NovelToon NovelToon
ARGRAVEN

ARGRAVEN

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Eva

WARNING ⚠️

Mengandung beberapa adegan kekerasan yang mungkin dapat memicu atau menimbulkan rasa tidak nyaman bagi sebagian pembaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eva, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

4. >>Datangnya si Bulan

Datangnya si bulan

***

Dua orang gadis sedang berbincang. Tidak, lebih tepatnya sedang berdebat di dekat pos satpam kampus. Mereka berdua adalah Azalea Kananta dan Vanna Fiorenza.

"Vanna beneran mau pulang duluan?"

"Iyalah, Yupii!" jawab Vanna cepat.

Aza mengangguk mengerti. "Ya udah hati-hati, ya, Vanna. Awas kesandung, jangan sampai injak semut--"

"AZA JANGAN BAWEL!" teriak Vanna yang mulai berjalan menjauh.

Sudah biasa bagi Vanna pulang jalan kaki dari kampus. Padahal rumahnya terbilang cukup jauh jika berjalan kaki, bahkan bisa memakan waktu setengah jam, itupun paling cepat. Namun, gadis itu lebih suka jalan kaki. Jika Vanna jalan kaki karena memang ia suka, tetapi tidak dengan Aza. Gadis itu harus berhemat, sayang uangnya jika berkurang untuk membayar angkot atau ojek. Lebih baik ia gunakan untuk membeli telur, lalu ia goreng mata kambing. Selain ayam rendang, Aza juga menyukai telur goreng mata kambing atau lebih dikenali dengan nama telur mata sapi. Telur mata kambing adalah nama khusus dari Azalea.

Setelah beberapa menit Vanna pulang, Aza masih betah berdiri di dekat pos satpam untuk menunggu Rafka.

"Afka tumben lama," gumam Aza.

Tidak lama setelah itu, ponsel Aza berdering. Garis kerutan muncul di kening gadis itu. "Afka?" gumamnya setelah tau yang menghubunginya adalah Rafka.

"Hallo, Afka? Kamu masih lama?" tanya Aza langsung. Matanya memperhatikan ke kanan-kiri. Area kampus mulai sepi.

"Za, maaf, ya, aku tadi buru-buru, jadi nggak sempat bilang ke kamu kalau aku udah pulang duluan."

"Hah! Kamu udah pulang? Kok ninggalin--"

"Maaf, sayang. Tadi Ayah tiba-tiba nelpon, soalnya Bunda masuk ke rumah sakit. Aku panik jadi lupa ngasih tau kamu."

"Bunda sakit? Sakit apa? Aku mau jenguk," jawab Aza khawatir.

Setelah Rafka memberi tahu rumah sakit tempat Bundanya dirawat, Aza langsung mematikan sambungannya. Ia khawatir kepada Bundanya Rafka. Bagaimanapun, Bunda Rafka sangat baik kepadanya.

Pada akhirnya Aza pulang berjalan kaki.

Karena itulah, banyak yang mengatakan bahwa Aza hanya memanfaatkan Rafka, padahal Aza cinta dengan Rafka sangat tulus. Bukan kaleng-kaleng.

Saat berada diperjalanan, ponselnya kembali berdering. Aza langsung menjawab panggilan itu.

"Hallo, Na."

"Cepat ke sini, Yupi!" jawab Vanna di seberang sana. Suara gadis petakilan itu terdengar sangat memelas.

"Vanna udah sampai rumah?"

"Beluuum! Boro-boro sampe rumah, pertengahan jalan aja belum," gerutu Vanna.

"Loh, ngapain--"

"Cepat bantuin gue di depan cafe Soulmate!"

***

Vanna langsung meninggalkan Aza sendirian di dekat pos satpam. Sambil bersenandung kecil, Vanna memperhatikan jalanan yang tidak terlalu ramai.

Kruk kruk

"Eh, perut! Malu-maluin aja, untung nggak ada yang denger," monolog Vanna sambil menepuk perutnya.

Makan dulu, baru lanjutkan perjalanan," gumamnya. Senyuman terpatri di wajah manis Vanna setelah menyadari ia berhenti di depan sebuah kafe.

