⚠️Warning⚠️
Cerita mengandung beberapa adegan kekerasan
Viona Hazella Algara mendapatkan sebuah keajaiban yang tidak semua orang bisa dapatkan setelah kematiannya.
Dalam sisa waktu antara hidup dan mati Viona Hazella Algara berharap dia bisa di beri kesempatan untuk menembus semua kesalahan yang telah di perbuatnya.
Keluarga yang dicintainya hancur karena ulahnya sendiri. Viona bak di jadikan pion oleh seseorang yang ingin merebut harta kekayaan keluarganya. Dan baru menyadari saat semuanya sudah terjadi.
Tepat saat dia berada di ambang kematian, sebuah keajaiban terjadi dan dia terbawa kembali ke empat tahun yang lalu.
Kali ini, Viona tidak bisa dipermainkan lagi seperti di kehidupan sebelumnya dan dia akan membalas dendam dengan caranya sendiri.
Meskipun Viona memiliki cukup kelembutan dan kebaikan untuk keluarga dan teman-temannya, dia tidak memiliki belas kasihan untuk musuh-musuhnya. Siapa pun yang telah menyakitinya atau menipunya di kehidupa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27
Setelah membaca pesan chat itu, Viona tercengang. "Bukannya Varell kemarin bilang bakal berobat di sana selama seminggu? Tapi ini kurang lima hari lagi dan tiba-tiba dia pulang cepet?." Tanya Viona pada dirinya sendiri.
[Gadis kecil: Kenapa cepet banget? Kata kamu seminggu?]
[Varellino: Hasil operasinya lebih baik dari yang diharapkan. Jadi, aku bisa pulang lebih awal]
Viona menghela napas lega, jika Varell bisa cepat sembuh itu adalah berita yang bagus.
[Gadis kecil: Kalau gitu semoga lancar ya perjalanan kamu]
Setelah Varell membaca pesan tersebut, kedua alis tampannya sedikit berkerut, memperlihatkan raut wajah tidak senang. Dia kesal karena Viona tidak menawarkan untuk menjemputnya seperti yang telah gadis itu janjikan sebelumnya.
Apakah Viona lupa? Bagaimana caranya Varell bisa mengingatkannya dengan lembut?
Varell merenung dalam-dalam, merasa bahwa berbicara dengan gadis-gadis jauh lebih sulit daripada mengelola perusahaan. Di sisi lain, Viona sama sekali tidak menyadari apa yang ada didalam pikiran Varell, dia sendiri sedang membayangkan beberapa macam skenario ketika akan menjemput CEO muda yang bakal menjadi suaminya itu.
Saat Varell tetap diam dan tidak membalas pesan Viona, Viona kembali mengetik pesan lainnnya.
[Gadis kecil: Jaga diri kamu baik-baik ya! Dan istirahat yang cukup. Sampe jumpa besok]
Membaca pesan itu, jantung Varell berdebar kencang. "Sampe jumpa besok? Apa itu artinya Viona mau dateng ke bandara?." Ketegangan diwajah Varell langsung menghilang dan raut wajah dinginnya yang biasanya terlihat tergantikan oleh rasa senang yang samar. Pria muda itu mengetik pesan balasan untuk Viona.
[Varellino: Oke]
Sembari memegangi ponselnya dan berhenti di tangga, Viona terlihat cemberut saat menatap layar ponselnya. "Cuma satu kata doang? Emang dia ngga bisa ya bales chat panjang? Ngeselin banget jadi cowok." Gerutunya, sembari menempelkan ponselnya didada nya dan berpikir tentang bagaimana dia bisa memberi kejutan kepada Varell besok.
Meskipun harus menjemput Varell keesokan harinya, Viona tetap terjaga sepanjang malam hanya untuk menyelesaikan ukiran kayunya. Waktunya hampir habis, jadi dia mencoba memanfaatkannya sebaik mungkin. Hingga akhirnya, Viona menjadi terlalu lelah dan tertidur dijam dini hari, dia baru terbangun ketika deretan alarmnya yang sengaja dinyalakan berbunyi tanpa henti. Saat Viona bangkit dari tempat tidurnya, dia mendengar seseorang mengetuk pintu dengan tidak sabaran. Viona mengusap matanya dan perjalanan perlahan untuk membuka pintu kamarnya.
