Kehilangan putri kecil yang sangat di sayangi nya membuat Hana tidak bisa berpikir jernih, rasa sakit nya yang mendalam membuat dia menyalahkan semua kemalangan di kehidupan nya pada mantan suami nya.
Hana benar-benar membenci Angga, apalagi setelah dia melihat Angga yang hidup bahagia bersama anak istrinya membuat Hana semakin bertambah membenci Angga.
Berbagai cara Hana lakukan untuk bisa mendekati Angga, dan ya dia kembali berhasil meluluhkan sikap dingin Angga padanya sampai akhirnya Angga masuk ke perangkap nya.
Tapi sayangnya malam yang seharusnya dia lewatkan bersama Angga malah menjadi salah alamat, dimana Hana yang terlalu mabuk malah masuk ke kamar seorang pria Buta.
"Siapa kamu!" teriak Hana kaget karena dia melihat sosok lain di kamar nya.
"Siapa aku? yang harus nya bertanya itu aku, siapa kau! berani nya kau masuk ke kamar ku tanpa sepengetahuan anak buah ku!" suara itu terdengar menakutkan.
Tapi yang membuat Hana aneh adalah kenapa pria itu tidak melihat ke arah nya, dan malah membelakangi nya.
Jangan lupa jejak ♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nilam nuraeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tetap menjadi mata ku
^^H A P P Y R E A D I N G^^
🌹🌹🌹🌹🌹
Di meja makan Hana yang baru pertama kali nya makan bersama dengan keluarga Gibran nampak di tatap sinis oleh Ibu Lisna mertuanya dan adik iparnya, Arselia.
"Mas mau makan apa?." tanya Hana lembut.
Gibran sudah lama makan sendiri, tapi untuk kali ini dia terpaksa ikut makan bersama keluarga nya karena Hana yang memaksa.
"Terserah." kata Gibran dingin.
Membuat Hana tersenyum.
"Tidak ada makanan terserah di meja makan." sahut Hana.
"Ayam mau?." lanjut Hana ingin mengambil ayam goreng.
"Kak Gibran ngak suka ayam." Arselia menyahut, membuat Hana tidak jadi mengambil ayam goreng.
"Oh iya aku lupa, kamu suka tempe kan Mas." Hana ingin mengambil tempe goreng tapi itu juga dia urungkan niat nya.
Karena Arselia lagi-lagi mengatakan jika Gibran tidak suka dengan makanan yang di sebutkan Hana tadi.
Hana terdiam sebentar, dia melirik Gibran yang masih saja bersikap dingin pada nya, di tambah lagi dengan wajah sinis mertua dan adik iparnya membuat Hana merasa menjadi orang asing.
Tidak mendengarkan suara Hana lagi entah kenapa membuat Gibran merasa bersalah, mungkin dia terlalu keras pada wanita yang bersedia menjadi istri nya tanpa paksaan itu.
"Sayang." panggil Gibran.
Yang seketika membuat ibu Lisna dan Arselia melotot, sudah empat tahun lamanya Gibran bersikap dingin pada mereka, dan sekarang Gibran putra nya memanggil Hana dengan kata sayang?.
Itu benar-benar hal yang mengejutkan untuk ibu Lisna dan Arselia.
sedangkan Hana yang mendengar nya langsung tersenyum dan menatap Gibran dengan antuasias.
"Iya, Mas." sahut Hana lembut.
"Aku mau telur mata sapi dan sambal ati ." kata Gibran lagi.
"Oke aku suapin ya." ucap Hana langsung mengambil nasi dan lauk pauk yang di minta sang suami.
"Buka mulut nya yuk, aaaaaa " Hana memberikan suapan pertama nya untuk Gibran.
Gibran membuka mulutnya, dan langsung menerima suapan dari Hana.
Hana tersenyum saat Gibran mengunyah makanan yang di suapinya.
Rasanya sangat menyenangkan saat niat baiknya bisa di terima dengan baik oleh suaminya.
meski Hana tau kalau Gibran tidak mudah untuk di taklukkan hati nya, tapi Hana akan berusaha menjadi istri yang bisa di andalkan untuk suaminya.
Tiba-tiba tangan Hana terulur untuk mengusap bibir Gibran, mengambil nasi yang ada di sudut bibir sang suami.
"Ada nasi yang ganggu." kata Hana saat melihat Gibran yang berhenti mengunyah makanan nya.
Sekali lagi Gibran tertegun dengan perlakuan manis Hana padanya, membuat dia sementara merasa di perhatikan.
Ekhem..
"Ibu udah kenyang.." ucap Ibu Lisna sambil berdiri.
Melihat ibunya yang pergi dari area meja makan Arselia langsung menjatuhkan sendok nya dengan kasar, sehingga menimbulkan suara bising yang cukup keras.
"Aku juga kenyang." Arselia beranjak berdiri dari duduknya.
Membuat Hana melirik ke arah Arselia, lalu menggelengkan kepalanya.
"Makan tuh harus di habisin, sayang tau di luaran sana banyak yang ngak bisa makan enak kaya kita." kata Hana sambil menyuapi Gibran lagi.
