Bismillahirrohmanirrohim.
Siapa sangka dirinya akan terjebak di dalam novel buatan kakaknya sendiri, selain itu, sialnya Jia harus berperan sebagai Antagonis di novel sang kakak, yang memang digambarkan untuk dirinya dengan sifat yang 100% berbanding terbalik dengan sifa Jia sebenarnya di dunia nyata
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hainadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ular berbisa
...Bismillahirrahmanirrahim....
...Sebelum baca jangan lupa bismillah dan shalawat dulu 🤗...
...بسم الله الر حمن الر حيم...
...Allahumma soli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad....
...اللهم صلي عل سيدن محمد و عل ال سيدن محمد...
...🍒Selamat membaca semua🍒...
Jia keluar dari kamar berjalan menuju tangga, dia menatap kebawah dari lantai atas mendengar keributan yang terjadi, keributan yang Jia dengar samar-samar dari dalam kamar tadi rupanya masih berlanjut. Dari tempatnya berada Jia sedang memastikan ada masalah apa sebenarnya sepagi ini keributan sudah terjadi.
Sampai sepagi ini sudah ada keributan di rumah megah ini. "Ya ampun, aku kira ada apa," ucap Jia melanjutkan langkahnya.
Di dunianya Jia sudah terbiasa mendengarkan keributan yang dilakukan oleh dirinya dan sang kakak. Tapi keributan itu malah membuat rumah terasa semakin hidup. Terkadang kedua orang tua mereka akan menegur walaupun mereka sudah sama-sama dewasa, tapi tak lama setelah itu ada candaan yang menjadi selingan di pagi hari mewarnai suasana rumah mereka.
Mengingat keluarganya Jia jadi merindukan mereka. "Aku harap bisa kembali dengan keluargaku kapanpun itu." Jia menghela nafas pelan sebelum melanjutkan langkahnya.
Rasa rindu akan keluarganya pasti akan selalu Jia rasakan mengingat hubungan keluarganya memang baik walaupun dia sering ribut dengan sang kakak. Contohnya seperti nasib Jia sekarang hidup di dunia novel semua bermula karena kakaknya yang mencari perkara bagi Jia.
Memutuskan untuk sejenak tidak memikirkan keluarganya tanpa terasa Jia sudah menginjakan kakinya di lantai satu, dia melihat jelas Sania menatap dirinya tak suka, matanya langsung menangkap arah pandangan Sania ketika suara sendal Jia terdengar. Namun, Jia tidak peduli tatapan tak suka dari Sania karena Sania melalu tidak menyukai dirinya jadinya Jia melangkah mendekati ruang tamu dimana orang rumah sedang berkumpul di sana.
Hanya Sania yang menyadari kehadiran Jia, sedangkan yang lain baru sadar Jia sudah keluar dari kamar ketika sudah berada didekat mereka semua.
"Mama, ada apa?" heran Jia pura-pura tidak tau apa yang terjadi.
Padahal dia mengingat jelas adegan ini di dalam cerita. Harusnya Jia yang membuat masalah dalam cerita aslinya sedangkan Sania menjadi bak seorang peri penolong yang baik selalu membela Jia. Ketika Jia terpojok oleh keluarga suaminya sendiri padahal Jia tidak sepenuhnya salah.
Melihat sang menantu datang Gita memberikan senyum lembut pada menantunya itu yang akhir-akhir ini menjadi kesayangan Gita, tak lupa sang mertua mengelus punggung tangan menantunya itu. Beliau merasa tidak enak untuk menjelaskan pada Jia apa yang sebenarnya terjadi
"Jia, mama mau tanya boleh?" tanya sang mertua, dari suaranya terdengar merasa tak enak pada Jia. Gita masih belum berani untuk bersuara secara terbuka sebelum Jia mengizinkan.
"Mama, seperti dengan siapa saja. Tidak usah sungkan ma, mama mau tanya apa saja pasti akan Jia jawab kok."
Sekarang Jia merasa mertuanya cukup banyak berubah, tidak seperti karakter yang Jia baca dari sebelumnya. Jika mertuanya lebih condong pada Raka dan Sania, dalam cerita aslinya sang mertua selalu berpihak pada Sania sangat jarang sekali berpihak pada Jia. Pagi ini sungguh berbeda, mertuanya terlihat lebih menyayangi Jia dari sebelumnya, dari cara beliau memperlakukan Jia yang lembut.
