Casanova Kepincut Janda

Casanova Kepincut Janda

bab 1

Bab 1

Senangnya dalam hati

Kalau beristri dua

Seperti dunia

Ana yang punya

(Triad-madu tiga)

Seraya menuruni anak tangga dengan semangat yang membuncah aku bersenandung lagu favorit ku. Hidup ku sangat membahagiakan karena aku di kelilingi oleh banyak wanita, baik di luar maupun di dalam rumah.

Aku adalah anak sulung dari pasangan suami istri yang cukup religius, tapi keluarga kami bukan dari keturunan ustadz atau kyai atau sebagainya. Aku mempunyai satu adik perempuan yang masih kuliah, dia adalah Farah. Terlahir sebagai anak ke dua membuatnya super duper manja.

Aku tinggal bersama dengan ibu dan juga adikku saja. Ayah sudah meninggal saat aku masih duduk di bangku SMA. Duniaku terasa runtuh kala itu. Karena aku harus sekolah dan sedikit demi sedikit harus belajar mengenai pekerjaan Ayah. Aku harus menjadi penerus perusahaan ayah yang teramat sangat besar itu.

"Selamat pagi wanita-wanita ku," sapaku pada ibu dan Farah saat sampai di meja makan.

"Pagi," jawab mereka bersamaan.

Belum sempat aku menuangkan nasi ke dalam piring, benda kesayangan ku memanggil manggil meminta untuk segera di raih. Tertera nama beb Mira di layar mahal ku. Sengaja aku memberi embel-embel beb di depan nama wanita yang berperan jadi kekasih ku. Hanya satu alasannya, agar aku tak salah memanggil meraka. Maklum, aku adalah seorang pria yang memiliki banyak kekasih. Aku memiliki panggilan sendiri-sendiri untuk mereka.

"Sudah berapa kali ibu bilang jangan angkat telepon di meja makan. Taruh lagi apa ibu banting hape kamu, ibu rusak kartunya ibu tutup semua toko hape biar kamu nggak bisa beli," ancam ibuku yang sudah jengah dengan sikap ku yang seringkali mengangkat telepon di meja makan. Lebih tepatnya dengan diriku yang menjadi banggaan setiap wanita.

Dengan menghembuskan nafas panjang aku kembali meletakkan benda yang sangat berguna bagiku melebihi adikku sendiri. Aku sudah waspada jika ibu berbicara dengan kata-kata yang sederhana namun sangat mengancam.

Tidak ada kata peringatan yang tak jadi kenyataan jika bu Rahma mengeluarkan taringnya. Beliau memang tak marah dengan murka atau meluap-luap, hanya dengan kata-kata halus dan penuh penekan saja sudah termasuk seram bagi kedua anaknya.

Aku segera menyelesaikan sarapan dengan cepat. Agar aku bisa segera menghubungi kekasih ku, atau kalau tidak dia akan merajuk dan mendiami ku sepanjang hari.

Tak masalah sebenarnya bagi ku jika siapapun yang menjadi kekasih ku merajuk atau ngambek. Aku bisa mencari kesenangan dengan wanita lain diluar sana. Namun, aku sadar jika aku berdosa dengan aku memainkan banyak wanita, itu sebabnya aku akan berusaha untuk merayu mereka kembali agar tak marah padaku. Agar aku juga tak mencari wanita lain lagi di luar sana. Dengan begitu aku tak menambah dosa.

"Aku langsung berangkat ya bu. Ada meeting pagi soalnya," pamit ku pada ibu dengan mencium punggung tangannya yang halus.

Ibuku adalah wanita yang tegas dalam hal apapun, beliau mendidik anak-anaknya dengan keras, tegas dan mandiri. Sejak kecil, aku dan Farah selalu diajari apa-apa melakukan sendiri jika memang mampu, tidak sedikit-sedikit teriak bi bi dan bi.

Ibuku memberi ku nama Bari abdul jalil yang artinya seorang hamba Allah yang baik dan mulia. Tentu saja mereka berharap aku tumbuh sesuai dengan namaku. Dulu, waktu kecil aku selalu rajin sholat dan mengaji, bahkan aku paling pandai mengaji di antara teman-teman sebaya ku. Tentu saja hal itu membuat aku dan kedua orang tuaku bangga. Ternyata aku punya kelebihan lain selain ketampanan yang sempurna bak arjuna.

"Maaf ya sayang, aku tadi nggak angkat telepon kamu. Sedang di kamar mandi. Aku ingat kok kalau hari aku ada janji buat antar kamu kuliah. Bari tak pernah ingkar janji." Aku bercerocos seraya fokus pada jalanan. Sempat aku baca tadi pesan dari Mira yang mengingatkan aku untuk menjemputnya.

"Sejak kapan kamu panggil aku sayang?" tanyanya.

"Ha? Memang aku panggil apa tadi? Masak aku panggil sayang?" tanyaku lagi tak percaya.

"Iya, telinga aku masih waras dan berfungsi dengan baik. Kamu selingkuh ya? Ada wanita lain kamu?" cerca kekasih ku dengan nada curiganya.

Dalam hati tentu saja aku memaki diriku sendiri. Kenapa selalu salah panggil nama kesayangan, sudah puluhan kali berganti pasangan namun, selalu saja aku salah memanggil meraka.