"Tuhan maha baik. Pas banget gue lagi laper, di hadapan ada tempat yang bisa buat ngisi perut," monolognya. Vanna berjalan menuju kafe bernama Soulmate

Baru saja Vanna ingin masuk, tetapi seorang pelayan lebih dulu mencegahnya masuk. Apa-apaan ini?

"Kenapa, Mbak? Gue tamu, kenapa dicegat?" protes Vanna tidak terima.

"Maaf, Mbak. Memangnya Mbak nggak tau kafe ini kafe apa?" tanya pelayan itu.

"Bodo amat kafe apa, yang penting di sini ada jualan makanan, 'kan?" tanya Vanna sewot.

"Mbak hidup di zaman kapan? Anak muda semua juga tau ini cafe khusus untuk orang berpacaran. Syarat masuk ke sini harus membawa pasangan!" jelas pelayan itu sambil menunjuk dinding cafe. Di sana tertulis peraturan cafe. Hal yang menarik perhatian Vanna adalah tulisan 'Untuk memasuki cafe ini, wajib membawa pasangan. Jika tidak membawa pasangan, maka silahkan cari pasangan terlebih dahulu' kurang lebih begitu tulisan yang menarik perhatian Vanna.

Damn

Seketika jiwa jomblo Vanna ingin mengamuk. Cafe apa-apaan begini? batin Vanna sangat kesal.

Vanna memberengut menatap si pelayan yang menampilkan wajah datar.

"Gue tandain, muka, lo, Mbak! Besok kapan-kapan gue bakal bawa pacar gue kesini!" ketus Vanna menggebu-gebu. Setelah itu Vanna langsung keluar.

"Mending ajak si Aza Yaupi makan mie pangsait Pak Yoma," gumam Vanna. Tangannya lantas mengambil ponsel dari dalam tasnya. Segera Vanna hubungi sahabatnya itu.

"Hallo, Na."

"Cepat ke sini, Yupi!" jawab Vanna memelas. Sedangkan matanya menatap penuh dendam ke arah cafe di hadapannya.

"Vanna udah sampai rumah?"

"Beluuum! Boro-boro sampe rumah, pertengahan jalan aja belum," gerutu Vanna.

"Loh, ngapain--"

"Cepat bantuin gue di depan kafe soulmate!"

"Vanna nggak papa, 'kan? Ada yang mau nyulik Vanna? Tapi nggak mungkin ada preman yang mau nyulik Vanna, soalnya Vanna, kan, pendek terus malas mandi--"

"AZAAAA! LO MAU KENA AZAB?" potong Vanna mendengus karena Aza menjabarkan kebiasaan buruknya.

"Ih, Vanna--"

"CEPETAN KE SINI, KITA MAKAN MIE PANGSIT PAK YOMA! GUE YANG TERAKTIR!"

"GUE KELAPARAN DI JALAN, MAU MASUK CAFE TAPI NGGAK BISA!"

"Lho, kenapa nggak bisa masuk? Kafe, kan, untuk--"

"SYARAT MASUK KE DALAM KAFE INI HARUS BAWA PASANGAN, ANJIR!" teriak Vanna menggebu-gebu. Teriakan jomblo sungguh membahana jika masuk ke dalam pendengaran.

Aza langsung tertawa.

"Tapi Vanna, Aza nggak bisa. Aza harus ke rumah sakit. Bundanya Afka lagi sakit."

"Berarti lo nggak mau nemenin gue, nih?"

"Maaf, ya, Vanna," jawab Aza merasa tidak enak.

Vanna mendengus. "Ya udah. Lo hati-hati ke rumah sakitnya. Gue menjomblo aja ke wartegnya Pak Yoma."

***

Aza sedang diperjalanan menuju pulang. Ia baru saja dari rumah sakit setelah menjenguk Bundanya Rafka. Sebenarnya Rafka ingin mengantarnya pulang, tetapi Aza menolak keras karena Bundanya Rafka tidak ada yang menjaganya.

Ada yang tidak beres pada diri Aza. Gadis itu merasa risih, ia takut jika dugaannya benar.

Aza berjalan sambil mewanti-wanti. Namun, ketakutannya terjadi. Aza meraba bagian belakang dress selutut berwarna biru muda yang saat ini ia pakai. Dan benar saja, ada noda merah yang menempel di tangannya. Ia datang bulan di waktu yang tidak tepat.