"Viona, lo mau ngga--?." Ziya masih berdiri di depan pintu, kalimatnya terpotong saat melihat penampilan Viona yang berantakan. Dia membelalakkan matanya karena ngeri melihat Viona, yang berdiri dihadapannya seperti hantu dengan mata merah dan lingkaran hitam di bawahnya, memegang pisau ramping di tangannya. "V-Viona, apa yang mau lo lakuin?."
"Ngga apa-apa kok, gue tadi lagi pengen ngupas buah." Jawabnya berbohong. "Lo mau ngapain ke sini?."
"Gue cuma pengen nanya tentang Leo." Kata Ziya, merendahkan suaranya dan bergerak mendekati Viona. "Ayo kita masuk, biar ngga ada orang yang denger obrolan kita."
"Ngga usah, makasih. Gue pengen mandi." Kata Viona sembari menutup pintunya dan tak lupa menguncinya juga, meninggalkan Ziya yang berdiri di luar terlihat kebingungan.
Viona terlihat seperti tidak tidur sepanjang malam. 'Apa ada sesuatu yang ganggu pikiran Viona?.' Ziya berpikir sejenak sebelum akhirnya sebuah kesadaran tiba-tiba muncul di benaknya. 'Kemarin, Viona keliatannya baik-baik aja sampe kita terakhir kali bahas tentang Leo, terus pas ngobrol sama gue kemarin dia juga keliatan melankolis. Apa itu artinya Viona semaleman mikirin Leo?.' Batin Ziya.
Dia kemudian terlihat sangat senang dengan hasil dari tebakan sendiri. "Hebat!." Monolognya
Karena Ziya merasa yakin bahwa Viona tidak akan mungkin bisa melepaskan Leo begitu saja, dia harus memberikan dorongan lagi agar Viona kembali dekat dengan Leo. Akan lebih baik jika Viona terus menempel pada Leo seperti dulu dan Leo bisa menghasut agar Viona tidak menghadiri acara pertunanganya dengan Varell.
Sementara Ziya sibuk dengan pemikirannya sendiri. Viona sedang menikmati mandi gelembung didalam bathub nya, dia masih tidak menyadari bahwa penampilannya yang berantakan telah disalah artikan oleh Ziya.
Setelah selesai membersihkan dirinya dan segera merapikan diri, Viona bersiap untuk menjemput Varell. Dia bertanya-tanya apakah Varell akan senang ketika melihatnya di bandara nanti? Di kehidupan yang sebelumnya, jika setiap kali mereka memiliki kesempatan untuk bertemu, mereka akan saling menyakiti satu sama lain. Varell selalu memperlihatkan raut wajah datarnya dan tidak pernah tersenyum pada Viona, ketika memikirkan hal itu, Viona menjadi benar-benar agak tidak sabaran.
Namun, Viona kemudian menyadari ada yang tidak beres. Apakah dirinya benar-benar ingin bertemu dengan Varell? Oh tidak, mungkin karena efek tidak tidur semalaman dan pikirannya menjadi sedikit kacau. Viona menggelengkan kepala dan menampar pipinya pelan, lalu turun ke bawah dengan sepotong roti di mulutnya untuk sarapannya.
Begitu Viona turun ke bawah, dia melihat Ziya sedang duduk santai di lantai bawah dengan ekspresi misterius diwajahnya, seolah-olah dia memang sengaja telah menunggu Viona turun dari tadi.
Melihat penampilan Viona yang rapi, Ziya langsung beranjak dari duduknya dan berjalan menghampiri. "Wah, lo mau keluar ya?."
Viona tidak suka berurusan dengan Ziya yang suka mengotot itu jadi dia hanya bergumam sebagai jawaban. "Hmm"
Ziya tiba-tiba kembali angkat bicara. "Apa kamu pengen cepet-cepet ketemu sama dia?." Ziya mengedipkan matanya dan bersikap seperti saudara yang baik.
Viona mengernyitkan dahinya, bingung. "Lo tau?."
