Dewi Sri, seorang gadis 23 tahun yang memimpikan kerja di kantoran. Gadis dengan penampilan biasa saja dengan logat Jawa yang medok. Dijodohkan dengan seorang pria yang lebih dewasa darinya. Yang seharusnya berjodoh dengan kakak tertuanya.
Lucky Albronze terpaksa menerima perjodohan dari orang tuanya karena balas budi berhutang nyawa. Padahal dia sudah punya kekasih hati yang di impikan menjadi pendampingnya kelak.
Dan mereka berdua menjadi punya kesepakatan dalam pernikahan, yang hanya untuk membuat orang tua masing-masing merasa bahagia.
ikuti kisah selanjutnya yuk!
🥰🙏 dukung author ya. makasih ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bennuarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gagal kerja
"Eehhhmmm.."
Sri menggeliatkan merenggangkan otot-otot tubuhnya. Tidurnya yang kurang baik malam tadi, membuat matanya masih sulit terbuka. Kantuk masih menggayut di pelupuk mata. Terbangun setiap satu jam sekali karena rasa was-was yang bertumpuk, membuat kepalanya terasa pusing.
Memaksa otaknya untuk bekerja maksimal secepat mungkin. Menggerakkan tangannya ke samping kanan. Meraba tempat tidur kosong di sebelahnya.
Memiringkan tubuhnya dan dengan malas membuka mata. Mengumpulkan nyawa yang masih belum terkumpul sepenuhnya. Pertama kali yang di lihat adalah tempat di sebelahnya. Kosong. Pria dingin itu sudah bangun.
"Ahhh"
Kembali menelentangkan tubuhnya. Menatap langit-langit kamar sambil berpikir apa yang harus dia lakukan hari ini. Sama sekali tidak ada kegiatan pasti akan sangat membosankan.
Tiba-tiba Sri merasakan ada yang mengawasinya. Mengangkat kepalanya sedikit untuk melihat siapa yang ada di ujung kakinya.
"Aaaa..."
Sontak saja Sri berteriak kaget setengah mati.Bangkit terduduk sambil menaikkan selimut sampai keleher dan merematnya erat. Melebarkan matanya tak percaya melihat kedepan. Ternyata Lucky duduk di kursi, sejajar lurus dengan tubuhnya. Menopangkan kaki kanan di paha, melipat tangan di dada dengan pandangan lurus menatap Sri.
"Mase!! ngapain kok duduk di situ?!" teriak Sri. Kesal sekali menatap Lucky.
Entah sudah berapa lama Lucky duduk di kursi itu menatapinya yang sedang tidur nyenyak. Entah sudah berapa posisi tidur Sri yang di lihat Lucky. Atau mungkin Lucky juga sudah melihat iler Sri menetes dari ujung bibirnya yang ternganga lebar.
Aaaaaaa... ngapain sih liatin aku tidur?? memalukan sekali memperhatikan orang tidur!! tidak pantas!!
Sri memaki dalam hati. Tapi tak urung rasa malu menampar wajahnya hingga menimbulkan semburat merah di pipinya.
"Kita damai" ujar Lucky tiba-tiba.
"Hah?? Apa?" 😳
🌾
🌾
🌾
Setelah keluar dari kamar mandi, Sri duduk berdua berhadapan dengan lucky. Sri memaksa otaknya bekerja keras semaksimal mungkin, mencoba untuk siap mencerna apa saja yang akan di katakan Lucky.
Sementara Lucky duduk di depan Sri dengan masih bertelanjang dada dan hanya celana pendek saja. Menatap Sri tajam tapi masih diam seribu bahasa.
"Mau bicara opo toh Mase? serius banget" tanya Sri.
"Kita damai" jawab Lucky datar.
"Maksudte piye Mase? damai apanya?" Sri masih belum mengerti.
Lucky menghela napas panjang lalu mencondongkan tubuhnya ke depan. kedua siku tangannya bertumpu di pahanya. Menatap si lekat.