"Tapi sayang nya aku terlahir kaya jadi untuk apa aku makan makanan sisa." Arselia melirik Hana sinis lalu berjalan begitu saja meninggalkan Hana yang menghela nafasnya panjang.
"Ayo makan lagi." kata Hana sambil menyuapi Gibran lagi, tapi Gibran menggelengkan kepalanya.
"Aku kenyang." kata Gibran.
Hana mengangguk lalu memberikan minum, Setelah Gibran selesai minum Hana mengusap bibir Gibran dengan tangan nya lagi.
"Aku makan dulu ya." kata Hana.
Gibran hanya mengangguk sebagai jawaban, dan Hana langsung makan sisa makanan suaminya yang tidak habis.
dia tidak mau menyia-nyiakan makanan karena Hana tau seperti apa dulu susahnya dirinya mencari uang hanya untuk sebungkus nasi.
Sebenarnya Gibran merasa tidak enak pada Hana, dia tau seperti apa ibu dan kedua adiknya yang selalu melihat seseorang itu dari harta dan kekayaan nya saja.
Dan sikap adiknya tadi pasti membuat Hana tidak nyaman.
"Maaf." ucap Gibran tiba-tiba.
Membuat Hana yang sedang makan langsung melirik Gibran.
"Untuk?." sahut nya sambil makan.
"Untuk sikap adik dan ibu aku." kata Gibran lagi.
Membuat Hana menelan cepat makanan nya lalu memegang tangan Gibran.
"Ngak apa-apa, aku suka kok menghadapi tantangan, seperti tangtangan mendekati hati kamu lalu mertua dan adik-adik ipar ku." kata Hana sambil tersenyum.
"Aku akan bantu kamu buat dapatin kasih sayang keluarga kamu." lanjut Hana dalam batin nya.
Setelah selesai makan karena tidak ada lagi yang akan keduanya lakukan jadi Hana dan Gibran langsung ke kamar.
Di kamar tidak banyak yang keduanya lakukan hanya tiduran, sebenarnya Hana ingin menonton flm atau mungkin sekedar melihat akun sosial medianya, tapi semua itu harus Hana urungkan.
Dia harus menghargai Gibran yang tidak bisa melihat, tidak mungkin Hana bersenang-senang sendiri tanpa melihat perasaan suaminya yang mungkin saja akan kesepian.
Tidak mudah untuk bisa bersahabat dengan dunia gelap, dan Hana yakin itu juga pasti yang di rasakan Gibran meski Hana tidak pernah melihat Gibran marah pada keadaan nya.
"Aku mau tanya boleh?." tanya Hana.
Gibran melirik tapi tidak mengatakan apa-apa, membuat Hana mengembungkan pipi nya, dia benar-benar harus ekstra sabar dalam sikap Gibran yang mood nya seperti ibu hamil itu.
"Suamiku." panggil Hana lagi.
"Iya, boleh tapi hanya satu." kata Gibran.
"Kenapa kamu ngak mau bisa melihat lagi?." tanya Hana, akhirnya bisa mengatakan rasa penasaran nya yang sudah lama ia pendam itu.
Gibran melirik Hana meski dia tidak bisa melihat Hana tapi dia bisa merasakan jika Hana sangat hati-hati dalam nada berucap nya.
Sebenarnya pertanyaan ini cukup membuat nya merasa kesal, tapi setelah merasakan perhatian Hana pada nya membuat Gibran mencoba untuk tidak marah.
"Jika kamu tidak bisa menjawab pertanyaan aku tidak apa kok." ucap Hana lagi.
"Tidak, aku bukan tidak mau melihat lagi, tapi aku memiliki kehidupan yang menakutkan untuk aku lihat." jelas Gibran.
"Lebih menakutkan dari kegelepan?." tanya Hana.
Dan Gibran mengangguk kecil.
"Kamu akan lebih merasa tenang jika kamu tidak bisa melihat semua orang yang munafik pada kehidupan mu." jelas Gibran lagi.
Membuat Hana memeluk Gibran dan mencium aroma tubuh suaminya.
"Jika memiliki pendonor apa kamu mau?." tanya Hana.
"Tergantung, jika pendonor nya ikhlas mungkin aku akan mempertimbangkan." kata Gibran tanpa sadar memeluk Hana.
Membuat terdiam lama sampai akhir nya Hana merasakan ciuman di kepala nya.
"Bagaimana kalau aku mendonorkan mata ku untuk mu, apa kamu mau?." tanya Hana tiba-tiba membuat Gibran langsung menjauhkan tubuhnya dari Hana.
"Aku ikhlas." lanjut Hana.
Gibran menggelengkan kepalanya, lalu kembali menarik Hana ke pelukan nya.
"Tetap menjadi mata ku, mata yang hidup di dekat ku." ucap Gibran tegas.
_________
🌹🌹🌹🌹🌹
Jangan lupa like coment and Vote ya kak ♥️
TINGGAL BAGAS & FREYA, JENN & JUAN...