NovelToon NovelToon
My Ex Husband, story's Daniel dan Denisa

My Ex Husband, story's Daniel dan Denisa

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / cintapertama
Popularitas:1.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: Isma Wati

Squel Flight Attendant.


Denisa, dokter berusia dua puluh lima tahun itu telah menjadi janda diusianya yang bahkan belum genap dua puluh tahun akibat obsesinya pada laki-laki yang sangat mencintai kakaknya. Susah payah pergi jauh dan berusaha move on, Denisa dipertemukan lagi dengan mantan suaminya yang sangat ia hindari setelah lima tahun berpisah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isma Wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dua Tato

Beberapa jam sebelum Denisa bangun.

Daniel menatapi lamat-lamat wajah Dara yang begitu mirip dengannya, dia mendongak menahan butir kristal yang akan keluar, rasa sedih, bersalah berkecamuk dipikiranya, dia tak tahu tumbuh kembang Dara dari baru lahir hingga dia tumbuh sebesar ini.

"Maafkan Papi Dara, maaf, Papi dulu egois." usapnya lembut pipi Dara, tak tahan, Daniel memilih keluar.

Dara bangun saat pukul empat sore. Walau masih kecil, tapi dia tahu jika ini bukan rumah atau kamarnya, Dara auto panik dan turun dari tempat tidur, berlari menuju pintu kamar yang alhamdulillahnya tidak dikunci.

Dara berhasil membuka pintu, pemandangan pertama yang dilihatnya Daniel duduk ditepi kolam sambil menghisap batang tembakaunya. Posisi kamar Daniel dan Denisa bersisian, dan kamar mereka langsung terhubung dengan kolam pribadi khusus.

"Om." panggil Dara.

Daniel menoleh, cepat-cepat dia menekan ujung puntung rokoknya, berdiri menghampiri Dara yang masih didepan pintu kamar. "Hai cantik, sudah bangun?"

"Mami aku mana Om?" tanya Dara langsung mencari keberadaan Denisa yang tak terlihat.

Daniel memgusak kepala Dara sayang.

"Mami ada dikamar ini," tunjuk Daniel kamar yang ditempati Denisa, "yuk kita lihat Mami Dara." digandengnya Dara.

Daniel mengetuk pintu terlebih dahulu, ini dia lagi sama anaknya, sudah pasti harus mencontohkan sikap sopan santun dan baik, seburuk apapun dia dulu, tetap dia ingin anaknya tak mengikuti jejaknya, dan jika tak bersama Dara, sudah pasti dia akan menerobos masuk tanpa permisi.Tiga

Tiga kali ketukan tapi pintu tak juga dibuka oleh Denisa. Terpaksa Daniel membuka tanpa izin, tapi sudah izin pada Dara tentunya. Ternyata pintu tak Denisa kunci.

"Mami tidur, jangan diganggu ya, Dara main saja sama Om. Mau?"

Tak mengangguk atau menggeleng, tak menolak ataupun mengiyakan, Dara menatap wajah Daniel seksama, darah Daniel berdesir hebat ditatap sedalam ini oleh anak kecil yang seperti sedang mencari kejujuran, terlebih ini adalah darah dagingnya sendiri, mata Daniel berkaca-kaca, ingin dia memeluk Dara, sejak tadi dia menahan, namun tak ingin lancang, dia harus izin Denisa untuk yang satu ini.

"Om ini siapa? Kenapa mami mau dan biarin Dara jalan-jalan sama Om? Mami tuh jarang percaya sama orang asing." Aku Dara jujur.

Daniel menunduk, memejam, rasanya sedih begitu hebat Denisa menjaga anaknya.

"Ehemm," dehemnya, mendongak menetralkan suaranya yang serak, "mami bilangnya apa sama Dara.

"Teman."

"Teman ya? Berarti Om teman dekat Mami, teman lama yang sudah lama tidak bertemu, kami sangat dekat, makanya mami percaya sama Om."

Dara meraba wajah Daniel membuat Daniel memejam.

"Muka Om kayak mirip siapa ya?" Dara mengetukkan telunjuknya di dagu, "ih Dara lupa, tapi Om mirip seseorang."

Daniel terkekeh, anaknya ini begitu pintar ternyata, menyadari kemiripan mereka, tapi namanya anak kecil, nggak akan paham.

"Om mirip Dara mungkin, bener nggak?"

"Masa sih Om?"

Daniel mengendikkan bahu. "Nggak usah dibahas, sekarang lebih baik kita berenang, sore gini enak loh berenang."

"Mau Om mau, tapi nanti kalau mami marah Om yang jawab ya! soalnya Dara belum izin mami. Dara juga nggak bisa berenang."

"Tenang, Om yang bilang sama mami. Emm Dara seneng nggak Om ajak jalan seperti ini?"

"Seneng, Dara nggak pernah jalan-jalan, mami sibuk cari uang, padahal Dara sudah bilang sama mami buat cari papi baru, biar mami nggak cari uang terus, tapi mami nggak mau."

