[𝐄𝐥𝐝𝐡𝐨𝐫𝐚 𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬#𝟏]
ON GOING!!!
Percayakah kalian dengan sesuatu yang berbau sihir?. Di Eldhora itu sudah menjadi hal yang lumrah. Namun tak hanya karena penyihirnya, ada keluarga bangsawan, ksatria, dan roh yang diberi kesempatan kedua menjadi satu dalam tempat ini
Alarice Academy. Sebuah sekolah yang menjadi tempat impian semua warga Eldhora. Cerita ini tentang Esther, seorang bangsawan yang memiliki takdir luar biasa
Bersama dengan anak-anak dari asrama lain, mereka diberi tugas untuk menyelesaikan apa yang belum terselesaikan di masa lalu
Apakah mereka mampu mengalahkan kegelapan yang telah lama terkunci, ataukah nasib Eldhora akan terjebak dalam lingkaran tak berujung?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FILIA_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 20
...𝚂𝚃𝙾𝚁𝚈 𝙱𝚈 @𝙴𝙲𝙻𝙸𝙿𝚂𝚅𝙴𝙽𝚄𝙴...
...•...
...*•.¸♡ HAPPY READING ♡¸.•*...
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
Malam hari tiba, seluruh murid selesai membersihkan diri mereka di sungai dan mengganti seragam mereka dengan pakaian kasual
Rupanya para guru tak berdiam diri, mereka pergi memancing kecuali para master yang masih menjaga Abibell, pria yang mengurung Lynette
"Dia tidur?" ucap Erynn menanyakan kehadiran Lynette. Freya mengangguk kemudian bergabung dengan yang lain mengelilingi api unggun
"Mau?" Esther menawarkan jagung bakar pada Freya. Para guru dan kakak-kakak pembina melihat itu di dekat bus
"Tahun ini sepertinya ada sesuatu ya. Selain anak-anak ini yang bersemangat, kalian sampai menemukan kriminal dan penyihir albino yang sangat jarang ada di Eldhora kan?" tutur Aaron
Valent dan yang lain saling tatap. Memang berita tentang kelima Pahlawan Terpilih tidak tersebar keluar akademi karena takut mengundang sihir jahat
"Yahh, di Alarice memang banyak cerita unik sih. Dan kami disini memastikan kalian semua bersenang-senang biar para guru sekalipun, jadi biarkan Ryder yang menjaga pria itu. Lihat tubuh besarnya?. Kalian tidak perlu khawatir."
Semuanya saling tatap setelah mendapat anggukan dari Ronald dan Valent, mereka kemudian membiarkan Ryder membawa Abibell ke sebuah tenda
"KYAA!"
Semuanya terkejut dan langsung mendekati api unggun itu. Rupanya anak-anak perempuan histeris melihat seekor Salamander kecil berwarna merah dengan tato ungu yang datang dengan marah, bahkan ada api ungu di punggungnya
"Ah itu Salamander!. Adik-adik jangan panik kita bisa-."
Semuanya terdiam ketika Esther berjongkok didepan Salamander itu sambil memberikan beberapa butir jagung ke tanah
"Kau lapar?" Salamander menimang-nimang dan malah ketagihan dengan jagung bakar itu, setelah habis dia menunjukan wajah bersahabatnya
Esther tersenyum kemudian mengambil Salamander itu
"Awas panas!" seru Paula, tapi terlambat, Esther menjerit tertahan saat tangannya terasa seperti dibakar. Alarion yang berada di dekat sana, menumpahkan air minum miliknya
Tapi bukannya kesal karena apinya dipadamkan, Salamander itu malah senang seolah-olah api itu adalah amarahnya
"Huff untunglah, terimakasih Alan."
"Y-ya. Dia menyukaimu."
"Tidak. Kurasa dia hanya butuh teman. Kalian coba ajak dia bermain, dia gak jahat kok." Esther mengembalikan Salamander itu ke tanah
Murid yang lain dengan takut-takut mendekat dan benar ucapan Esther, hewan api itu hanya ingin bermain dan berteman dengan manusia
"Wahh bagaimana bisa kau melakukan itu?. Kami yang bertahun-tahun disini saja tak berani menyentuh hewan-hewan berelemen sihir begitu," kata Aaron. Esther mengangkat pundaknya kemudian kembali duduk untuk menyantap jagung bakar
"Kau ini selalu lapar ya?" julid Atlas. Esther mendelik lalu lanjut makan
Valent menggeleng kemudian masuk ke tenda khusus guru, karena adanya sihir tenda yang terlihat sangat kecil dari luar tapi sebenarnya benar-benar luas di dalam karena menggunakan sihir ilusi
Valent meraih tasnya dan mengambil sebuah buku yang berisi tentang hewan-hewan di Mythical Anthem, begitu-begitu dia juga belajar. Bisa saja muridnya diserang oleh hewan beracun
"Tunggu, sejak kapan aku begini?"
