Di jual oleh Bapak dan di beli Dosen tampan.
Kinayu, gadis berumur 22 tahun di jadikan sebagai alat penebus hutang. Menjadi istri dari Yudha Prasetya, yang ternyata adalah seorang dosen serta anak dari pemilik kampus tempatnya menimba ilmu.
Kenyataan pahit harus kembali ia terima saat dirinya mengetahui fakta jika ia bukan yang pertama. Bahkan harus tinggal satu atap dengan istri pertama.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka?
Apakah Kinayu kuat saat ia tau tujuan Yudha menikahinya?
Ig: weni0192
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
"Sampai sini aja," ucapnya saat Satria berniat akan mengantarkannya sampai depan rumah. Akhirnya Satria pun menuruti, ia berhenti di depan komplek perumahan Elit itu dan menurunkan Kinayu di sana.
"Masih jauh nggak jalannya ke dalam?" tanya Satria yang tampak khawatir, dia tak ingin Kinayu merasa kelelahan nantinya.
"Nggak jauh kok, kamu tenang aja. Makasih ya udah antar aku, motorku masih di rumah bapak."
"Kamu kayak sama siapa aja pake bilang makasih segala," Satria menggenggam tangan Kinayu menatapnya dengan senyum hangat yang terselip di bibirnya. "Aku masih kangen, tapi lihat wajah lelah kamu jadi nggak tega. Sebelum bantu-bantu saudara kamu, makan dan istirahat dulu ya. Aku nggak mau kamu sampai sakit."
Dada Kinayu begitu sesak saat perhatian Satria begitu nyata, dia menganggukkan kepalanya membuat Satria lega.
"Masuk sana, aku akan pulang setelah kamu benar-benar sudah tak terlihat." Satria begitu lembut memperlakukan Kinayu. Membuat Kinayu merasa semakin bersalah, walaupun apa yang ia lakukan ini tidak benar membiarkan hubungannya dengan Satria tetap berjalan, padahal statusnya yang jelas-jelas berbeda.
Dan itu tak membuat Kinayu merasa bersalah dengan Yudha, perlakuan kasarnya membuat Kinayu semakin muak. Dia pun yakin jika Yudha tak akan marah, karena pria itu tak mencintai dan hanya butuh raganya bukan hatinya.
"Iya, aku pulang ya." Pamit Kinayu, dengan lembut Satria mengusap pipi Kinayu dan meninggalkan jejak sayang di keningnya. Hanya sebatas kening, karena Satria benar-benar menjaga Kinayu hingga selama dua tahun ini pun bibir Kinayu aman dari Satria tapi sungguh sayang apa yang di jaga justru di rampas paksa oleh Yudha.
Langkah Kinayu begitu berat, jika boleh memilih ia tak ingin kembali lagi kerumah ini. Bukan tanpa alasan, pernikahan yang tak di rencanakan ternyata membawa petaka.
Baru saja ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah, suara dari atas tangga membuat langkahnya terhenti. Silvi yang ingin berangkat pemotretan di buat geram melihat Kinayu yang kembali lagi ke rumahnya.
Wanita berpakaian sexy itu melangkah mendekat, menarik rambut panjang Kinayu hingga jepit yang ia gunakan terlepas.
"Berani kamu balik lagi ke rumah ku! dasar wanita murahan! pelakor! jaalang licik!"
"Sa...sakit!" keluh Kinayu dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Sakit kamu bilang? sakit mana dengan hati aku! kamu sudah merebut mas Yudha dariku! dasar sundeell!" Silvi melepaskan cengkraman di rambut Kinayu dengan kasar hingga membuat Kinayu oleng dan hampir terjatuh.
"Pergi kamu dari sini karena aku nggak sudi satu rumah sama kamu!" sentaknya lagi.
Kinayu berusaha memberanikan diri, dia berdiri tegak melihat wanita cantik yang bermulut tajam .
"Jika aku harus pergi, aku hanya ingin mas Yudha yang mengusirku. Jadi mbak bisa mengatakan pada mas Yudha jika mbak keberatan dengan ke beradaanku di sini. Aku akan angkat kaki dengan senang hati."
"Licik kamu! mulai berani kamu sama aku? dasar wanita kampungan!" Silvi kembali mendorong tubuh Kinayu hingga ia terjatuh ke lantai. Sekuat tenaga Kinayu menahan air mata walaupun tubuhnya sakit dan hatinya pun terasa perih.
Tuduhan demi tuduhan terus terlontar, kata-kata tajam begitu menyayat di dalam dada. Hingga ia puas dan pergi dari hadapan Kinayu.
Bibi yang melihat dari dapur segera berlari mendekat, membantu Kinayu untuk bangun dan mengantarnya menuju kamar.
"Non nggak apa-apa? mana yang sakit biar bibi obati."
"Bibi siapa?" tanyanya yang baru bertemu tapi dengan baik mau menolong tanpa pamrih.
"Saya asisten rumah tangga di sini non, kalau sore saya pulang. Non istri kedua tuan Yudha?" tanyanya lagi. Dia begitu kasian melihat Kinayu di serang hingga tak bisa melawan.