Bagaimana Ziya bisa tahu bahwa Viona akan pergi menjemput Varell di bandara? Viona segera menyadari bahwa Ziya pasti tidak tahu kalau Varell telah pergi untuk berobat di New York. Jadi, mungkin saja dia sudah salah paham. Namun, Viona sudah terlalu sibuk mengurus Ziya. Jadi, dia ingin segera menghindar. "Um... udah telah nih, gue harus pergi sekarang."
"Jangan khawatir, Viona. Gue akan jaga rahasia ini buat lo." Kata Ziya dengan percaya dirinya.
Viona merasa bingung dan hanya menjawab dengan santai sebelum akhirnya berjalan dengan langkah cepatnya keluar dari rumah.
Begitu keluar, Viona teringat bahwa Yanto hari ini sedang mengantarkan Bik Ida ke rumah sakit, Ayahnya dan Dirga juga sudah berangkat bekerja dan ia sendiri sedang tidak ingin menyetir mobil setelah apa yang terjadi padanya bersama Varell. Ia semakin merasa bersalah ketika mengingat bahwa dirinya -lah yang membuat Varell terluka parah karena kecelakaan mobil itu.
Di samping itu juga, jika jam-jam begini keluar dengan mobil dia pasti akan terjebak macet, ini adalah jam makan siang dan mungkin beberapa anak sekolah dasar sudah berangkat pulang. Pandangan Viona tiba-tiba tertuju ke arah garasi dan senyum nakal tersungging di bibirnya. Sudah waktunya untuk mengeluarkan motor kesayangannya!
***
Sementara itu di bandara internasional Soekarno-Hatta, terlihat Ethan sedang mendorong Varell yang duduk di kursi rodanya keluar dari dalam, Varell tampak sedikit murung. Bahkan dalam posisi ini, dia masih memancarkan aura dingin dan arogan yang membuat orang tidak berani menatapnya secara langsung. Saat mereka mendekati pintu keluar, jantung Varell mulai berdetak semakin cepat, dirinya akan segera melihat Viona. Saat mereka hampir sampai di pintu keluar, Varell tiba-tiba mengulurkan tangannya. "Tunggu!."
"Tuan muda, anda perlu sesuatu?." Aldy segera bergegas menghampiri.
"Bawa sini tongkat gue!." Perintah Varell. Dia tidak ingin tetap duduk di kursi rodanya, karena dia ingin berdiri dan pergi menemui gadisnya. Varell ingin memeluknya.
Sejenak, Aldy terlihat ragu, tetapi melihat tatapan mata Varell yang penuh tekad, dia dengan yakin memegang tongkat itu, menopang dirinya dengan tongkat itu dan perlahan berdiri.
Kemudian, selangkah demi selangkah, Varell berjalan menuju pintu keluar, di penuhi dengan antisipasi dan kerinduan yang hampir meluap dari dadanya. Beberapa bodyguard-nya mengikutinya dari belakang, dengan hati-hati menjaganya, takut jika Varell akan jatuh.
Ketika telah sampai di pintu keluar, tatapan mata tajam Varell menyapu sekitar tempat itu, tetapi dia tidak melihat sosok gadis yang ingin dilihatnya.
Varell menghentikan langkah kakinya dan tatapan matanya menjadi gelap.
Apa Viona tidak jadi datang? Apa dia berbohong lagi pada Varell? Saat memikirkan hal ini, tatapan penuh harap dimata Varell menghilang.
Sementara Ethan dan Aldy saling bertukar pandangan, mereka dapat merasakan tekanan yang dalam. Tepat saat itu, tiba-tiba seseorang dengan mengenakan kostum dinasurus pink yang kebesaran datang mendekati Varell, seseorang itu berjalan dengan canggung dan membawa buket bunga mawar biru. Begitu seseorang itu mendekat, bodyguard Varell langsung segera menghentikannya.
Orang yang mengenakan kostum itu sangat cemas hingga menghentakkan kakinya.
Ethan tampak kesal. Hari sudah siang dan cuacanya juga panas, tetapi mereka justru kedatangan orang tidak dikenal yang tidak jelas datang membuat masalah! Ethan mengernyitkan dahinya dan memberikan arahan pada Bodyguard yang berdiri disebelahnya. Dua Bodyguard itu berjalan mendekat dan salah satu dari mereka meraih lengan orang yang memakai kostum itu, hendak membawanya pergi.