Aza menggigit bibir dalamnya kuat. Ia bingung harus bagaimana. Kontrakkannya masih terbilang cukup jauh. Lalu bagaimana ia bisa sampai dengan keadaannya seperti sekarang? Untuk bergerak saja Aza susah.

Ia memperhatikan kiri-kanan jalanan. Tidak terlalu ramai. Tidak ada angkot ataupun ojek yang lewat.

Aza menutupi bagian belakang dress-nya dengan tas kecilnya.

"Aza harus bagaimana? Gimana nanti kalau ada yang lihat?" gumam Aza khawatir.

"Apa telepon Vanna aja minta tolong?" monolognya.

Saat ingin menghubungi Vanna, Aza teringat kejadian tadi siang. Ia sudah menolak untuk menemani Vanna sebelum pergi ke rumah sakit. Pasti jika Aza menelpon Vanna, gadis itu tidak akan mengangkat teleponnya. Vanna lagi berada di mode ngambek.

"Apa ini yang namanya karma? Tadi Aza nggak mau bantuin Vanna, sekarang malah Aza yang kena sial," gerutu Aza.

"Hei Bulan. Kamu bertamu di waktu yang tidak tepat. Liat Aza sedang di jalan, belum sampe kontrakan," ucap Aza masih berdiri mematung dipinggir jalan.

Aza harus mencari bantuan kepada orang. Namun jalanan cukup sepi, jadi yang lewat sangat jarang.

"Aza harus minta tolong ke siapa? Malu tau," ucapnya, lalu menggigit bibirnya kuat. Rasanya ia ingin menangis saja saat ini.

"Aza harus mencari bantuan, tapi sama yang perempuan. Kalau laki-laki Aza malu, dong," monolog Aza.

Sudah beberapa menit, tapi belum ada satupun orang yang memungkinkan untuk ia meminta bantuan. Karena yang dari tadi lewat itu sejenis truk, pick up. Aza tidak mungkin mencegatnya. Supirnya pasti laki-laki.

"Kenapa nggak ada yang lewat. Hari udah senja, Aza takut," gumam Aza. Matanya mulai berkaca-kaca. Ia berdoa semoga ada malaikat yang dikirimkan Tuhan untuknya.

Sepertinya doa Aza terkabul. Dari kejauhan ia melihat sebuah mobil mewah dan sangat bagus menurut Aza. Gadis itu mulai ragu mencegatnya. Pasti orang itu sangat kaya, apa dia mau bantu? pikir Aza.

Tapi keadaannya sekarang mendorong Aza untuk berani.

Dengan mental tempenya gadis itu berjalan susah payah ke tengah jalan. Tangannya ia rentangkan. Ia sudah seperti gadis yang putus asa dan ingin bunuh diri.

Mobil yang semulanya melaju kencang, langsung berhenti mendadak di depan Aza. Jaraknya hanya beberapa senti saja. Jika terlambat sedikit saja sang pengemudi menginjak pedal rem, mobil itu pasti menghantam tubuh gadis itu.

Aza menutup kedua matanya rapat-rapat. Untung saja ia selamat.

Brak

Suara pintu mobil ditutup dengan sangat keras. Gadis itu terlonjak kaget. Matanya langsung terbuka.

Pemilik mobil sudah berada di hadapan Aza. Matanya menatap tajam ke arah gadis itu.

Dengan takut-takut Aza mendongak.

Damn.

"Tuhan! Kenapa kau kirimkan malaikat laki-laki? Gimana Aza minta tolongnya? Aza malu, sungguh. Malaikatnya serem banget lagi," batin Aza. Walau ia tidak bisa melihat seluruh wajah orang di depannya yang ditutupi masker, ia sangat yakin bahwa orang itu sangat menyeramkan dan juga tampan. Terlihat dari matanya.

"Mau mati?" Orang itu mulai membuka suara.

Mata Aza langsung melotot. "Siapa yang mau mati?" jawab Aza. "Maaf udah cegat kamu--"

"Kalau mau mati nggak gini caranya, tapi kamu sudah menyerahkan hidup pada orang yang tepat," potong laki-laki itu. Dibalik maskernya, ia tersenyum miring. Dia Agraven Kasalvori.

"A-aza boleh minta tolong?" tanya Aza. Ia menggigit bibir dalamnya kuat. Matanya terpejam untuk mengahalau rasa malu sekaligus takutnya.

