NovelToon NovelToon
Kehidupan Penuh Luka

Kehidupan Penuh Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Selingkuh / Cerai
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Clara

Kehidupan memang penuh lika-liku. Itulah yang terjadi pada kisah kehidupan seorang gadis cantik yang merupakan putri seorang pengusaha kaya raya. Namun hidupnya tidak berjalan semulus apa yang dibayangkan.

Jika orang berpandangan bahwa orang kaya pasti bahagia? Tapi tidak berlaku untuk gadis ini. Kehidupannya jauh dari kata bahagia. Ia selalu gagal dalam hal apapun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

...𝙷𝚒𝚍𝚞𝚙 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚊𝚝𝚒 𝚒𝚝𝚞 𝚊𝚍𝚊 𝚍𝚒 𝚝𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚃𝚞𝚑𝚊𝚗. 𝙼𝚞𝚗𝚐𝚔𝚒𝚗 𝚖𝚊𝚗𝚞𝚜𝚒𝚊 𝚋𝚘𝚕𝚎𝚑 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚗𝚌𝚊𝚗𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚝𝚊𝚙𝚒 𝚝𝚎𝚝𝚊𝚙𝚕𝚊𝚑 𝚝𝚊𝚔𝚍𝚒𝚛 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚓𝚊𝚕𝚊𝚗...

...𝓚𝓮𝓱𝓲𝓭𝓾𝓹𝓪𝓷 𝓟𝓮𝓷𝓾𝓱 𝓛𝓾𝓴𝓪...

Situasi tegang meraup di sepenjuru salah satu ruang yang ada di rumah sakit. Hawa dingin dan bau obat-obatan begitu menyeruak indra penciuman. Begitu banyak peralatan-peralatan medis yang saling berbunyi memekakan telinga.

"Tuhan!!" Devan terduduk pasrah di depan pintu. Tubuhnya lemah tak berdaya seolah nyawanya diambil separuh.

"Aku akan membebaskan dia. Tapi ku mohon selamatkan keduanya" Dengan wajah yang sudah memerah, Devan menangis meminta pertolongan pada Tuhannya.

"Aku tau aku egois"

"Aku tau jika aku terlalu memaksa. Tapi aku mohon kali ini kabulkan satu permintaanku" Devan menjambak rambutnya frustasi.

Nafasnya memburu dan kepalanya pusing. Ia berusaha bangkit dan duduk di bangku tunggu namun tubuhnya seketika ambruk seolah kakinya tak memiliki tulang lagi.

"Tuan" Seorang perawat membantu Devan untuk bangun dan duduk di kursi.

"Tuan tidak apa-apa?" tanya perawat itu namun tak ada jawaban dari Devan.

Perawat itu memilih pergi setelah mendapat kode dari Devan yang sedang tidak ingin diganggu. Devan meremas kuat rambutnya bahkan ada beberapa helai rambut yang tercabut akibat kuatnya cengkraman Devan.

"Arlla, aku mohon" Devan menangkupkan wajahnya di kedua telapak tangannya.

"Aku mohon bertahan"

"Jika aku tidak bisa memilikimu seutuhnya, setidaknya aku memiliki satu nyawa yang merupakan darah daging kita"

...****************...

"Kak Gerald" sapa Bella pada seorang pria yang sedang duduk di bar.

Suara dentuman musik yang memekakan telinga membuat pria itu tidak bisa mendengar dengan jelas hingga Bella harus menyentuh bahu pria itu. "Eh, Bella" Gerald membalikkan badannya dan melihat Bella yang sedang menggunakan gaun hitam di tubuhnya.

"Kakak disini juga" Keduanya saat ini tengah berada di pesta perayaan salah seorang pengusaha besar. Bella, dia diminta papanya untuk menggantikan pria itu yang tidak bisa hadir karena pergi ke suatu tempat secara tiba-tiba. Hingga kini ia bertemu dengan Gerald.

"Kakak sendiri?" Bella mengulas senyum dan duduk di samping Gerald.

"Berdua" jawab pria itu membuat dahi Bella berkerut. Pasalnya tidak ada siapapun di samping pria itu. "Sama siapa?" tanya Bella penasaran.

"Sama kamu" Keduanya tertawa bersama.

"Dia siapa?" Seseorang menepuk bahu Gerald dari arah belakang dengan memandang tubuh Bella dari atas hingga bawah membuat gadis itu risih.

"Dia..... " Gerald menatap mata temannya itu yang tampak begitu menyukai Bella. Namun, tatapan itu seolah liar dan menginginkan tubuh Bella.

"Gausah macem-macem. Berani lo sentuh dia.... "

"Lo habis sama gue" ancam Gerald.

"Santai men" Pria itu mengulurkan tangannya ke arah Bella dan hanya di pandangi oleh gadis itu.

"Kenalan doang boleh kan?"

"Sam" Pria itu memperkenalkan dirinya dan masih mengulurkan tangannya hingga di sambut oleh Bella. "Bella"

"Nama yang cantik sama kaya wajahnya" Sam menaik turunkan alisnya menggoda wanita itu hingga Bella mendengus sebal.

Bella menatap ke lantai dansa dimana banyak sekali pasangan yang sedang berdansa. "Kak, kesana yuk" ajak Bella yang mulai risih dengan kehadiran Sam yang terkesan sengaja ingin menggoda dirinya.

Gerald mengangguk menyetujui permintaan gadis itu saat dirasa Bella merasakan tak nyaman. "Duluan Sam" Gerald menepuk bahu temannya itu dan berlalu pergi bersama Bella.