Melihat sikap Lucky, membuat Sri risih. Matanya tidak hanya fokus ke wajah Lucky. Tapi juga ke tubuh kekar dengan dada berotot yang liat. Sangat susah mengalihkan pandangannya untuk tidak menatap visual memabukkan dari tubuh tegap Lucky.
Lucky tampak membuka mulutnya ingin bicara. Tapi Sri cepat memotong sebelum Lucky melanjutkan bicaranya.
"Tunggu.. tunggu Mase"
Seketika Lucky berhenti. Mengurungkan niatnya untuk melanjutkan kata-katanya. Mengerutkan alisnya gusar karena Sri langsung memotongnya.
"Em.. bisa tidak, kalau Mase pakai baju dulu gitu?"
"Kenapa?"
"Anu mas. Iku... emm.. ah sudah mas. Ndang lekas lah. Bentar Sri ambil bajunya situ dulu ya"
Sri melompat dari sofa. Tergesa masuk ke ruang walk in closed. Keluar lagi dengan baju kaos milik Lucky. Menyerahkannya pada Lucky yang menatap baju itu dengan kesal.
"Pakai dulu baju ne mas"
"Kenapa sih?" Lucky masih memegangi bajunya. Dia tidak biasa memakai baju sebelum mandi pagi.
"Wes lah... pakai saja Mase" Sri ngotot.
Dengan jengkel, Lucky memutar bola matanya malas. Tapi tak urung di pakai juga baju yang di berikan Sri.
"Naahh.. udah gitu. Makin cakep Mase" Sri tersenyum dan mengacungkan jari jempolnya. Merasa lega tidak melihat dada polos yang mengundang sentuhan itu.
"Apa sih?" Lucky merengut kesal.
Tapi Sri tidak peduli dengan wajah Lucky yang terlihat jengkel. Yang penting mata dan otaknya selamat dari traveling liar.
"Sekarang Mase mau bicara opo toh?"
Lucky mengubah raut wajahnya kembali serius. Menatap Sri dengan tajam. Sri menantikan Lucky bicara. Begitu ingin membuka suara, Pintu kamar di ketuk.
Tok.. tok.. tok..
Seketika itu juga, wajah Lucky berubah lagi. Kini menjadi merah. Sangat jengkel dengan banyaknya gangguan ketika dia ingin bicara.
"Masuk" seru lucky kencang.
Pintu terbuka. Tampak pak Sam berdiri di ambang pintu dan membungkuk hormat.
"Maaf tuan. Tuan Frans sudah menunggu anda di bawah" ujar pak Sam.
Lucky diam. Melirik Sri sejenak. Seperti berpikir keras.
"Papi sudah siap?" tanya Lucky pada pak Sam.
"Sudah tuan. Tuan ingin sarapan bersama anda dan nona Sri"
"Baiklah. Sebentar lagi aku akan kesana" jawab Lucky.
Pak Sam membungkuk lagi. Menutup pintu kamar dan pergi. Lucky berdiri dan membuka baju kaos yang di kenakan tadi.
"Loh.. loh.. Mase.. Mase m-mau ng-ngapain?" Sri terlonjak kaget melihat Lucky langsung berdiri dan membuka bajunya. Kembali terpampang otot liat di tubuh Lucky.
"Kamu pikir, aku mau ngapain? memperkosa kamu?" Lucky menatap Sri sinis.
"Hah?? Ojo ngono masee!!"
Sri beringsut di sudut sofa. amenyilangkan tangannya di dada. Menatap Lucky gemetar Takut kalau Lucky berbuat macam-macam.
"Astaga!!"
Lucky mengusap wajahnya kasar. Sangat tidak mengerti apa yang ada di otak Sri sekarang. Entah apa yang di pikirkan gadis menjengkelkan ini.
"Cepatlah bersiap. Papi menunggu kita"
Lucky pergi meninggalkan Sri yang terbengong. Melangkah ke kamar mandi. Ia harus cepat bersiap dan segera menemui papinya.