"Nggak ada beb. Kamu kan tahu aku punya adik perempuan, aku biasa panggil dia sayang. Nggak mungkin aku punya pacar selain kamu, kamu aja nggak ada habisnya bikin aku repot ngapain nambah lagi. Yang ada bukan bahagia malah stress aku."

"Oh jadi kamu stress punya pacar kayak aku?"

Tuuuut tuuuuut. Sambungan terputus.

Mampus!

Sudah bertahun-tahun perperan menjadi penjamah wanita namun masih bisa-bisanya salah bicara. Tidak bisa dibiarkan, aku harus segera sampai di rumah kekasih ku yang paling mambuat aku puas dengan cumbuan-cumbuan panasnya. Di antara kekasih ku yang lain saat ini, Mira lah yang paling jago membuat masa depanku berdiri tegak dengan sempurna.

"Beb, udah nunggu lama? Maaf macet banget," ucapku dengan nada yang aku buat menyesal dan panik dengan keterlambatan ku.

"Iya." Hanya kata itu yang keluar dari mulut Mira lalu masuk ke dalam mobil.

Hanya kata itu atau aku yang hanya mendengar kata itu, batinku mengira ngira.

"Mau sarapan dulu nggak?" tanyaku dengan menaik turunkan alis.

"Udah sarapan aku," balasnya ketus.

"Kan sarapan buat perut. Yang ini belum kan?" tanyaku dengan mengelus bibirnya pelan nan mesra.

Hanya dengan sentuhan yang halus dan lembut, kekasih ku sudah menampilkan senyumnya kembali. Ya, semudah itu memang membahagiakan wanita bagiku. Jika diluar sana ada yang mengatakan menghadapi wanita adalah hal yang sulit dan rumit, tentu saja karena mereka yang bodoh dalam hal itu. Mereka tak punya kemampuan untuk menaklukkan betina seperti ku.

Sebelum melajukan mobil, aku menghadiahkan Mira dengan sentuhan yang panas di bibirnya. Hal yang sering kami lakukan ketika memang ada kesempatan dalam kesempitan tentunya.

Perlu kalian tahu, aku memang memiliki banyak kekasih dan juga sering berganti pasangan. Aku juga sering membuat hari-hari kekasih ku panas dan hangat dengan sentuhan manja dari bibirku. Namun, tidak pernah sekalipun aku menjamah meraka lebih dari ciuman. Aku juga tak pernah pergi ke club atau tempat perkumpulan kupu-kupu malam. Sebejat apapun aku, aku tidak menyukai tempat itu.

Setelah puas dengan sarapan yang menggairahkan, aku mengantarkan Mira ke kampus dengan wajah sumringah darinya. Senyumnya bak angin yang bertiup pelan di hari yang terik, sangat menyejukkan.

Tak berselang lama, kami sampai di kampus yang cukup menjadi favorit di kota kami. Mira turun dari mobil dengan berjalan anggun bak model. Tubuhnya yang berisi namun seksi itu selalu menonjolkan bagian-bagian tubuh tertentu yang dapat mengundang hasrat kaum adam yang jelalatan macam aku.

*

"Selamat pagi tuan," sapa beberapa karyawan yang berpapasan denganku.

"Pagi juga," jawabku dengan ramah serta senyum yang sempurna membuat ketampanan ku bertambah seratus kali lipat. Sesuatu yang wajar jika aku menjadi casanova, bukan?

"Meeting di mana kita hari ini?" tanyaku pada sekretaris ku yang satu ruangan dengan ku, meja kami hanya dipisahkan dengan sekat dari kaca.

"Di restoran cabe-cebe an tuan," jawab Firdaus dengan santainya.

"Waow. Mudah-mudahan isinya nggak hot ya. Pacar gue udah tiga soalnya."

"Apa hubungannya?"

"Ya kalau isinya hot terus tergoda, ntar gue gimana bagi waktu buat istri-istri gue. Tiga aja kalau weekend udah pusing gue."

"Istri? Cuman modal gombalan sama ciuman aja dibilang istri," gumam Firdaus yang terdengar lebih ke sindiran.

"Eh daus mini. Kita sebagai lelaki harus memilih wanita yang terbaik. Kita nggak akan tahu wanita itu baik atau nggak kalau kita nggak dekati dan mencoba mereka."

"Tuan, dimana mana jodoh itu cerminan dari diri kita. Tuan aja kerjaannya main sana sini, ya nanti istri tuan begitu."

Plak!

Aku lempar sekretaris kurang ajar itu dengan satu bolpoin. Dia memang beda dari sekretaris lain, jika sekretaris lain sangat tunduk dan takut pada atasannya, maka tidak dengan dirinya. Dia selalu saja berani menjawab dan mengejekku dengan terang-terangan.

Tapi aku tak pernah marah padanya, meskipun dia termasuk orang yang songong dan berani padaku, aku suka dengan cara kerjanya yang cekatan, cepat dan tepat sasaran.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Kusii Yaati

Kusii Yaati

celap celup tp di bibir sama aja bohong bari,itu bibir kamu bekas lumatan cewek2 kamu🙉

2024-09-22

0

linamaulina18

linamaulina18

bgs deh kirain ska celap celup

2023-04-09

1

linamaulina18

linamaulina18

selain tampan dirimu ska celap celup jg gt aja bangga ckckck

2023-04-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!