Tepat saat mereka hendak menyeretnya pergi, orang itu tidak bisa menahan kesabarannya lagi.
"Eh... tunggu! Kalian tuh apa-apaan sih?!."
Mendengar suara serenyah ini, Varell dan bodyguard-nya tiba-tiba berhenti dan mengernyitkan dahi mereka, merasa bahwa ada yang tidak beres. Suara itu...
Ethan dan Aldy tiba-tiba menoleh dan melihat orang yang memakai kostum itu hampir diseret. Penutup kepalanya lepas, memperlihatkan wajah mungil dengan raut wajah mengerucut sebal.
"Non Viona?!." Ethan mengomentari kedatangannya yang unik.
Sementara Viona terlihat bingung. "Kalian tuh kenapa? Ini jelas-jelas aku!." Viona berencana untuk mengejutkan Varell, tetapi itu hampir berubah menjadi ketakutan pada dirinya sendiri!
"Sunshine?." Varell tertegun sejenak, lalu ke-dua matanya berbinar gembira.
Ternyata Viona benar-benar datang! Varell menatap Viona dengan seksama dan kemudian berjalan perlahan mendekatinya.
Melihat Varell bisa berdiri, tentu saja membuat Viona terkejut sekaligus merasa bahagia. Dia melangkah mendekati Varell dengan langkah yang canggung. "Aku udah lama nungguin kamu..."
Viona telah mengendarai motornya sejauh ini ke sini sebagai persiapan, tetapi ditengah jalan polisi justru menghentikannya karena mengira bahwa Viona masih di bawahnya umur, apalagi dengan motor sport yang kebesaran dari tubuhnya sendiri.
Ya, terkadang terlihat lebih muda juga merepotkan.
Viona menatap Varell yang kini berdiri didepannya, terlihat tak kuasa menahan kegembiraan setelah melihat Varell bisa berjalan. "Kaki kamu udah sembuh? Aku ikut bahagia banget karena kaki kamu bisa sembuh secepat ini."
"Hm." Jawab Varell sembari menatap gadis yang selama ini sangat ia rindukan, emosinya bergejolak. Ia hampir berpikir bahwa gadisnya itu akan meninggalkannya lagi.
"Oh ya, ngomong-ngomong..." Viona tiba-tiba tersenyum misterius, lalu mengeluarkan sesuatu dari kostum boneka besarnya, itu adalah seikat bunga mawar biru. "Sebagai ucapan selamat datang kembali!."
Bahkan Aldy dan Ethan di belakang Varell tercengang ketika melihat apa yang Viona lakukan. Apakah mereka benar-benar melihat Viona yang mereka kenal? Apakah Viona sungguh-sungguh melakukan ini atau ada rencana yang sedang dijalankannya?
Varell sendiri juga hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Mawar biru. Ada sembilan belas mawar dan apakah Viona sengaja membelinya atau itu hanya kebetulan?
"Kamu tahu ngga apa arti sembilan belas mawar biru?." Tanya Viona dengan malu-malu sembari menatap Varell.
Tatapan mata Varell meredup dan jantungnya masih berdebar kencang. Varell tentu saja tau apa arti dari sembilan belas mawar biru, tetapi dia ingin mendengarkan dari mulut Viona.
Melihat Varell terdiam, membuat Viona kecewa dan berpikir bahwa Varell tidak tahu apa artinya itu.
dan maaf, Kak, untuk rating sebelumnya.
aku ngelag jadi salah pencet.
sekali lagi maaf, Kak 🙏🙏
kok gak peka banget
itu pasti kerjaan si anteknya ulat bulu /Smug/
hehehe, maling bibir /Curse/
kenapa bang, penasaran ya rasanya /Smirk/
lanjut kak, terimakasih /Kiss/
awas salah mijit vio, nanti otot-ototnya pada setres kan kasian karena kang mijit amatiran /Bye-Bye/
haddehh kalian ini kapan sih saling terbuka, biar tidak miskom hanya saling berasumsi Mulu, daku jadi gregetan /Slight/