Ana seorang pekerja keras yang memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan ibu dan kedua adiknya setelah kepergian ayah nya.
Hingga suatu hari dia menderita penyakit leukimia stadium akhir membuatnya hanya dapat bertahan selama 3 bulan saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Sri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
" oh iya Anna makanlah udang ini , ini punya protein yang sangat tinggi, bagus untukmu." ucap Tiara.
Sebelum Tiara berhasil meletakkan udang tersebut di piring Anna , joan langsung menghentikan Tiara.
" Jangan berikan dia udang, Anna alergi udang." ucap joan membuat Tiara langsung menatap joan dan Anna bergantian.
" kau alergi Anna , maaf, aku tidak tahu." ucap Tiara merasa tidak enak.
" sepertinya kalian sangat dekat sekali ya, joan bahkan tahu kau alergi udang padahal aku teman kecilnya, tapi bahkan tidak tahu aku tidak suka bayam." ucap Tiara sedih.
Anna merasa tidak enak sekarang apalagi melihat ekspresi Tiara yang justru semakin menambah kecanggungan di meja ini.
" Jika kau tidak suka kenapa kau menerimanya, kau bisa katakan pada mereka untuk tidak memberimu bayam." ucap joan.
" aku hanya ingin melihat apa kau akan mengingat aku suka atau tidak dengan bayam , ternyata karena terlalu lama berpisah kau mungkin jadi lupa." ucap Tiara.
" aku sudah kenyang, Tiara terima kasih makanan nya saya pamit dulu." ucap Anna yang berlalu tanpa mendengar jawaban keduanya.
joan mulai bergerak dari kursinya dan berniat pergi meninggalkan Tiara.
" Apa kau menyukai Anna." ucapan Tiara membuat joan terdiam di tempatnya.
" kau tidak menjawab artinya itu benar kan." ucap Tiara.
" itu bukan urusan mu." ucap joan.
" joan sebaiknya kau hentikan ini, jangan buat dia berada dalam masalah yang lebih rumit. Kau tahu sendiri apa yang akan terjadi jika kau memaksakan diri untuk egois kan." ucap Tiara.
" tidak perlu mengajari ku, aku tahu apa yang aku lakukan." ucap joan beranjak pergi meninggalkan Tiara sendirian.
Tiara terdiam sebentar memperhatikan Makanan yang ada di atas meja.
"Dia Bahkan tidak menghabiskan makanannya." ucap Tiara melanjutkan makanannya yang sempat tertunda.
Anna tengah membawa berkas penting untuk di tanda tangani direktur. Anna diberi ijin masuk dan segera menemui direktur yang tampaknya memandang remeh padanya.
" aku tidak tahu apa yang di pandang putra ku darimu." ucap direktur.
Anna merasa sedikit tersinggung dengan perkataan direktur yang seolah olah tengah meremehkan dirinya.
"maaf pak saya tidak mengerti apa yang anda katakan." ucap direktur.
" pura -pura bodoh." sinis direktur.
" apa yang kau ingin kan, akan aku berikan berapapun yang kamu mau tapi jauhi putra ku." ucap direktur.
" saya tidak ada hubungan apapun dengan putra anda, pak." ucap nya.
Pak direktur mengeluarkan cek kosong di hadapannya dan mendorong cek itu ke dekatnya.
" tulis berapapun yang kamu mau, dan jangan ganggu anak saya lagi, karena Minggu depan anak ku akan melaksanakan pertunangannya dengan putri dari keluarga yang lebih terpandang, setidaknya lebih baik dari dirimu." ucap direktur.
" pak, maaf saya benar-benar tidak ada hubungan apapun dengan putra bapak, jika memang bapak ingin saya menjauhi putra bapak saya akan menjauhi nya." ucap Anna .
" kalau begitu saya akan mencarikan mu pekerjaan yang lain, jika kamu terus bekerja di sekitar anak saya, maka dia tidak akan pernah berhenti mengacau." ucap direktur.
" tapi pak, saya sangat membutuhkan pekerjaan ini tolong jangan pecat saya." ucap Anna.
" saya tidak akan memecat kamu,tapi saya akan memindahkan kamu ke kantor cabang di kota b, kamu bisa bekerja disana." ucap direktur.