"Tolong bunuh?" Isi kepala Agraven sepertinya dipenuhi oleh bunuh-membunuh.

Aza menggeleng capat. Gadis tersebut memberanikan diri untuk mendongak. Keningnya berkerut. Ia memperhatikan wajah Agraven yang tertutupi masker hitam.

Agraven yang tidak suka ditatap secara intens, langsung mendorong tubuh Aza hingga tersungkur. Gadis itu meringis kala telapak tangannya beradu mesra dengan aspal.

"Si misterius?" gumam Aza. Ia tidak mungkin salah. Laki-laki di depannya sekarang adalah si misterius ASKALA UNIVERSITY.

Melupakan perih di tangannya, Aza kembali bangkit walau sangat susah.

"Aza boleh minta tolong sama Kakak? Aza nggak bisa pulang," cicit Aza memohon.

Agraven lantas menatap gadis di depannya. Perlahan bibirnya yang dibalik masker tersenyum penuh makna.

"Hm?"

Aza tersenyum senang. "Maaf Aza nggak tau diri, tapi Aza boleh minta tolong sama kakak buat antarin Aza pulang?" tanyanya antusias.

Agraven sedikit terkejut dengan apa yang dikatakan gadis itu. Bisa-bisanya ia meminta tolong untuk diantarkan pulang oleh laki-laki asing.

"Cari bantuan orang lain," jawab Agraven. Ia mulai melangkah untuk kembali masuk ke dalam mobilnya.

Menyampingkan rasa malu dan takut, Aza menahan lengan Agraven. Mata laki-laki itu menghunus tajam ke arah mata Aza.

"Tangannya mau saya potong?" ketus Agraven.

Aza langsung melepaskan tangannya dari lengan Agraven. "Kak, Aza nggak bisa pulang. Aza ... tembus," cicit Aza.

Agraven tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Aza.

Paham akan tatapan Agraven, Aza menggigit bibirnya kuat.

"Aza baru datang bulan, lalu tembus," jelas Aza dengan polos.

"Kamu begitu menarik, Azananta," batin Agraven. Lagi-lagi bibirnya tersenyum singkat. Sayangnya Aza tidak bisa melihat senyum yang tersembunyi dibalik masker itu.

Dan kenapa ia bisa memanggil Azananta? Siapa Azananta?

"Masuk!" pungkas Agraven pada akhirnya, lalu ia kembali masuk ke dalam mobilnya.

Aza yang sudah diberi lampu hijau tersenyum bahagia. Namun, ia juga bingung. Bagaimana ia bisa duduk di mobil itu.

"Cepat!"

Aza langsung terloniak kaget. Mau tidak mau ia membuka pintu mobil Agraven. Namun, ia hanya membuka, tapi tak kunjung masuk.

"Nanti kalau mobilnya kotor gimana?"

Agraven melirik Aza sekilas. Dilemparnya jaket kulit yang ia ambil dari jok belakang ke wajah Aza. Mengerti apa yang harus ia lakukan, Aza tersenyum senang.

Aza duduk di samping Agraven dengan senyuman manisnya.

"Makasih, Kak. Kamu orang baik," ungkap Aza.

"Kamu salah besar, Azananta. Dan kamu telah salah meminta bantuan kepada iblis ini. Telah mengetuk pintu rumah saya, jadi jangan harap kamu bisa pulang begitu saja."

"Aza ... nama itu menjadi begitu manis ketika diucapkan dari bibir kamu. Jangan salahkan saya setelah ini," lanjutnya.

To be continue....

1
Los Dol TV
Keren dan Inspiratif.... semoga sudi singgah ke Karyaku , Rindu Gugat
Neneng Dwi Nurhayati
ini cerita nya Agra sama Ara itu beda agama gmna Kak,
Neneng Dwi Nurhayati
double up kak
opiko
Sudah menunggu dengan tidak sabar lanjutan cerita selanjutnya! Teruslah berkarya, author!
Rosalie: udah up yah🤗
total 1 replies
Rakka
Jangan bikin saya penasaran thor, update secepat mungkin ya! 🙏😊
Rosalie: Silahkan follow akun ini buat dapetin update an terbaru dari cerita ARGRAVEN 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!