Denisa tidak mau mencari penggantinya? Hati Daniel sudah pasti senang mendengar itu, apakah masih ada namanya dihati Denisa? Entahlah, ada tak ada dia akan membuat mereka bersama karena ada Dara. Mungkin juga mereka masih jodoh, nyatanya berpisah lima tahun, tapi mereka sama-sama belum mendapatkan pasangan, dan ini mungkin juga kesempatan kedua untuk dia memperbaiki semuanya.

Daniel jongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan tinggi badan Dara. "Jadi Dara pengen punya papi baru?"

Dara mengangguk. "Biar ada yang ajak Dara jalan-jalan, terus nanti bisa kasih tahu teman-teman kalau Dara juga punya papi."

Lagi, hal yang baru diketahui Daniel, Dara sepertinya mendapat pembulyan dari teman sekolahnya. Tak rela pasti membayangkan Dara diejek teman-temannya, pilu membayangkan bagaimana Denisa menghadapi ini sendiri.

"Yaudah, nanti bilang sama mami, Dara mau punya papi kayak Om. Kalau Om sudah jadi papi Dara, Om akan ajak Dara jalan-jalan terus, keluar negri juga. Terus beliin jajanan yang banyak dan mainan, kita jalan bertiga, mami sering dirumah jaga Dara, gimana mau nggak?"

Dara mengangguk cepat, dan langsung membayangkan apa yang diucapkan Daniel, itu salah satu impianya memiliki keluarga yang utuh.

* * *

Denisa datang membawa dua gelas jus jambu dan jeruk. Jus jambu untuk Daniel, yang seingatnya suka jus jambu, dan jus jeruk untuk Dara.

Dibelakangnya diikuti oleh pegawai resort yang membawakan tiga cup pop mie untuk mereka makan.

"Mami masih ingat kesukaan papi," bisik Daniel mengambil satu gelas ditangan Denisa. Denisa tak menggubris omongan Daniel, dia langsung memberikan jus jeruk untuk Dara dan duduk disisi anaknya.

"Kamu nggak dingin sayang?" tanya Denisa.

Dara menggeleng "Dara suka Mi, besok Om mau ajak Dara berenang lagi abis subuh."

"Itu kepagian, kamu bisa kedinginan."

"Kamu ini dokter tapi nggak tahu manfaat mandi pagi Mi," sahut Daniel ikut nimbrung.

"Iya Om, benar. Mami tuh cuma tahu penyakit kalau Dara main hapenya lama, semua macam penyakit Mami sebutin, padahal teman sekolah Dara banyak yang nonton hape lama."

Denisa melirik Daniel yang tertawa mendengar jawaban polos Dara.

"Dara, Mami nggak bohong kalau soal itu, kamu kalau sudah nonton hape suka lupa waktu, nggak kerjain PR sama belajar."

"Emang penyakit apa aja sayang?" Daniel malah bertanya, dan panggilannya itu loh? membuat Denisa makin sebal. Denisa melirik Dara, beruntung putrinya itu tak menyimak dan fokus pada cup pop-mienya, Dara sedang menikmati surga dunianya setelah berenang.

Ponsel Denisa berdering, Ricko melakukan panggilan video. Santai Denisa menggulir tombol hijau menerima panggilan Ricko seraya berjalan menjauh kearah kamarnya tanpa izin pada Daniel. Dada Daniel seperti terbakar melihat Denisa menerima telepon dari orang lain, apalagi itu panggilan video.

Daniel mendengar Denisa menyebut nama dokter Ricko, semakin membuat dadanya yang terkena percikan api seperti sengaja disiram dengan bensin.

Daniel mengikuti arah jalan Denisa, tangannya meremas kuat gelas jus yang tadi diberikan Denisa.

Daniel menajamkan pendengaran untuk menyimak pembicaraan Denisa, tapi sayang suara mereka tak terdengar jelas, namun Daniel dibuat seperti naik darah saat Denisa memanggil mas oleh lawan bicaranya. Kesal, sudah pasti, apalagi melihat Denisa kadang tersenyum, dan kadang tertawa menaggapi obrolan Ricko.

Sebenarnya belum dua menit Denisa ngobrol dengan Ricko, tapi Daniel merasa ini sudah terlalu lama. Dia beranjak dari duduknya menghampiri Denisa yang masih tersenyum didepan layar ponselnya.

Matanya menyorot tajam penuh amarah, bisa-bisanya Denisa ngobrol santai dengan laki-laki lain saat bersamanya.

Menyadari kedatangan Daniel, cepat Denisa menmutus sambungan video itu.

"Apa yang kalian obrolin, sampai lama banget?"

"Nggak ada, cuma izin untuk besok," Denisa berjalan melewati Daniel, cepat Daniel menahan pergelangan tangan Denisa.

"Kenapa harus panggil dokter jelek itu mas?" sebenarnya Ricko nggak jelek, jika dinilai 1-10 nilai ketampanan Ricko itu 9, tapi ya Daniel menganggapnya jelek. "Janga panggil dia mas, panggil aja seperti biasa 'dokter' gitu?"

