NovelToon NovelToon
Casanova Kepincut Janda

Casanova Kepincut Janda

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Perbedaan usia / Romansa-Percintaan bebas
Popularitas:184.7k
Nilai: 5
Nama Author: Wiji

Bari abdul jalil, nama yang religius. Kedua orang tuaku pasti menginginkan akun tumbuh menjadi pribadi yang sesuai dengan nama yang diberikan. Tapi kenyataan justru sebaliknya. Saat dewasa justru aku lupa dengan semua ajaran yang diajarkan oleh mereka di waktu kecil. Aku terlalu menikmati peranku sebagai pecinta wanita. Hingga suatu ketika aku bertemu dengan seseorang yang sangat berbeda dari wanita yang aku pacari.
Mau tahu apa bedanya? dan bisakah aku mendapatkan apa yang aku mau?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

Sudah satu minggu ini aku tak pergi ke masjid biasa lagi. Selama itu pula aku tak bertemu dengan Arumi. Namun, ibadahku tetap aku laksanakan dengan baik. Karena ibadahku tak ada hubungannya dengan Arumi.

Jangan tanyakan bagaimana keadaan ku selama satu minggu ini. Aku hanya berusaha menutupi rasa rinduku yang sudah membuncah. Aku tak pernah absen berdoa sehabis sholat. Aku sadar betul jika rasa yang aku rasakan ini sangatlah salah. Itu sebabnya aku selalu berdoa dan meminta pada yang maha Kuasa untuk tidak memikirkan istri orang. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Semakin hari aku semakin merindukan Arumi. Mana foto yang yang ada di ponselku sudah terhapus. Ah semakin susah hudupku ini. Sepertinya semesta tidak mendukung aku untuk bahagia akhir-akhir ini. Aku meminta untuk lupa malah semakin ingat. Doaku yang salah atau bagaimana? Apa aku harus meminta untuk dimudahkan merebut istri orang begitu?

Semakin ke sini pun pekerjaan ku semakin amburadul. Aku sama sekali tak fokus dengan kegiatan ku. Bahkan pernah sekali Firdaus aku bentak hanya karena kesalahan kecil. Sebelumnya tak pernah aku membentak orang lain. Karena Bari yang dulu sangat bahagia dan tak terlalu pusing dengan kehidupan. Namun, semenjak kenal Arumi duniaku seakan dilempar seratus delapan puluh derajat. Aku menjadi manusia yang pada umumnya, suka marah tidak jelas, melamun dan masih banyak lagi kegiatan un faedah yang aku kerjakan.

"Tuan, mau makan siang apa?" tanya Firdaus yang akhir-akhir ini hilang sudah slengean nya. Setiap kali aku melihat sekretaris kesayangan ku itu aku merasa bersalah karena dialah satu-satunya orang yang paling kena imbas atas apa yang terjadi padaku.

Aku dan Firdaus bukanlah hanya sekretaris dan atasan saja. Dia sudah ku anggap sebagai teman, sahabat, adik. Dia pandai mengatur dirinya sebagai apa saat emosi ku sedang tak stabil.

Aku cukup terbuka dengannya. Apapun yang aku rasakan dan masalah apapun yang tak bisa aku pecahkan sendiri, aku selalu curhat padanya. Hal ini terjadi karena dua sahabat gesrek ku sudah menikah dan tak mungkin aku menambah beban mereka. Ibu? Aku tak mau curhat apapun dengan ibu bukan karena aku tak menganggapnya, ibu sudah cukup tua untuk mengerti beban hidup ku. Jadi aku tak mau menambah beban pikirannya yang akan berimbas pada kesehatan. Biarlah ibu hanya tau bahagiaku saja.

"Aku tidak mau makan siang," jawabku dengan wajah gundah gulana.

Entah bagaimana wajah ku sekarang ini. Aku tak pernah lagi memakai skincare ku. Pikiran ku hanya pada Arumi dan wanita yang seringkali datang ke mimpiku. Aku sendiri bingung, kenapa aku selalu memimpikan wanita yang sama dengan perlakuan yang buruk dari pria yang aku duga suaminya. Tak tahu apa salahnya hingga wanita itu selalu disiksa nya.

