Semua sudah diatur kita hanya menikmati alur yang sudah ditentukan dan juga ditakdirkan untuk kita.
Alisha seorang Dokter umum yang mengambil spesialis di salah satu rumah sakit. Wanita cantik yang sehari-hari menggunakan hijab yang memiliki wajah teduh yang menenangkan semua orang yang siapa saja melihat dirinya.
Siapa sangka calon pewaris rumah sakit itu dijodohkan pada dia.
Dalam usia yang sangat muda Alisha harus menikah dengan Adrian sang calon pewaris rumah sakit. Adrian sangat terpaksa menikah dengan Alisha. Karena tidak ingin hak waris rumah sakit jatuh kepada orang lain.
Pernikahan yang indah yang pernah menjadi impian Alisha yang ternyata tidak sejalan dan semulus itu. Bagaimana tidak dia harus menikah dengan laki-laki yang tidak menginginkannya.
Alisha harus menjalani rumah tangganya yang tidak seperti rumah tangga pada umumnya. Laki-laki yang dia nikahi bersikap tidak baik.
Lalu apakah Alisha akan bertahan dalam pernikahannya atau justru akan mundur?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31 Malam Air mata.
Bruk.
Suara pintu kamar yang terbuka begitu keras yang bersamaan dengan Alisha yang keluar dari kamar mandi tanpa menggunakan hijab yang sudah memakai pakaian tidur seperti biasa. Alisha begitu terkejut dengan suara dobrakan pintu tersebut dan apalagi melihat wajah Adrian yang begitu dingin dan sangat arogan.
"Apa yang kau katakan pada Eyang?"
Pertanyaan itu membuat Alisha mengkerutkan dahi dengan penuh kebingungan. Adrian yang tiba-tiba saja masuk dengan wajah yang sangat dingin.
"Kamu mengadu bahwa aku tidak mau menyentuhmu? Apa kau begitu haus dengan sentuhanku, huh?"
"Kau benar-benar sangat kelewat batas yang sampai menceritakan masalah ranjang dengan Eyang!"
Alisha termangu mendengar tudingan dari Adrian suaminya itu. Kilat matanya yang berapi-api membuat Alisha menciut hingga tak bisa berkata-kata untuk membela diri.
"Kenapa diam saja, Alisha?" nada suara Adrian meninggi dengan melangkah lebar mendekati Alisha yang melempar jasnya ke sembarang arah, dia juga melepas dasinya dengan kasar.
Adrian yang terlihat tampak marah dari raut wajah yang sudah tampak jelas. Masalah urusan di rumah sakit dengan banyak pekerjaan dan sekarang ditambah lagi pulang-pulang mendapatkan teguran dari Eyang.
Alisha masih diam terpaku yang terlihat sangat takut. Walau sering melihat wajah yang menyeramkan itu. Tetapi hari ini tampak sangat berbeda dan seperti monster yang ingin menerkam.
"Kau benar-benar ingin disentuh olehku hah! Kau sudah tidak tahan! sehingga kau menyuruh Eyang untuk membicarakan hal itu kepadaku!" tegas Adrian yang berdiri dekat di hadapan Alisha.
"Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan?" suara itu terdengar begitu bergetar.
"Jangan bohong! kau selalu saja bersikap seperti ini di hadapanku dan jika aku tidak ada kau akan mengadukan ini dan itu kepada Eyang dan sampai pada titik ini yang benar-benar sangat tidak pantas kau lakukan!" suara Adrian semakin meninggi yang membuat Alisha semakin takut.
"Baiklah! jika itu yang memang kau inginkan. Aku akan mengabulkan semua keinginanmu dan akan membuat nyata semua khayalan dengan sentuhan yang kau impikan dariku!" tegas Adrian dengan penuh penekanan yang membuat wajah Alisha semakin takut.
Tanpa berkata apa-apa lagi Adrian tiba-tiba saja memikul tubuh Alisha seperti sekarung beras, Alisha yang memekik terkejut dengan mata melotot.
"Pak! Lepaskan saya!" berontak Alisha meminta untuk diturunkan tetapi Adrian justru melempar Alisha ke tengah ranjang yang empuk. Ranjang yang bahkan baru pertama kali dia sentuh, memang tidak sakit secara fisik, tapi hati Alisha pasti sangat perih karena diperlakukan dengan cara seperti itu.
"Aku tidak mengatakan apa-apa pada Eyang, pak," Alisha mencoba untuk mengelak dengan semua tudingan yang diberikan Adrian pada dia.
Melihat Adrian yang seperti itu membuat Alisha bringsut mundur, alarm dalam kepala Alisha menyala melihat Adrian yang tiba-tiba saja melepaskan kancing kemejanya satu persatu yang membuat Alisha begitu kaget dan juga semakin panik.
"Jika kau tidak mengatakan apa-apa kepada Eyang Lalu bagaimana bisa Eyang tahu bahwa aku belum menyentuh mu. Kamu pasti mengadu, kan?"
