgn keberhasilan qta!!!
lihat lah anak mu pa Yanto, dia mulai menjalani dendam nya Yoga terhadap mu pa Yanto..gara2 anda yg terlalu sombong dn serakah Zhezha d perlakukan tdk semesti nya sbagai seorang istri oleh suami nya 😠
ingat pa Yantooo roda itu selalu berputar, g selama nya orang akan terus d atas..bukti nya skarang pa Yanto smua kekayaan nya udh habis d jualin bwt berobat...tp pa Yanto masih aj sombong!!!
sampe Zhezha d lamar ma beberapa pria g sedikit pun Yoga ngasih kabar keadaan nya d kota,,,,apakah Yoga sengaja utk menguji kesetiaan Zhezha ga ngasih kabar hingga 5 tahun lama nya?
tp hidup memang harus d perjuangkan klo qta pengen jd orang yg sukses,,tp pertanyaan nya..mampukah qta menerjang keras nya dunia dgn sgala rintangan nya?
hanya Tuhan yg tau akan kemampuan qta...😔
Tetap semangat berkarya & sehat selalu..