"Maaf tuan, bukannya saya lancang. Sudah beberapa hari ini tuan tidak makan siang. Saya takut mag tuan kambuh."

"Gue nggak nafsu makan."

"Jika tuan ada masalah, tuan bisa cerita ke saya seperti biasa. Jika tuan tidak mau ada orang lain tahu dengan masalah tuan, tuan bisa gelar sajadah di sepertiga malam. Maaf bukannya saya mengajari, tapi hanya memberi saran agar tuan tak menanggung beban sendirian. Tuan harus tetap sehat untuk ibu dan juga Farah. Tuan bisa bayangan bagaimana mereka tanpa tuan. Pasti mereka akan kehilangan arah, semandiri apapun seorang wanita tetap butuh sosok laki-laki yang akan menjadi pengayom mereka."

Mataku seketika berembun saat Firdaus menyebut nama ibu dan Farah. Arumi buka siapa-siapa bagiku dan aku setengah mati memikirkannya? Sampai-sampai aku lupa bahwa ada dua wanita yang masih butuh pundakku untuk bersandar.

"Ya sudah, apapun yang lo beli gue makan. Lo makan di sini temenin gue!"

"Baik tuan."

Aku kembali merebahkan kepala di kursi kebesaran ku. Kepala ku terasa nyut-nyutan. Apa yang dikatakan Firdaus benar juga. Aku harus tetap sehat agar aku bisa menjaga kedua wanita ku yang selalu menunggu di rumah.

Untuk saran Firdaus yang tadi? Bahkan aku sudah melakukannya tanpa di beri tahu siapapun. Aku sudah sholat sepertiga malam sejak aku mengetahui bahwa Arumi punya suami dan anak. Aku minta pada yang maha Kuasa untuk mengambil kembali semua rasa yang aku rasakan terhadapnya.

Firdaus kembali ketika aku baru saja memejamkan mata. Terpaksa aku membuka mataku kembali untuk makan. Dia membawakan sup ayam untukku. Sangat pas di santap di siang hari yang terik. Semangkuk nasi beserta sup ayam dengan banyak kuah mengepul di depanku. Dengan lauk ayam goreng beserta sambal rupanya mampu menggugah selera makan ku.

"Lo pernah ngerasain patah hati?" tanyaku yang bisa jadi mengegetkan Firdaus. Karena dia tersedak makanan yang ada di mulutnya setelah mendengar kalimat pertanyaan ku.

"Tuan patah hati?" Dia balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan ku.

"Iya, kenapa rasanya sesakit ini? Padahal gue dan dia kenal tapi laksana orang asing. Jarang bicara meskipun tiap hari bersua, tidak mengenal satu sama lain selain nama. Ternyata begini rasanya cinta bertepuk sebelah tangan."

"Memang tuan sudah bilang kalau tuan jatuh hati pada Arumi?"

"Jangan sebut namanya bagong. Gue susah payah melupakan malah lo sebut-sebut merk."

"Nggak mendengar namanya bukan berarti langsung ilang ingatan tuan. Memang dia nolak cinta tuan?"

"Nggak nolak dengan kata-kata. Gue juga belum bilang kalau gue cinta sama dia. Belum juga bilang, tapi kenyataan udah nampar gue sampai gue hancur tak bersisa."

Aku melihat ekspresi Firdaus yang sepertinya sedang menahan tawa. Hal itu terlihat dari mulutnya yang mengatup. Begitulah dia, jika aku sudah curhat dengannya pasti dia akan tertawa. Sama persis seperti Alex da Rizal. Apa kisah hidupku ini lucu atau bagaimana? Apakah kesedihan ku ini dianggap lelucon, apa wajahku terlihat lucu ketika aku sedih? Entahlah, mereka atau aku yang bermasalah aku tak tahu dan tak peduli.

"Memang kenyataan apa yang bisa menampar seorang Bari?"

Kurang ajar sekali memang bawahanku ini, mana ada dan di kantor mana seorang sekretaris memanggil atasannya hanya nama? Jika mungkin hal ini di tiru oleh sekretaris lain, mereka mungkin pulang hanya tinggal nama.