Kinayu hanya menganggukkan kepala, dia memejamkan tak suka dengan sebutan istri kedua. Dia pun membenarkan ucapan Silvi, yang menyebutnya sebagai pelakor walaupun bukan atas keinginannya.
"Sabar ya non, nyonya memang kasar orangnya, tapi sebenarnya ia baik."
"Saya yang tak tau diri di sini Bi, lumrah jika dia marah. Nggak ada yang mau di poligami Bi. Andai saya yang ada di posisinya juga pasti akan marah."
"Tapi non, tuan Yudha berhak menikahi non, karena nyonya jarang ada di rumah. Jadi tidak heran jika tuan akhirnya memilih menikah lagi. Bibi malah senang saat mendengar tuan memiliki istri kedua, karena Bibi nggak tega dengan tuan. Jika Bibi pulang, tuan melakukan apapun sendiri, makan juga sendiri. Seperti tidak punya istri."
"Bi, tapi aku disini hanya di jadikan alat penghasil anak. Mas Yudha tidak mencintaiku." Entah mengapa Kinayu merasa nyaman bercerita dengan wanita paruh baya di depannya ini. Ia seperti menemukan pengganti Ibu nya di rumah ini.
"Memang tuan sangat menginginkan anak, karena nyonya Arini selalu marah-marah dengan tuan, dari semua temannya arisan hanya dia yang belum memiliki cucu. Sedangkan nyonya Silvi tak perduli."
Bibi menggenggam tangan Kinayu mencoba memberi kekuatan. "Non, kuat ya. Suatu saat nanti pasti non bisa mengambil hati tuan. Tuan orang baik non, percaya sama Bibi."
Kinayu menganggukkan kepala walaupun dalam hati ia ragu akan pernikahan yang ia jalani. Tapi mundur pun ia tak ada nyali, karena berkat Yudha keluarganya sekarang bisa hidup tenang kembali.
Setelah membersihkan diri Kinayu memilih untuk beristirahat, ia lupa akan perutnya yang sejak siang tadi minta di isi. Tubuhnya begitu lelah apa lagi bagian intinya masih terasa perih saat ia buang air kecil tadi. Di tambah kepalanya pusing setelah mendapat serangan dari Silvi.
Yudha memarkirkan mobil bertepatan dengan jam pulang Bi Inah. Melihat majikannya pulang, Bibi segera membuatkan kopi dan menyediakan air putih.
Yudha melangkah mendekat, meminum air mineral yang di siapkan kemudian menyeruput kopi yang telah di sediakan.
"Makasih kopinya Bi," ucapnya.
"Sama-sama tuan, ada lagi tuan?"
"Sudah, dimana istri-istriku Bi?" Yudha mengedarkan pandangannya menatap rumah begitu sepi seperti biasa padahal ia telah menambahkan satu anggota keluarga tapi tak ada satupun yang menyambutnya pulang kerja.
"Nyonya pergi tuan, sepertinya ada pekerjaan. Kalo non_"
"Kinayu."
"Oh iya non Kinayu sepertinya sedang istirahat tuan. Wajahnya tampak lelah ketika pulang tadi."
"Pulang jam berapa dia Bi!" tanyanya seraya membuka kedua kancing lengan kemejanya.
"Pulang siang tuan, berbarengan dengan nyonya Silvi yang ingin berangkat."
Yudha menganggukkan kepala kemudian mempersilakan Bibi untuk pulang.
"Bibi sudah bisa pulang!"
"Makasih tuan, makanan sudah siap dan baju ganti tuan juga sudah Bibi siapkan di kamar utama."
"Makasih Bi, lain kali tidak perlu menyiapkan baju gantiku. Disini sudah ada dua istri, aku ingin di layani oleh istriku Bi."
"Baik Tuan, kalo gitu Bibi pulang ya."
"Hhmm..."
Setelah menutup pintu, Yudha naik ke kamarnya. Membersihkan diri dan memilih berendam di dalam bathtub. Sepintas bayangan pergulatan semalam dengan Kinayu terngiang di ingatan, hingga membuat tubuhnya bereaksi dengan baik.
"Belum saatnya bangun," keluhnya saat melihat bagian bawah sudah berdiri tegak sempurna. Yudha segera menyelesaikan mandinya dan memakai baju yang tadi telah di siapkan oleh Bibi.
"Tidak mungkin aku menginginkannya lagi, sedangkan aku hanya membutuhkan dirinya untuk memberikan cucu pada Mamah." Yudha tampak frustasi saat dirinya sudah rapi tapi bagian intinya masih gagah berdiri.
...🍃...
Dukung karyaku terus ya, jangan lupa tinggalkan jejak-jejak penuh semangat dari kalian🤗
Buat semuanya....tingkat kehalusan aku masih tinggi, dan untuk judul ini pun belum tamat ya. Walaupun di awal ada tulisan tamat.
Aku masih up terus tiap harinya sampai tuntas....
terima kasih
saat membacanya aqu 😭😭😭
karna samaa