Alvia Alianza, wanita yang sudah menjalani kehidupan rumah tangga selama satu tahun. Ia menikah dengan Bintang Askara. Pemuda tampan yang membuat para wanita selalu mengejarnya.
Namun pernikahannya bukanlah pernikahan yang di idamkan oleh setiap wanita.
Karena pernikahannya hanyalah sebuah tameng untuk menutupi hubungan Bintang dan kekasihnya.
Bintang telah membayarnya untuk menikah dengannya selama satu setengah tahun ke depan. Karena orang tuanya tidak menyetujui hubungannya dengan kekasihnya.
Bagaimana kisah kehidupan Via selanjutnya? ikuti terus ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rima Andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 18
Merasa Via yang sudah mulai tenang, Bintang sedikit meregangkan pelukannya. Menatap wajah Via yang sembab akibat tangisannya.
"Via," panggil Bintang.
Seketika Via mendongakkan wajahnya. Mata bulatnya menatap mata suaminya. Kini mereka saling berpandangan satu sama lain.
Bintang menatap mata bulat Via dengan hati yang begitu ingin tahu. Dari sorot mata istrinya menunjukkan begitu banyak kesedihan di dalamnya. Entah mengapa, rasa penasaran dan rasa ingin melindungi meliputi hatinya.
Bintang tak pernah menatap Via sedekat ini. Kenapa Via menjadi begitu cantik? Bintang segera menepisnya. Ia tidak ingin mengkhianati kekasihnya. Tapi bukankah Via adalah istri sahnya? Pikirkan Bintang menjadi begitu bingung dengan keadaan ini.
Bintang mulai menjauhkan tubuhnya dari Via.
"Maafkan Aku Via, Aku berjanji tidak akan membuat mu ketakutan lagi." Bintang berkata dengan begitu tulus.
Via terdiam, melihat tatapan Bintang yang begitu tulus sedikit menggoyahkan hatinya untuk memaafkan pria yang sudah merenggut kesuciannya.
Untuk sesaat hanya ada keheningan diantara mereka. Hingga suara Via mulai memecah keheningan diantara mereka.
"Bisakah Kau berjanji tidak akan mengulanginya lagi..." Via menatap Bintang dengan penuh harapan. Benarkah pria di depannya dapat memegang janjinya?
"Aku berjanji. Kau bisa memegang janji ku ini Vi," ucap Bintang dengan begitu mantap.
Tidak ada raut kebohongan dari wajah Bintang. Hingga Via mulai mempercayai ucapan suaminya itu.
Keduanya merasa begitu canggung. Lalu Via teringat bahwa dirinya harus memasak untuk Bintang. Hingga Via pun berniat untuk beranjak dari sana.
"Kau mau kemana?" tanya Bintang saat melihat Via hendak beranjak.
Via kembali menatap Bintang. Ia tidak ingin berlama-lama di atas satu kasur yang sama dengan Bintang. Ia tidak ingin hatinya kembali tergoda oleh sebuah cinta yang tak mungkin ia raih.
"Bukankah Aku harus membuat kan mu sarapan?" ucap Via dengan polosnya.
Bukankah gadis di depannya itu sedang sakit? Lalu kenapa bersikeras untuk membuatkan dirinya sarapan? Bintang sungguh tak habis pikir dengan Via. Bintang menjadi lebih ingin tahu lagi tentang diri Via.
Dengan cepat Bintang meraih tangan Via dan menariknya. Hingga membuat tubuh Via kembali ke dalam pelukan suaminya.
"Ke...Kenapa Kau menarikku? Lepaskan Aku, bukankah Kau sudah menuliskan dalam surat kontrak bahwa Aku harus memasak untuk mu?" Via merasa begitu malu karena wajah mereka begitu dekat.
Melihat wajah Via yang memerah saat ini membuat Bintang begitu gemas.
"Hari ini adalah pengecualian Kau memasak untuk ku. Aku bukanlah pria yang kejam, yang tega memaksa seseorang yang sedang sakit untuk memasak." Bintang berkata dengan begitu lembut.
Mendengar perkataan Bintang, Via semakin malu. Rasanya hatinya mau meleleh saat ini juga. Bintang berkata dengan senyumnya. Sungguh membuat jantung Via begitu berdebar.
Tanpa sadar, Via menyembunyikan wajahnya di dada bidang Bintang.
Sikap Via sangatlah membuat Bintang begitu gemas. Rasanya ia begitu senang saat melihat wajah Via yang memerah. Membuat senyumnya mengembang saat itu juga.
"Bisakah kita berteman Vi, Aku tidak ingin kita terus bertengkar seperti sebelumnya. Aku ingin tidak ada permusuhan di antara kita. Setidaknya sampai kontrak kita berakhir," ucap Bintang.
Via menjadi tersadar. Pernikahan di antara mereka hanyalah pernikahan yang saling menguntungkan. Via berusaha untuk melepaskan pelukan Bintang. Ia tidak ingin hatinya luluh oleh sikap lembut Bintang.
Merasa Via berusaha untuk melepaskan pelukannya, Bintang malah dengan tak tahu malunya mempererat pelukannya. Membuat Via tak berdaya.