Selang beberapa waktu, jam tidur akhirnya datang. Seluruh murid masuk ke tenda sesuai asrama mereka dengan kelelahan, walau begitu hari ini sangatlah menyenangkan
"Wah aku tak sabar besok dan lusa!. Kita akan melihat hewan apa ya?" Esther tersenyum mendengar ucapan teman satu tendanya itu sambil mengeluarkan selimutnya
"Ah apa kita bisa bertemu Nymphera?. Barusan kan kita melihat hewan berelemen api," sahut yang lain
"Sudahlah teman-teman, kita akan tau itu besok jadi ayo tidur dan isi tenaga kita ya."
Esther terkekeh melihat wajah cemberut teman-temannya kemudian membaringkan tubuhnya. Tapi beberapa jam kemudian, Esther terbangun mendengar siulan merdu itu kembali
"Aku tak salah dengar rupanya." Esther bangun perlahan berharap teman-temannya tidak terbangun, dia meraih syal dan lentera api lalu keluar dari tenda
Fiuuu~ fii~ fiuuu~
(Flute sound: Intro of 'Keep your friends close' by EPIC THE MUSICAL)
"Angin-angin ini … bersuara?" Tiba-tiba datang angin deras sesaat, tapi Esther bisa melihat bayangan sesuatu yang besar dan bersayap
"Halo?!" Esther mencoba melihat lebih jelas dengan penerangan seadanya dari lentera tapi bayangan itu sudah pergi
"Oke, aku tak mungkin mengikutinya sembarangan masuk ke hutan. S-sebaiknya tidur saj-." Esther hendak kembali ke tendanya, tapi tidak bisa karena angin-angin itu mencoba menahannya
"Oh ayolah aku tak mau mengambil resiko dan mengecewakan yang lain!"
Tapi angin itu terus mendorong Esther menjauh dari tenda
"Oke oke aku pergi!" Esther berhenti sebentar didepan hutan yang gelap itu sampai menelan ludahnya
"Beranikan dirimu, Esther. Hey kalian sudah menyuruhku masuk setidaknya beritahu harus pergi kemana, aku sudah harus ada disini sebelum yang lain bangun."
Setelah mengatakan itu, angin-angin menunjukkan diri mereka dengan menerbangkan dedaunan yang kemudian masuk ke hutan. Esther menatap sekeliling dulu memastikan tak ada yang melihatnya lalu masuk mengikuti angin tadi
"P-permisi, aku hanya numpang lewat." Esther terus menghindari tatapan penasaran hewan-hewan liar disana
Dia mendongak saat mendengar suara senandung yang bernada sama dengan angin-angin itu
"Lynette?" Sang empunya nama terkejut dan panik, tapi Esther dengan cepat menenangkannya
"Aku tau kau masih belum paham bahasa kami, tapi dengarkan. Aku teman, sama seperti Freya." Mendengar nama Freya disebut, Lynette mulai tenang dan menerimanya
Esther menatap sekeliling dan menyadari tempat yang mereka berdua pijak adalah tanah dengan daun-daun berguguran yang di kelilingi hutan
"Tempat apa ini?" Tepat ketika mengatakan itu, angin-angin tadi berdatangan tapi bukan untuk Esther, melainkan untuk Lynette
Gadis albino itu tersenyum dan membiarkan angin-angin itu menyentuh tubuhnya
"Aku bisa merasakan sihirku kembali." Esther terperangah tidak percaya yang didengarnya
"K-kau baru saja-." Lynette menggeleng
"Bukan aku yang bicara menggunakan bahasamu, tapi kau. Angin-angin ini yang melakukannya, mereka sangat hebat bukan?" Esther tertegun dan mengangguk setuju
Lynette menunduk dan menyentuh tanah hingga kemudian keluar cahaya yang menyebar ke seisi hutan. Esther terpana melihat pepohonan itu bercahaya, dari batangnya yang muncul bintang-bintang sampai dedaunannya
"Ini … sihirmu?. Elemen angin, sihir langka di Eldhora?" Lynette terkekeh geli melihat wajah takjub Esther
"Namamu Esther kan?. Orang yang dipilih Darian Aranthor."
"Kau tau?"
"Ya. Cerita para pahlawan di Eldhora juga seperti legenda bagi kami. Bangsa Elvish." Esther tertegun, entah dimana dia pernah mendengar nama itu
"Elvish?. Tunggu sebentar biar aku mengingat-ingat. Apa itu … termasuk dalam kategori negri yang menghilang di Eldhora?"
Esther semakin dibuat tidak percaya setelah mendapat anggukan dari Lynette
"Lalu kenapa kau kesini?!. Bukannya lebih baik diluar Eldhora?. Bahkan setelah datang pun kau kehilangan sihirmu, apa yang membuatmu kemari … Lynette?"
Lynette diam dan tersenyum
"Kalian. Aku ingin kalian berlima, menemukan bangsa Elvish."
...T͇O͇ ͇B͇E͇ ͇C͇O͇N͇T͇I͇N͇U͇E͇>͇>͇>͇...