Cahaya Airin, istri yang tak diinginkan oleh suaminya. Rasa sakit hati kala sang suami terus menghinanya membuat air matanya terus berjatuhan.
Hingga suatu hari gadis yang biasa di panggil Aya itu mencoba merubah penampilannya untuk mendapatkan hati suaminya.
Apakah Aya akan berhasil membuat suaminya mencintainya?
Selamat membaca...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rima Andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Sesampainya di rumah utama, Aya langsung membersihkan dirinya setelah seharian beraktivitas.
Namun Aya menyadari bahwa saat ini suaminya masih belum pulang. Iapun teringat akan kejadian tadi siang di kantor.
"Mereka pasti telah bersenang-senang. Mereka memang serasi sekali, pasangan yang begitu angkuh dan sombong," cibirnya.
Aya pun mengambil ponselnya, terdapat banyak sekali notifikasi pesan dari grup chat alumni kampusnya dulu, Ia juga melihat chat dari Bryan disana.
Aya hendak membaringkan tubuhnya di sofa tempat biasanya ia tidur. Namun bayangan akan serangga yang membuat tubuhnya di penuhi banyak tanda kemerahan membuatnya mengurungkan niatnya. Dan berakhirlah Ia menjatuhkan dirinya di kasur empuk milik Bryan.
"Kasur ini nyaman sekali," ucapnya merasakan betapa nyamannya kasur tersebut
"Tumben pria arogan itu mengizinkan ku untuk tidur di ranjang yang sama dengannya. Tapi tunggu, kita akan tidur bersama seperti layaknya pasangan suami istri?. Ah tidak, kenapa Aku malah membayangkan hal yang aneh-aneh," gumam Aya bergidik ngeri saat membayangkan apa yang ada dalam otaknya.
"Sudahlah, lebih baik Aku makan malam saja,perutku lapar sekali. Aku ingin sekali makan mie instan rebus dengan banyak cabai," ucap Aya seraya memegangi perutnya dan membayangkan Ia menikmati mie instan dengan kuah yang begitu pedas.
Dengan segera Aya keluar dari kamarnya tanpa mengenakan kacamatanya. Karena sebenarnya mata Aya tidak terlalu minus. Hanya saja Ia kesulitan untuk membaca jadi Ia sering memakainya.
Aya keluar dengan mengenakan baju tidurnya dengan rambut yang tergerai panjang dan tanpa mengenakan kacamatanya.
Dan itu sontak membuat para pelayan terkejut saat melihat Aya. Karena Aya terlihat begitu cantik walaupun tanpa mengenakan make-up di wajahnya.
"Lusi, Aku lapar sekali," ucapnya kepada pelayan yang masih seumuran dengan dirinya.
"Nona ingin makan malam?, Kalau begitu biar saya siapkan untuk Nona," ucap Lusi hendak menyiapkan makan malam untuk Aya. Namun dengan cepat Aya melarangnya.
"Tidak Lusi, jangan menyiapkan makan malam untuk ku," tolak Aya membuat Lusi mengerutkan keningnya bingung. Bukankah tadi Nona muda nya ini mengatakan bahwa sedang lapar. Tapi di saat Lusi akan menyiapkannya, tapi Nona muda nya itu malah melarangnya.
Lusi hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal, bingung dengan penolakan Aya.
"Bukankah tadi Anda mengatakan bahwa Anda sedang lapar Nona?. Tapi kenapa Anda melarang saya untuk menyiapkan makan malam untuk Anda?."
"Karena Aku sedang ingin memakan makanan yang berkuah dan pedas Lusi, seperti mie instan misalnya. Apakah kau memiliki mie instan?, karena sekarang Aku sedang ingin memakannya," ucap Aya membayangkan dirinya tengah menikmati mie rebus dengan kuah yang pedas. Bahkan air liurnya sudah bercucuran membayangkannya.
Lusi terkejut. "Apakah Nona muda kini sedang hamil?," Ucap Lusi dalam hati.
"Maafkan saya Nona, tapi Tuan Bryan tidak membiarkan makanan itu masuk ke dalam rumah utama. Karena menurut Tuan Bryan makanan tersebut tidak sehat Nona," ucap Lusi membuat Aya kecewa.
"Tapi Aku kan tidak setiap hari juga makan mie instan Lusi. Kenapa Tuan muda mu itu begitu menyebalkan," ucap Aya kesal. Iapun mendudukkan dirinya dengan kecewa.
"Saya mengerti Nona begitu menginginkannya. Makanan itu memang tidak di perbolehkan masuk kedalam rumah utama. Tapi..." Ucapan Lusi terhenti, Ia ragu untuk meneruskan ucapannya itu.
Karena penasaran dengan ucapan Lusi yang menggantung, Aya dengan cepat berkata.
"Tapi apa Lusi?."
"Di rumah belakang kami memilikinya Nona," ucap Lusi akhirnya, Hingga membuat Aya berbinar mendengarnya.
"Sungguh, kalau begitu ambilkan untukku Lusi, biarkan Aku yang membuatnya," ucap Aya begitu bersemangat.
Namun dengan cepat Lusi menyanggahnya.
"Maafkan saya Nona, tapi Tuan pasti akan memecat saya kalau sampai makanan itu berada di dapur rumah utama."
Aya kembali kecewa. Namun Ia pun mendapatkan sebuah ide yang muncul dalam otaknya.
"Lusi, kalau begitu ajak Aku ke dapur belakang, karena Aku akan membuatnya disana. Bukankah jika Aku membuatnya di dapur rumah belakang tidak ada larangannya?. Ayo Lusi!," Ucap Aya yang sudah berdiri mengajak Lusi dengan semangatnya.
