NovelToon NovelToon
Ku Buat Kau Menyesal, Mas!

Ku Buat Kau Menyesal, Mas!

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami
Popularitas:27.8k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Aluna Haryanti Wijaya, gadis lembut yang menikah demi menjaga kehormatan keluarga. Pernikahannya dengan Barra Pramudya, CEO muda pewaris keluarga besar, tampak sempurna di mata semua orang. Namun di balik janji suci itu, Aluna hanya merasakan dingin, sepi, dan luka. Sejak awal, hati Barra bukan miliknya. Cinta pria itu telah lebih dulu tertambat pada Miska adik tirinya sendiri. Gadis berwajah polos namun berhati licik, yang sejak kecil selalu ingin merebut apa pun yang dimiliki Aluna.

Setahun pernikahan, Aluna hanya menerima tatapan kosong dari suaminya. Hingga saat Miska kembali dari luar negeri, segalanya runtuh. Aluna akhirnya tahu kebenaran yang menghancurkan, cintanya hanyalah bayangan dari cinta Barra kepada Miska.

Akankah, Aluna bertahan demi cintanya. Atau pergi meninggalkan Barra demi melanjutkan hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18. Apa mungkin dia anakku?

Keheningan setelah kepergian Tuti dan Miska bergelayut. Napas di ruangan seperti menempel di dinding putih itu. Barra berdiri di sana beberapa detik, menunduk, lalu mengangkat muka. Matanya penuh penyesalan. Ia melangkah pelan mendekati Aluna.

“Aluna … aku minta maaf. Aku salah ... Maafkan aku,” suaranya serak, setulus mungkin untuk pertama kali sejak lama.

Aluna menatapnya dingin, dagunya terangkat sedikit, sikap yang bahkan menandai bahwa semua pintu kini tertutup rapat. Ia mengabaikan kata-kata itu, berusaha menahan getaran di dadanya. Ketika Barra meraih lengan Aluna dengan niat merengkuh, ia cepat menarik tubuhnya mundur.

“Jangan sentuh aku,” ucapnya pendek. “Jaga sikapmu, di sini ada suamiku.” lanjutnya, dengan suara dingin.

Tiba-tiba Raka melangkah maju. Matanya yang polos kini tajam mendukung keberanian kecilnya. Bocah itu menatap Barra tanpa ragu. “Om Barra, berhenti ganggu Mommy!” suaranya tegas, mengejutkan semua yang hadir. “Kalau Om nggak berhenti, Raka akan panggil polisi dan masukkin Om ke penjara!”

Ruang itu seketika beku. Aluna terkejut dengan ucapan Raka menusuk ke tempat paling lunak di hatinya. Dalam hati ia tercenung, 'inikah balasan yang pantas diterima Barra? Bahkan darah dagingnya sendiri sudah takut dan ingin menjebloskannya ke sel.'

Barra, wajahnya kaku, menatap bocah itu selama beberapa detik. Tangan keriput Kakek Haryanto bergetar. Lalu, perlahan, Barra menurunkan tangannya, langkahnya melunak. Dia mendekat pada Raka, mengusap rambut bocah itu dengan lembut seperti mencoba menebus sesuatu yang tidak ia mengerti. “Maafkan Om, ya. Om tidak bermaksud membuat keributan,” ucap Barra pelan, suaranya hampir tenggelam.

Raka menatapnya sekilas, lalu kembali pada ibunya. Aluna menahan napas di matanya, tegap lelaki itu menampakkan bekas luka penyesalan yang tak cukup untuk menambal apa yang telah ia robek. Barra menarik napas, mengangguk singkat kepada Aluna, kemudian berbalik dan melangkah keluar dari ruang itu tanpa berkata lebih jauh.

Di koridor rumah sakit, langkahnya cepat namun goyah. Di kursi mobilnya, masih terguncang, Barra mengangkat ponsel dan menekan nomor Cleo.

“Cleo, cari data tentang Tuan Takahashi Hiroto. Siapa dia, latar belakangnya, aset dan koneksinya. Dan ...” ia berhenti sejenak, suaranya menjadi lebih rapuh “cek juga siapa anak itu. Ada yang harus aku pastikan.”

Cleo di seberang menjawab cepat, profesional. “Baik, Tuan. Aku akan telusuri semuanya. Kalau perlu, aku koordinasi dengan pihak rumah sakit untuk urusan administrasi pasien.”

Barra meletakkan kepala di sandaran, lalu dengan tangan gemetar membuka telapak, beberapa helai rambut kecil berwarna hitam lembut itu adalah rambut Raka, tanpa ia sadari tertinggal saat dia mengusap kepala bocah itu tadi. Ia menatap helai rambut itu seolah mencoba membaca masa lalu. Tanpa menunggu lama, dia memerintahkan Cleo agar mengatur pertemuan dengan dokter untuk prosedur pemeriksaan yang bisa memastikan hubungan darah. “Segera! Aku mau tahu kebenarannya,” katanya singkat.