Alisha menggeleng, tak mungkin juga dia mengadukan urusan ranjang pada Eyang. Alisha bahkan selalu mengatakan jika dia baik-baik saja selama pernikahan, Alisha sama sekali tidak pernah mempermasalahkan urusan ranjang dan dia saja pun tidak pernah memikirkan hal itu atau seperti yang dikatakan Adrian sudah gila ingin disentuh.
Tetapi Alisha berpikiran sedikit bahwa ini ada kaitan dengan pembicaraan mereka tadi pagi, Eyang yang tiba-tiba saja mempertanyakan hal itu dan padahal Alisha tidak mengatakan apapun.
Dengan lamunan Alisha yang tanpa sadar kemeja yang menempel di tubuh Adrian sudah terlepas dan dibuang sembarang tempat dan Alisha yang semakin mencoba mengalihkan pandangannya.
"Ah, Pak!" tiba-tiba Alisha berteriak ketika Adrian menarik kedua kakinya dengan sangat kasar, " Pak, apa yang bapak mau_"
"Diam dan terima saja apa yang seharusnya kau terima!" ucapnya dengan aura wajah yang begitu dingin, suara beratnya menggema di kamar yang menjadi tempat khusus mereka sejak lebih 1 minggu yang lalu.
"Jika ini yang kau inginkan maka aku berikan agar kau tidak gelisah dengan keinginanmu yang tidak tercapai. Tapi! aku tidak menyentuhmu karena cinta sebab semua cintaku sudah aku serahkan pada Willona, tak ada yang tersisa meski hanya secuil untukmu. Ini adalah konsekuensi yang harus kau terima karena kau menantangku untuk tetap melanjutkan pernikahan ini!" tegas Adrian dengan penuh penekanan.
"Semua sentuhan yang kau dapatkan hanya sebuah nafsu belakang dan walau aku merasa sangat jijik melihatmu dan juga menyentuhmu, camkan itu!"
Kata-kata yang begitu kasar itu sangat membuat dada Alisha sangat sesak, seakan gunung menghimpitnya, hati yang begitu perih bagai tergores sembilu, kala Adrian yang menegaskan hal yang sebenarnya sudah dia tahu dan bahkan memang sudah pernah dia dengar sebelum mereka menikah.
Butir air mata menetes kalah mendengar kata-kata kasar itu, tapi air mata itu tidak akan berarti apa-apa bagi Adrian atau bahkan tidak akan meralat kata-katanya atau meminta maaf.
Mungkin memang seperti itu takdir Alisha yang menikah dengan pria yang masih menjalin hubungan dengan kekasihnya.
Rasa perih itu kian menjadi seakan terjebak di penjara berduri dikala suaminya menegaskan bahwa dia takkan pernah mendapatkan cinta meski hanya kecil yang sudah habis pada wanita yang dicintai suaminya yang pernah ditemui Alisha hari pernikahan mereka.
Alisha memalingkan wajah ketika Adrian tiba-tiba mendekatkan diri padanya, jantung Alisha berdebar tak karuan seakan ingin melompat dari tempatnya. Sudah satu minggu lebih mereka menikah menjadi suami istri tetapi ini kali pertama bagi Alisha melihat pria dingin itu tanpa memakai baju.
Apa mungkin malam ini benar-benar akan menjadi malam suami istri yang seharusnya?
Tanpa banyak bicara tiba-tiba Adrian mengukung dengan kedua pergelangan tangan Alisha dicengkeram begitu kuat dengan pria di atas tubuhnya yang seakan tidak menginginkan dia kemana-mana. Alisha yang semakin terkejut yang benar-benar berada dalam kuasa Adrian.
"Apa yang kamu lakukan! Lepaskan aku!" ucap Alisha dengan lirih, tetapi Adrian seakan tuli yang menghiraukan permintaan Alisha
Adrian yang meraup bibir Alisha. Pemberontakan di lakukan wanita itu saat mendapatkan serangan, ciuman pertama yang didapatkan Alisha begitu sangat sakit, bagaimana tidak laki-laki yang sudah sah menjadi suaminya begitu kasar pada dia dan bahkan sangat memaksanya dengan kedua tangan yang dicengkeram dengan erat yang berada sejajar dengan kepalanya.
Adrian yang mencium paksa Alisha dengan sangat kasar. Alisha bahkan sama sekali tidak bisa memberontak lagi. Jelas pria di atas tubuhnya itu jauh lebih kuat. Alisha yang merasa jika dirinya sedang diperkosa yang diperlakukan begitu kasar.
Ciuman kasar yang terlepas bukan berarti Adrian kasihan pada wanita yang bawahnya itu, tetapi ciuman kasar itu berpindah kepada leher jenjang putih mulus itu yang memberikan tanda kepemilikan di sana. Rasa baru yang dirasakan Alisha.
Tetapi justru rasa itu sangat tidak bisa dinikmati. Tetapi tidak dengan Adrian yang sudah di penuhi dengan rasa nafsu yang tinggi dengan yang hanya ingin melampiaskan segalanya ke pada Alisha dengan semua kemarahan Adrian.
Alisha masih berusaha memberontak dan bukan durhaka yang tidak ingin melayani suaminya. Hanya saja dia tidak ingin diperlakukan dengan cara seperti itu. Sangat kasar dan membuat dia sangat terluka.
Bersambung