"Jia, apa suamimu pamit denganmu tidak pulang semalam? Dan dia pergi bersama Sania."
'Wow sungguh pertanyaan yang diluar dugaanku,' batin Jia tak percaya. Dia menatap kearah Raka dan Sania secara bergantian, melihat kedua orang ini membuat Jia jadi mengingat kelakukan keduanya semalam. Jia jadi merasa jijik sendiri, dia segar membuang ingatannya apa yang dia lihat atas kelakukan Raka dan Sania semalam di gedung tempat pesta besar di rayakan.
Jia menghembuskan nafas pelan saat melihat wajah memohon Sania, rasanya Jia ingin tertawa melihat wajah Sania yang sudah berantakan, Jia rasa Sania telah terkena tamparan seorang. Dalam cerita aslinya harusnya Jia yang terpojok sekarang. Jia yang berada diposisi Sania.
'Syukurlah alurnya berubah, kalau tidak habislah muka cantikku ini,' lega sekali Jia, dia tidak mendapatkan tamparan dari sang mertua. 'Pasti sakit,' batin Jia lagi, karena tamparan di pipi Sania cukup berbekas.
"Sebentar, wajah Sania kenapa memerah?" Jia memulai aktingnya merasa iba dengan keadaan Sania pura-pura tidak tahu apapun, kali Ini Jia yang akan menjadi seorang peri penolong baik hati untuk Sania dan Raka.
"Kamu tidak apa bukan, Sania? Pasti sakit ya," dengan penuh perhatian Jia bertanya pada Sania. Sikap lembutnya membuat mama mertuanya itu bangga. 'Rasain Sania, emang enak kena tampar, jadi cewek jual mahal dikit kan bisa nggak usah ngejar-ngejar pria beristri.'
Gita bangga dengan sikap menantunya sekarang yang sudah banyak berubah padahal sebelumnya Jia selalu bersikap kasar ketika melihat Sania dan Raka bersama. "Sani ini salahku, maafkan aku lupa memberitahu orang rumah jika Raka pergi denganmu dan akan pulang pagi ini."
Wajah Jia terlihat sangat menyesal, dia bahkan sampai meneteskan air mata membuat sang mertua tidak tega. Aktingnya sungguh sangat bagus, cocok sekali jika menjadi bintang film terkenal seperti.
Sedangkan Raka lagi-lagi merasa heran akan respon Jia dari biasanya. Pri itu tidak tau kenapa ada rasa gelisah dalam benaknya melihat Jia seakan tidak lagi peduli dengan dirinya, tapi pikiran menentang, Raka merasa ini adalah awal yang baik untuk dirinya dan Sania kedepannya nanti.
'Apakah dia benar-benar berubah? Tapi seharusnya bagus, agar dia tidak menjadi bebanku lagi.' Raka memikirkan semua sendiri tanpa dia sadari pertanyaan itu timbul begitu saja dalam pikirannya.
Raka mulai merasa ada yang aneh dengan dirinya sekarang, tapi dia segera menepis semua itu. Sekarang dia harus membuat Jia membantu dirinya dan Sania keluar dari masalah ini dulu.
"Jia sungguh benar apa yang kamu katakan itu?" tanya Gita memastikan, Jia mengangguk tanpa ragu.
"Maaf Jia ma, semua ini salah Jia tidak memberi tau yang lain. Seharusnya Jia yang kena tampar bukan Sania."
"Tidak sayang ini bukan salahmu, mama saja yang tidak mau mendengarkan penjelasan dari kalian dulu. Tante juga minta maaf padamu Sania, jika kamu ingin balas menampar tante tidak apa."
Sania tersenyum kecil. " Tidak Tante ini salah Sania, sekali lagi Sania minta maaf," ucapnya terlihat sangat tulus.
Mulut dan hatinya berbeda. 'Lihat saja nanti jika Raka sudah menjadi suamiku, orang pertama yang akan aku buat menderita itu kamu.' Sania kesalnya luar biasa, bagaimana tidak, Gita menamparnya dengan sangat kuat didepan semua orang pula.
Hanya Jia yang tau isi dalam otak kecil Sania yang sangat licik itu. "Memang ular berbisa." Jia bergumam pelan.
"Sania biar aku obati lukamu," ujar Jia, tapi Gita meminta pada Jia biar beliau saja yang mengobati bekas tamparannya pada Sania.
"Terimakasih Tante, Jia."