Sementara itu, beberapa koridor dan halaman selanjutnya menyimpan gejolak lain. Di mobil yang membawa Tuti dan Miska, amarah meledak. Miska mengetap-ngetap setang kemudi kecil di mobil, wajahnya memerah. “Dia harus hancur! Dia berani kembali dan membuat semua orang ingat dia, dan anaknya! Aku tidak akan kalah!” teriaknya penuh kebencian.

Tuti menepuk bahu putrinya, mencoba menenangkan. “Tenang, Miska. Kita atur cara yang benar ... jangan langsung bertindak bodoh.”

Tapi Miska tak mau mendengar nasihat lembut. “Bagaimana kalau kita buat skandal besar? Aku akan buka topeng dia. Semua akan tahu siapa Aluna sebenarnya. Aku akan buktikan dia penipu ... begitu ayah tahu, semua investor pasti balik ke kita.”

Di ruang mobil Barra kembali, ia sudah memutus panggilan. Di benaknya saling bersilangan perasaan yang tak jelas, marah, malu, takut, bersalah. Ia tidak lagi bisa menyepelekan perasaan yang ada hatinya sendiri kala membayangkan bocah kecil itu anak yang mungkin membawa darinya semua konsekuensi yang selama ini ia elakkan.

Barra memutuskan satu langkah praktis langsung ke dokter untuk meminta pemeriksaan DNA. Ia tak ingin rumor, tidak ingin asumsi. Ia perlu fakta dan dia memerintahkan Cleo mengurus segala hal izin, sampel, ruang medis yang kredibel. “Jika benar … aku harus menanggung konsekuensinya. Kalau tidak, juga harus jelas,” gumamnya pada dirinya sendiri.

Beberapa saat berlalu.

Langkah kaki Barra menggema di lorong rumah sakit malam itu. Penerangan yang redup dan aroma antiseptik menyengat membuat dadanya semakin sesak. Ia menggenggam erat amplop putih berisi helai rambut Raka bukti kecil yang kini seakan menjadi kunci masa lalunya.

Di depan sebuah pintu bertuliskan Laboratorium Forensik Medis, Barra berhenti. Tangannya terangkat untuk mengetuk, namun sempat ragu. Sejenak ia teringat lagi tatapan Aluna yang penuh dingin, serta suara tegas bocah itu, “Berhenti mengganggu Mommy, atau aku hubungi polisi.”

Dengan menarik napas panjang, ia akhirnya mengetuk. Pintu terbuka, memperlihatkan sosok dokter paruh baya dengan kacamata tipis, seorang spesialis forensik genetik.

“Selamat malam, Tuan Pramudya. Saya sudah diberitahu oleh pihak rumah sakit,” sapa dokter itu sopan. “Apakah sampel yang Anda maksud sudah dibawa?”

Barra mengangguk, menyerahkan amplop kecil itu. “Saya ingin hasilnya secepat mungkin, Dok. Apa pun yang diperlukan, lakukan.”

Dokter menatapnya penuh arti, seolah memahami urgensi yang tak diucapkan. “Baik, kita butuh waktu beberapa hari untuk memastikan kecocokan DNA. Tapi … kalau saya boleh tahu, apa Anda yakin ingin mengetahui kebenarannya? Kadang hasil seperti ini bisa mengubah segalanya.”

Barra menatap lurus, sorot matanya berat. “Lebih baik terluka oleh kebenaran, daripada terus dihantui oleh pertanyaan. Saya harus tahu, Dok. Saya harus tahu apakah dia benar-benar darah daging saya.”

Dokter mengangguk, menerima sampel itu dengan hati-hati. “Baiklah, saya akan segera menghubungi Anda begitu hasilnya keluar.”

Barra keluar dari ruangan dengan langkah tertatih. Dalam hati, ia sudah menyiapkan dirinya untuk apa pun namun ketakutan paling besarnya adalah jika hasil itu benar-benar membuktikan bocah itu adalah putranya.

Di sisi lain, Cleo masih duduk di balik meja kerjanya yang penuh dengan dokumen dan laptop menyala. Ia mengetik cepat, membuka data perusahaan internasional, profil eksekutif, hingga arsip berita lama.

Nama yang sama terus muncul di layar, Takahashi Hiroto, CEO Hoshimitsu Corporation.

Cleo terbelalak ketika membaca profilnya. Perusahaan itu bukan hanya besar, melainkan salah satu korporasi raksasa Jepang, menguasai berbagai bidang mulai dari teknologi, properti, hingga energi. Nilai pasarnya bahkan lebih tinggi dari gabungan beberapa perusahaan besar di Jakarta.