"Loh Mase Iki piye toh? trus bicaranya gimana ini?" tanya Sri dengan bingung.
BLAAAMM!!
Lucky tidak menjawab. Hanya bantingan pintu kamar mandi yang kencang sebagai pengganti jawabannya.
🌾
🌺
🌾
Mereka berdua turun menemui Frans yang sudah duduk di meja makan dengan Melani. Sri mengangguk dan tersenyum pada kedua mertuanya itu.
"Selamat pagi pi, mam" sapa Lucky.
"hmm.. pagi" jawab Frans singkat.
"Selamat pagi bune" sapa Sri sambil mengangguk dan tersenyum. tapi cepat ia sadar salah memanggil Melani dengan sebutan bune lagi. "Ehh.. maaf. Selamat pagi mami. papi"
"pagi Sri. Ayo duduk. Kita sarapan" jawab Melani membalas tersenyum.
Sri dan Lucky duduk bersebelahan. Dengan diam, Lucky mengambil sarapannya. Sri mengikuti setelahnya.
"Bagaimana Sri, kamu suka tinggal di sini" tanya Frans pada Sri.
"I-ya papi. Sri suka" Jawab Sri agak kikuk.
"syukurlah kalau kamu suka. Nanti mami tunjukin semua bagian rumah ya. Kemarin kan masih capek. Belum sempat lihat-lihat" ujar Melani menimpali.
"Enggeh mami"
"Kalau ada apa-apa, bilang saja sama mami kamu. Jangan sungkan" ujar Frans lagi.
"Enggeh papi" jawab Sri lagi.
Yang bisa di lakukan Sri hanya mengangguk dan mengiyakan saja. Masih terasa canggung dan kikuk berkumpul dengan keluarga baru. Lucky lebih banyak diam dan mengunyah makanannya pelan-pelan. Tak banyak ekspresi yang ia tunjukkan.
"Apa rencana kamu kedepannya Sri?" tanya Frans.
Sri mendongak menatap Frans. Tercekat dengan pertanyaan itu. Itulah yang dia pikirkan dari pertama kali masuk kerumah ini. Rencana? rencana apa? Sri masih belum tahu. Tapi inilah saatnya mewujudkan mimpi. Kerja! Ya. itu mimpinya dan rencananya.
"mm.. sebenernya, Sri k-kepingin ker..ja, papi" jawab Sri ragu.
Melani dan Frans saling pandang. Merasa aneh dengan keinginan Sri.
"Kerja? Kenapa Sri?" tanya Melani.
"Sri kepingin kerja, mami" jawab Sri sambil menunduk. Sangat merasa segan.
"Haha.. kenapa kerja Sri? kamu punya segalanya di sini. Sudah. Jangan pikirkan itu" Frans tergelak mendengar keinginan menantunya ini.
Tapi jawaban Frans membuat Sri lemas. Habis sudah. Cita-citanya bakal tak kesampaian. Harus terkurung seumur hidup bersam Lucky di sini.
"Iya Sri. Sudah tidak usah kerja. Nanti mami ajak kamu ikut arisan ya" Melani menimpali.
Dengan lesu, Sri hanya bisa mengangguk. Melirik Lucky yang masih tetap diam saja. Tidak membela keinginan Sri. Sungguh lelaki yang tidak bertanggung jawab. Lucky mengingkari janjinya.
Haaiii haaii readers!!
Udah lama gak ngobrol bareng otor di komen-komen kalian ya 🥰🤩😍 kangeeeen deh sama readers semua 🤗 Maafin otor yang slow update ya. Otornya lagi sibuk banget nih.
Maaf kalau ceritanya masih slooww motion. heheh 🤭 mungkin agak ngebosinin. Tapi otor tetap berusaha sebisa mungkin untuk tetap bisa up untuk menghibur Kaka Kaka sekalian.
Dukung otor terus ya Kaka ❤️🌹🤩😘👍
Peluk sayang buat readers semuanya 🥰🥰😍🤗🤗 Makasih masih setia bareng otor di sini.