"Kenapa jadi ngatur sih?"

"Aku nggak suka, kuping aku tiba-tiba cong3an, dan satu lagi, kalau lagi sama aku jangan terima telepon dari siapapun, bisa?" Denisa merotasikan matanya jengah, setelah mengacau privasinya, Daniel mulai mengatur hidupnya. Kini giliran handphone Daniel yang berdering diatas meja depan Dara.

"Siapa Dara?" teriak Daniel, takut panggilan penting, Dara yang masih menikmati pop mie memajukan badan melihat nama yang tertera dilayar hape Daniel.

"Amanda Om."

"Angkat aja, kali aja penting, nggak baik mengabaikan telepon tunangan, jangan buat dia nunggu lama." Denisa melepaskan tangannya dari Daniel menghampiri Dara.

Daniel menerima telepon dari Amanda tanpa menjauh dari Dara dan Denisa, dia hanya ham hem tanpa mengatakan apa-apa kemudian memutuskan panggilan itu.

"Amanda besok pulang minta dijemput." Daniel melihat Denisa yang sedang menikmati pop mienya yang mulai medok tanpa menghiraukan Daniel sedikitpun.

* * *

Dua hari berlalu, entah apa yang terjadi, Denisa benar-benar tidak tahu, saat dia bangun pagi di resort Dara menunjuk lehernya yang tiba-tiba memiliki tato, tidak hanya satu, tato buatan bibir itu ada dua disisi kiri dan kanan leher Denisa.

Kesal, marah, tapi juga menyalahkan diri sendiri, bagaimana bisa dia ceroboh sampai tidak terasa dan tidak tahu ada yang menyelinap masuk kekamarnya, dan melakukan itu.

Apalagi saat ditanya Daniel pura-pura tidak tahu dan malah ingin menambahkan lagi cap yang baru.

"Kamu kenapa pake syal Nis, cuaca panas begini?" tanya Ricko saat berpapasan di ruang UGD, bukan tanpa alasan Denisa memakai syal, dia sudah mengenakan dalaman turtleneck tapi tidak menutupi tato itu.

"Aku lagi nggak enak badan Dok, kayak ngerasa panas dingin."

Ricko meraba kening Denisa, tidak panas, tapi Denisa yang sedikit panik memang terlihat pucat. "Seharusya kamu ambil cuti lagi, kamu pasti kecapean habis jalan-jalan kemarin."

"Nggak papa Dok, cuma meriang sedikit. Nggak enak juga sama dokter Amanda, kita ada meeting juga hari ini."

Saat bersamaan Amanda baru datang bersama Daniel.

"Cieee yang baru jadian, sampe disamperin ke UGD," goda Amanda pada Denisa dan Ricko.

Denisa yang memang tidak tahu menahu bingung, tapi Ricko tersenyum mengingat foto yang dia kirim pada Amanda. Daniel sendiri sudah bisa dipastikan wajah tak bersahabatnya melihat Denisa berduaan bersama Ricko, ya nggak berduaan juga sih, orang ini ditempat umum.

"Jadian sama siapa ya? nggak taunya dianya nggak mau." Ricko terkekeh melirik Denisa yang masih bingung, semakin tak suka saja Daniel pada Ricko yang kepedean.

"Tuh Nis, terima donk." senggol Amanda bahu Denisa, dan Denisa tersenyum malu saat menyadari itu.

"Apaan sih Dok?" Denisa menyelipkan rambutnya kebelakang telinga.

"Abis meeting kita double date yuk, aku juga lagi seneng soalnya." Amanda menggamit tangan Daniel.

Ada rasa tak nyaman melihat itu, Denisa memilih mengalihkan pandangan.

1
Alfi
untung berpisah ya thor
Alfi
kasian istrimu Daniel ,
Cut SNY@"GranyCUT"
setelah vaca kisah Abian-Delia, lanjut baca ini..
Alfi
outor nya orang lampung ya tor
Lilik Juhariah
ngapain ke apartemennya , ngapain uangnya dibalikin cuma 5;juta ma pulsa, dokter kok lemah lelet
Lilik Juhariah
gila Daniel ini aku yg baca aja ngos-ngosan kuatir Nisa pingsan, jahat banget
Lilik Juhariah
danisa cantik banget
Nizar
ini laki emang plin-plan kali ya.
Debby Feybe Mekutika
Luar biasa
Fifid Dwi Ariyani
trussabar
Fifid Dwi Ariyani
trussemangat
Fifid Dwi Ariyani
trussabar
Rosanti
Luar biasa
Fifid Dwi Ariyani
trussabar
Fifid Dwi Ariyani
teussabar
Fifid Dwi Ariyani
trussehat
Fifid Dwi Ariyani
trussemangat
Fifid Dwi Ariyani
trussehat
Fifid Dwi Ariyani
trussabar
Fifid Dwi Ariyani
trusceria
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!