“Tidak mungkin…” Cleo bergumam, semakin tenggelam dalam datanya. “Jadi suami Nyonya Aluna sekarang adalah salah satu pria paling berpengaruh di Jepang?”

Dia membuka artikel lama, sebuah wawancara bisnis internasional. Di situ terpampang foto Taka berdiri dengan jas hitam elegan, rahang tegas, sorot mata tajam namun berkelas. Di sampingnya, ada keterangan:l, “The Unshakable CEO Takahashi Hiroto, pengusaha muda Jepang dengan reputasi bersih, karisma, dan kepemimpinan kuat.”

Cleo mengernyit, hatinya dilanda kekhawatiran. 'Kalau benar bocah itu anak Tuan Barra, situasinya jauh lebih rumit daripada yang bisa dibayangkan. Tuan Barra tidak hanya berhadapan dengan Nyonya Aluna … tapi juga dengan seorang raksasa bisnis yang punya segalanya untuk melindunginya.

Telepon berdering di meja Cleo. Ia segera mengangkatnya, mendengar suara Barra yang terdengar parau dari seberang.

“Cleo, aku sudah lakukan prosedurnya. Hasilnya belum keluar … tapi kau benar, Tuan Taka bukan orang biasa. Aku ingin kau terus awasi pergerakannya. Jangan sampai dia tahu kita sedang menggali latar belakangnya.”

Cleo menatap layar komputernya yang masih menampilkan foto Taka tersenyum dingin di depan gedung Hoshimitsu. “Tuan, sejujurnya … saya ragu kita bisa menyentuh orang seperti dia. Dia bukan sekadar lawan bisnis, dia punya kekuatan global. Jika sampai dia tahu, ini bisa berbalik menyerang kita.”

Barra terdiam lama sebelum menjawab dengan suara rendah, getir, dan penuh tekad. “Aku tidak peduli. Jika anak itu benar-benar darahku … maka aku tidak akan menyerah. Sekalipun aku harus berhadapan dengan pria sekuat apa pun.”

1
juwita
si miskin sm si bara Bret brot emg cocok sm" pecundang sm" licik.
mama
alhamdulillah.. Taka datang tepat waktu
Sunaryati
Benar kan memang kalian sangat cocok Miska dan Barra, sama- sama licik jadi kalian pas hancur bersama.
Sunaryati
Barra akan hancur bersamamu Miska, kau lupa ada CCTV ada pengawal Aluna, yang mengawasi dar kejauhan, dan mengirimkan kejadian seutuhnya pada Tuan Taka
Uthie
Yeayy... Taka is the Hero 🤩👍🏻
Cookies
ceritanya bagus, miska dan barra siap² amarah tuan taka
Cookies
masih kurang thor🤭, lanjut yg byk
Aisyah Alfatih: kita lanjut besok ya, 3 bab 💪💪
total 1 replies
Lee Mbaa Young
Bner kan Dugaan ku aluna blm pernh tidur dng Taka, krn aluna blm move on. ini aja krn obat coba kl waras gk mungkin aluna mau hub badan dng Taka. kasian banget Taka 🤣 punya istri tp gk di layani.
Aisyah Alfatih: bukan nggak bisa move on, tapi alunanya nggak mau jatuh cinta karena pelarian 🤭
total 1 replies
partini
6 tahun cuma megang tangan doang
Aisyah Alfatih: 😂😂😂😂😂
total 5 replies
A.M.G
mampus lu bar
A.M.G
kapan sih para benalu tersingkir kan
A.M.G
namanya juga hidup pasti penyesalan datangnya belakangan
A.M.G
semangat
Uthie
koq si Miska masih dipertahankan gtu sihh itu???
Warung Sembako
dr awal semua kekacuan jg krn miska, hrusnya miska juga ikut hancur, bkn bara seorang...
Ma Em
Tuti dan Miska bukannya menyadari semua kesalahannya malah bertambah nekad sepertinya , Aluna sdh terlanjur hancurkan saja Tuti dan Miska biar dia sadar bahwa dia tdk akan bisa melawan Aluna dan menyesali dgn segala perbuatannya , jgn beri maaf Miska sama Tuti
Uthie
Bagusss Aluna.. singkirin aja tuhh 2 manusia jahat si Tuti ma Miska 👍🏻🤨😡😡
Uthie
Biarlah si Barra aja yg kasih pelajaran tak kan pernah dia lupa kan juga .. sebagai mana dulu Aluna pun merasakan nya hingga kini 👍🏻🤨😤
ken darsihk
Eehhh duo racun Tuti dan Miska kalian benar-benar nggak ada kapok nya ya , rencana busuk apa lagi yng ada di kepala kalian
Semoga karma cepat menjemput mu 😡😡😡
nur adam
lnjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!