"Biarkan seperti ini sebentar saja Vi," ucap Bintang. Entah mengapa disaat Via berusaha untuk melepaskan pelukannya, Bintang tidak rela. Memeluk tubuh Via membuat hatinya merasa begitu hangat. Bintang tidak ingin melepaskannya untuk saat ini.
Via hanya terdiam dan membiarkan Bintang memeluknya untuk beberapa saat. Mereka begitu menikmati pelukan hangat tersebut. Namun Via segera tersadar dan kembali berusaha untuk melepaskan pelukan Bintang.
"Sekarang kumohon lepaskan pelukan mu, Bintang. Aku tidak pantas Kau peluk seperti ini. Aku hanya istri di atas kertas mu. Kau memiliki seorang kekasih," ucap Via menahan hatinya.
Mendengar ucapan Via, hati Bintang begitu mencelos. Benar yang di katakan oleh Via. Tapi, mengapa rasanya ia begitu tak rela melepaskan pelukan ini? Apakah karena ditinggal Alesha pergi membuatnya merasa begitu kesepian? Hingga iapun melampiaskan kesepiannya kepada Via. Bintang tidak mengerti dengan perasaannya.
"Dia (Alesha) sedang pergi mengejar mimpinya Vi, bisakah Kau menemaniku,menjadi temanku selama dia tidak ada di samping ku? Setidaknya pernikahan kita masih tersisa kurang dari satu tahun Vi."
"Aku mau menjadi temanmu Bi, tapi tidak sedekat ini. Ada hati yang harus Kau jaga Bi. Dan Aku tidak ingin dia salah paham dengan pertemanan kita. Kita hanya berteman, tidak lebih dari itu." Via berusaha mengingatkan Bintang walaupun hatinya menahan perih.
"Tapi Kau juga istri sah ku Vi, kita sah di depan agama dan negara. Jadi tidak ada larangan jika Aku memeluk mu seperti saat ini," ucap Bintang.
Via tak dapat berkata lagi. Perkataan Bintang juga tidak salah. Mereka adalah pasangan suami istri yang sah di mata hukum dan agama.
Via terdiam, ia tidak ingin meladeni ucapan Bintang. Via tidak ingin jika suatu saat nanti saat kekasih Bintang kembali, dirinya akan di buang begitu saja oleh Bintang. Salahkah bila ia berpikir seperti itu?
Melihat Via yang tak lagi berkata sesuatu, membuat tangan Bintang menyentuh dagu Via dan mendongakkan wajah Via agar menatapnya.
Pandangan mereka kembali bertemu. Tatapan Bintang membuat hatinya begitu berdesir. Via merasa begitu bimbang antara harus mencegah tatapan tersebut terus berlanjut ataukah harus memutusnya.
Tak dapat di pungkiri bahwa rasa cintanya untuk Bintang membuatnya menjadi egois. Via ingin memiliki sepenuhnya pria di depannya. Namun kesadaran kembali menderanya. Via tak ingin menjadi gadis yang terbuang nantinya. Via sudah mengalami berbagai sakit hati dalam hidupnya. Ia tidak ingin merasakan sakit hatinya untuk kesekian kalinya.
Dengan cepat Via kembali menundukkan kepalanya. Lalu ia kembali berusaha untuk lepas dari pelukan Bintang.
"Ku mohon Bi, lepaskan Aku. Atau kalau tidak kembalilah ke kamar mu. Aku sudah menerima mu menjadi temanku. Jadi, bukankah sudah tidak ada yang harus di bicarakan lagi?"
Bintang tak menjawab. Ia terus saja memperhatikan Via yang berusaha untuk lepas dari pelukannya.
Kata teman membuatnya tidak puas. Tapi bukankah dirinya sendiri yang menginginkan pertemanan itu. Sebenarnya apa yang membuat Bintang tidak puas? Apakah Bintang menginginkan hal yang lebih? Hatinya menjadi kacau.
Bintang tidak ingin lepas menatap wajah Via. Ia kembali mendongakkan wajah Via agar menatapnya. Namun lagi-lagi Bintang merasa kecewa saat Via malah mengalihkan tatapannya.
Entah apa yang Bintang pikiran saat ini. Namun tiba-tiba saja Bintang menempelkan bibirnya pada bibir Via. Membuat gadis di depannya begitu terkejut dengan membelalakkan matanya.
Via berusaha mendorong tubuh Bintang. Namun Bintang menahan kepala Via agar ciumannya tak terlepas.
Perlahan bibir Bintang mulai melu.mat bibir Via. Begitu pelan dan begitu lembut. Membuat Via terbuai dengan kelembutannya dan Via pun mulai memejamkan matanya. Ia tidak lagi mendorong tubuh Bintang. Via begitu menikmati kelembutan ciuman suaminya. Rasanya begitu hangat. Bintang seakan membuatnya menjadi begitu berharga saat ini.
Bintang juga memejamkan matanya. Ia begitu menikmati setiap pagutannya. Bibir Via terasa begitu manis, lembut dan begitu hangat. Hingga rasanya Bintang tak ingin melepaskannya. Ia ingin terus menikmati bibir manis itu lagi dan lagi.
***