"Tapi bagaimana nanti kalau Tuan Bryan marah karena Anda menapakkan kaki di rumah belakang Nona?," Ucap Lusi takut.
"Kau tenang saja, Tuan muda mu itu tidak akan marah. Ini akan menjadi rahasia kita," Ucap Aya pelan. Dan mendapatkan anggukkan kepala dari Lusi.
Setelah sampai di dapur rumah belakang, Aya segera membuat mie instan itu dengan cepat dan memberinya banyak potongan cabai rawit.
Aya membawa ke meja makan yang ada di sana, air liurnya sudah bercucuran melihat makanan yang Ia inginkan itu.
Namun berbeda dengan Lusi, Ia bergidik ngeri melihat banyak potongan cabai dalam mangkuk Nona mudanya. Lusi berfikir orang ngidam memang menginginkan hal yang aneh.
"Apakah Anda sungguh akan memakannya Nona?," Tanya Lusi.
"Ya, Lusi,ini pasti enak sekali. Apa kau mau?." Tawar Aya.
Dengan cepat Lusi pun menggelengkan kepalanya. Apa kabarnya perutnya nanti bila harus memakan makanan dengan banyak irisan cabai sebanyak itu?.
Aya pun mulai memakan mie rebus buatannya itu. Ia begitu menikmati makanan itu, sesekali ia berhenti untuk mengambil nafas dari mulutnya untuk menahan pedas.
Dengan cepat Lusi segera mengambil air putih untuk Aya.
"Minumlah Nona," ucap Lusi menaruh satu gelas air putih di samping Aya.
"Terimakasih Lusi." Aya langsung meminumnya, lalu melanjutkan menghabiskan makanannya itu.
"Ah,ini sungguh enak sekali Lusi. Terimakasih untuk ini semua," ucap Aya seraya menahan pedasnya.
"Sama-sama Nona," ucap Lusi tersenyum. Lusi berfikir setidaknya dia tidak membuat calon baby yang ada di perut Aya ileran nantinya.
***
Bryan dengan cepat menapaki anak tangga menuju kamarnya. Dengan cepat Ia membuka handle pintu kamarnya.
Iapun mengumpat kesal saat tidak mendapati Aya di sana. Bryan berfikir Aya belum pulang ke rumah utama.
"Kemana gadis jelek itu dan Adrian pergi?!," Umpatnya.
Sebenarnya tadi sore Ia berada di butik yang sama dengan Aya. Karena Rena juga sudah memesan pakaian di sana untuk acara reuni besok malam.
Bryan melihat Aya dan Adrian di sana, namun Ia berada di sudut berbeda dengan Aya. Bryan hanya mengamati dari kejauhan saja. Dan itu sungguh membuatnya kesal saat mengingatnya.
Bryan memutuskan untuk mandi setelahnya baru Ia akan mencari kemana Aya pergi. Karena ini sudah lewat dari jam tujuh malam.
Beberapa saat kemudian, Bryan keluar dari bathroom. Iapun langsung mengganti pakaiannya dan hendak melangkah keluar dari kamarnya.
Namun bertepatan dengan itu Aya hendak memasuki kamar.
Bryan terdiam menatap wajah Aya tanpa kacamatanya, dan rambut panjangnya di biarkan tergerai indah.
Bryan seakan terpana melihat Aya, hingga iapun tersadar dan menarik tangan Aya hingga membuat Aya menabrak dada bidangnya.
"Apa yang kau lakukan Bryan," ucap Aya kesal. Iapun mendorong tubuh Bryan dan melewatinya.
Namun Bryan dengan cepat mencekal tangan Aya dan kembali menariknya. Kini Ia memeluk pinggang Aya erat. Dan membuat Aya berusaha untuk melepaskan pelukan itu.
"Bryan lepaskan!, Apa yang Kau lakukan?!!," Ucapnya berusaha melepaskan tangan Bryan.
Bryan kembali mendaratkan bibirnya pada bibir istrinya dan membuat Aya begitu terkejut.
"Emmmt..."
Bryan terus saja mencium bibir Aya tanpa hentinya. Sedangkan Aya masih terkejut, iapun memukul-mukul dada bidang Bryan dengan sekuat tenaga. Tapi Bryan tetap saja tidak melepaskan dirinya.
Aya pun akhirnya menahan nafasnya dan memejamkan matanya erat-erat.
Melihat hal itu, Bryan berhenti mencium bibir Aya. Dapat Ia lihat wajah Aya yang begitu manis saat ini.
Lalu Ia pun mendudukkan dirinya di atas kasurnya menatap Aya yang masih memejamkan matanya di sana.
"Apa Kau akan terus menahan nafas mu itu bodoh?." Ledeknya.
Aya pun membuka matanya perlahan, lalu Ia mengambil nafasnya dalam-dalam.
Kini Aya menatap Bryan dengan nyalang. "Sudah dua kali pria itu mencium ku!, Dasar pria brengsek," umpatnya dalam hati.
Lalu dengan cepat Aya mengambil bantal dan memukuli Bryan dengan bantal di tangannya itu.
"Dasar pria kurang ajar, kenapa Kau mencium ku lagi huh?!. Rasakan ini!," Ucapnya seraya memukuli suaminya dengan bantal.
Tapi Bryan menangkap bantal tersebut dan kembali menarik Aya sehingga Aya terjerembab ke atas kasur. Dengan cepat Bryan mengukung Aya, hingga kini membuat Aya terdiam dan ketakutan. Karena wajahnya begitu dekat dengan Bryan yang kini berada di atasnya dan menatapnya penuh arti.
***