"Arumi sudah punya suami dan anak," jawabku lemas.

"Apa? Arumi sudah berkeluarga? Apa tuan melihat sendiri bahwa Arumi punya buku nikah? Atau foto pas menikah?"

Aku menggulung tisu dan melempar kearahnya. Bagaimana bisa pertanyaan konyol begitu dia tanyakan. Untuk apa pula Arumi memperlihatkan buku nikah dan foto pernikahan padaku?

"Pertanyaan macam apa yang lo kasih ke gue? Ngapain juga Arumi kasih lihat foto sama buku nikah ke gue?" tahyaku sewot.

"Terus tahu dari mana?"

"Gue lihat pakai mata kepala gue sendiri. Arumi jalan barang sama anak dan suaminya. Mereka kelihatan bahagia, tertawa tawa, bercanda. Bahkan Arumi juga nggak sungkan buat sentuh laki-laki itu. Apa lagi coba namanya kalau bukan suaminya?"

"Memang yang mahram hanya suami istri? Kakak sama adik juga mahram tuan. Bisa jadi itu adik atau kakaknya? Tuan dengar anaknya Arumi panggil apa ke laki-laki itu? Atau mungkin Arumi panggil dia bagaimana? Tuan dengar?"

"Arumi panggil mas, gue denger sendiri itu. Biasanya kan suami istri memang manggilnya gitu nyet. Kalau anaknya nggak denger gue."

"Bisa jadi itu kakaknya. Memang yang panggil mas suami istri doang?"

"Kenapa lo seyakin itu?"

"Bukannya yakin tuan. Tapi yang namanya apa yang kita lihat bukan berarti sama dengan kenyataan sebenarnya. Kadang kita salah paham dengan apa yang kita lihat. Kelihatan mesra, romantis tapi nggak pacaran. Sama kayak tuan yang cium sana sini tapi nggak di pacarin. Orang akan melihat tuan pacaran, tapi sebenarnya nggak. Betul apa nggak apa yang saya bilang?"

Bukan masalah benar atau tidak, tapi dari mana dia tahu kalau aku sering cium sana sini dengan wanita yang bahkan bukan pacarku?

Bersambung.

1
Harjanti
lha tegas gitu dong bari..
Ani Yuliana
itu dia 5thn baru hamil, keguguran, trus rahimnya d angkat sis 🙏
Harjanti
arumi belagu...
Duda Fenta Duda
bukan kumpul sapi bari tapi kumpul monyet😁😁
Kusii Yaati
celap celup tp di bibir sama aja bohong bari,itu bibir kamu bekas lumatan cewek2 kamu🙉
Erlinda
kok aq seperti membaca diari ya bukan novel
langit
mantap cerita nya
langit
apakah tasbih? benda kecil yg dimaksud?
Fitriyani
bgtu syng nya Arkan sm istrinya,tp bs bgtu brutalnya Dy SM Arumi,,,🤦
emang sih Dinda org yg Dy cinta,tp bs Dy lgsg brubah psiko SM Arumi..
Fitriyani
untung tiba2 Aksan bs menyikapi bijak...
Fitriyani
apa sih krj Arkan tu Thor,kq Dy bs LBH brkuasa gt dr bari....
Fitriyani
mgkin sebagian orang akan menganggap sikap Arumi salah n brlebihan,tp mnrt q,,sikap Arumi udh benar.mengingat gmn sikap Arkan terdahulu.klo q ada d posisi Arumi,aq jg akan mlkukn hal yg sm,aq g akan rela org yg dulunya g prnh mngakui ank,bhkn mnyiksa lahir batin,skrg tb2 dtg butuh pengakuan,,
mamp*s aja Lo Arkan😠
Fitriyani
jgn bilang nti xan sibuk mau ngrebut hak asuh Caca y.....
Abid
Biasa
linamaulina18
BNR t ibu, msh single blm tentu menjaga k hormatnya
linamaulina18
lumayan
linamaulina18
jgn2 anknya dokter yg bercadar itu lg
linamaulina18
🤣🤣🤣🤣
linamaulina18
bgs deh kirain ska celap celup
linamaulina18
selain tampan dirimu ska celap celup jg gt aja bangga ckckck
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!