"Cantik" Sam menyunggingkan senyuman mematikan dengan menatap Bella.

Sam terus memperhatikan setiap pergerakan Bella tanpa mengalihkan pandangan sedikitpun. Hingga pada ketika Gerald sedang lengah, Sam kembali mendekati Bella dengan cepat.

"Mau kemana?" tanya Sam mengejutkan Bella yang sedang berjalan.

"Sam"

"Mau aku anter?" Bella sontak langsung menggelengkan kepalanya.

"Gak perlu"

"Aku bisa sendiri" Bella hendak berlalu pergi namun Sam menarik tangannya hingga menghentikan pergerakan wanita itu. "Ada apa?"

"Biar saya temani" Sam menggenggam tangan Bella dan menatap wanita itu dalam. "Kita bisa bersenang-senang dulu cantik" Sam tersenyum menggoda gadis itu.

"Jangan aneh-aneh, Sam" Bella memasang alarm waspada pada tubuhnya dengan sosok laki-laki ini yang begitu membuatnya risih.

"Dia bisa sama saya" Gerald melepas genggaman tangan keduanya dan menggandeng tangan Bella membuat Sam menggaruk kepalanya.

"Sejak kapan lo disini" Gerald membawa wanita itu pergi begitu saja tanpa menjawab pertanyaan Sam.

"Gue kan berniat baik" Sam mendengus sebal dan kembali duduk dengan memperhatikan pergerakan Gerald dan Bella yang perlahan menghilang dari pandangannya.

"Makasih ya kak" Bella bersyukur Gerald datang tepat waktu sebelum Sam membawanya pergi entah kemana.

"Kalian berdua ada disini" Suara seseorang mengalihkan atensi keduanya dan menoleh secara bersamaan ke arah sumber suara.

"Livia" Gerald menyapa wanita itu dan dibalas senyuman manis oleh Livia.

"Kalian ada kabar soal Arlla?" tanya Livia

Gerald menggelengkan kepala lemah menjawab pertanyaan itu. Sampai sekarang ia belum menemukan sosok Arlla.

"Atau jangan-jangan dia pergi sama cowok lain ya" Livia mengetuk dagunya seolah berpikir.

"Arlla gak semurahan itu" jawab Gerald tak menyukai ucapan Livia yang seolah menyudutkan Arlla.

Ia sangat kenal dengan wanita itu. Arlla bisa menjaga diri dan tidak semurahan seperti yang dipikirkan oleh Livia.

"Kita ga ada yang tau bukan"

"Kalau dipikir secara logika, sebenarnya ada benernya juga apa yang dibilang kak Livia" sahut Bella membuat Gerald menoleh seketika.

"Antara diculik atau pergi sesuai keinginannya sendiri" Bella mengedikkan bahunya.

"Tapi sampai kapanpun aku akan tetap mencari Arlla sampai ketemu" Gerald meyakini dalam hatinya jika suatu saat nanti ia akan bertemu dengan Arlla dan bisa bersatu dengan wanita pujaannya itu.

"Aku juga berharap kak Arlla secepatnya ketemu" Bella menundukkan wajahnya merasa bersalah dengan wanita itu hingga masih belum mendapatkan kata maaf dari kakaknya karena sudah membenci wanita itu tanpa alasan selama ini.

"Aku juga berharap yang sama" Livia tersenyum memberikan semangat pada mereka. "Kita pasti bisa menemukan Arlla" Gerald menatap Livia dan tersenyum.

"So, lebih baik sekarang kita nikmatin pesta ini dulu. Baru kita lanjut mikirin nyari Arlla"

"Livia"

"Gue duluan ya. Udah dicariin temen-temen gue" Livia berlalu pergi menyisakan Bella dengan Gerald.

"Kak... " panggil Bella

"Kenapa?"

"Soal kak Arlla.. " Sebuah dering telepon berbunyi dari ponsel wanita itu menghentikan percakapan keduanya. "Aku angkat telfon sebentar" Bella menjauh dari Gerald untuk menjawab panggilan tersebut. Sementara saat ini Sam sudah menyeret Gerald untuk duduk di bar bersama dirinya.

"Gue lagi gamau minum"

"Ayolah dikit aja" Sam membujuk Gerald.

"Bukannya lo lagi suntuk karena mikirin cewek lo yang hilang itu" Sam meminum alkohol dari gelas kecil yang ia tenteng dan meneguknya hingga habis. Pria itu meminta lagi pada bartender hingga habis beberapa gelas.

Membahas soal Arlla, membuat hati pria itu gusar apalagi kini sekarang ia menjadi kepikiran apakah benar Arlla pergi dengan pria lain? Bahkan sampai sekarang ia tidak mendapatkan informasi apapun dimana keberadaan wanita itu.

Tangannya meraih gelas berisi alkohol itu dan meminumnya hingga habis. Pikirannya yang kembali kalut membuat pria itu memilih untuk meminum beberapa gelas alkohol.

"Gue bisa bantu apa?" Sam bertanya pada Gerald yang pandangannya sedikit kabur.

"Cariin Arlla"

"Gue gamau kehilangan dia Sam" Gerald mengusap wajahnya kasar dan mulai merancau menyebut nama Arlla.

"Dia penting bagi gue"

"Coba lihat fotonya" Gerald mengeluarkan foto Arlla yang selalu ia jadikan wallpaper ponselnya dan menunjukkan pada Sam.

"Dia... "

1
Akhmad Soimun
Coba aah Ramaikan, kayaknya bagus..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!