" aku tidak setuju."
Anna berbalik dan mendapati joan yang tengah berdiri di depan pintu.
" ayah, saya tidak setuju." ucapnya.
" apa pendapatmu dibutuhkan disini, kau tidak perlu ikut campur." ucap ayahnya.
" ini semua salah ku , jangan pecat atau pun pindahkan dia,biarkan Anna tetap bekerja disini, jika ayah melakukannya maka aku akan bertunangan dengan Tiara." ucap joan.
Anna menatap joan, hatinya terasa nyeri saat mengetahui joan akan menerima Tiara tapi yang paling menyakitinya adalah joan melakukannya demi dirinya.
Anna merasa bersalah dengan semua orang yang ada di sekitarnya karena siapapun yang dekat dengan nya akan menerima kesialan nya juga dan akan sulit untuk bahagia.
" baiklah , kamu harus pegang ucapanmu, karena ayah tidak akan segan-segan memecatnya tanpa pikir dua kali, kau paham." ucap direktur.
" iya ayah." ucapnya.
" baiklah besok kau akan mulai memegang tanggung jawab penuh sebagai direktur baru, ayah akan mulai istirahat sekarang." ucap direktur.
" akhirnya aku bisa meninggalkan kantor ini dengan tenang setelah mendengar keputusan mu." ucap ayahnya sambil berlalu pergi.
kini hanya tinggal mereka berdua di ruangan itu, Anna mengepalkan tinjunya hingga urat tangannya terlihat, Anna berusaha untuk menahan air matanya yang hendak keluar.
" harusnya kau tidak perlu melakukan itu." ucap Anna.
" apa sekarang kau mulai menerima perasaan ku." tanya joan.
" aku hanya tidak ingin orang lain berkorban demi diriku, aku tidak ingin merasa berhutang Budi pada siapapun." ucap Anna.
" kalau begitu jangan pernah anggap ini hutang Budi, karena ini juga salah ku hingga kau terlibat, maaf kan aku." ucap joan.
" mulai sekarang menjauh lah dariku kita hanya akan terhubung dengan pekerjaan, selebihnya berusaha lah untuk tetap asing." ucap Anna dan berlalu pergi meninggalkan joan sendirian di ruangannya.
Joan menatap punggung Anna yang mulai menghilang dari pintu joan meluruh kan kakinya ke bawah air mata menetes dari matanya.
Anna berusaha menegakkan kakinya dengan berpegangan dengan dinding di sampingnya, ia tidak menyangka mengatakan hal itu pada joan akan sangat menyakiti hatinya. Air matanya mengalir begitu saja tanpa dapat di cegah.
Suara ponsel Anna tiba- tiba berdering, setelah sekian lama tidak menelpon akhirnya kini ibunya kembali menghubunginya, Anna menghapus air matanya dad menekan simbol hijau pada layar ponselnya.
" halo buk." ucap Anna.
" Anna, kamu harus kirim uang tiga puluh lima juta sama ibu sekarang, kalau tidak adik mu Yudha tidak akan keluar dari penjara." ucap ibunya panik di seberang sana.
" Apa, bagaimana bisa Yudha masuk penjara buk?" ucapnya.
" ini semua karena kamu yang nggak becus ngirim uang, jadinya adikmu nekat cari uang sendiri dan malah ditipu." ucap ibunya.
" buk, tapi Anna nggak punya uang segitu buk, pinjaman dari perusahaan juga baru lunas kemaren." ucap Anna.
" ya kamu usaha pinjam lagi dong." ucap ibunya.
" ibu nggak mau tahu pokoknya Yudha harus keluar penjara besok, dengar itu." ucap ibunya.
Anna meremas ponselnya. Lagi-lagi dia yang harus menyelesaikan semua masalah keluarga nya, dia yang harus berkorban lagi, Anna bingung mau ambil pinjaman kemana. Anna memutuskan untuk menjual kalung pemberian ayahnya, setidaknya dapat menambah uang yang ia perlukan, Anna berpikir untuk meminjam pada bank saja semoga bisa di cairkan dengan cepat.
" kamu tenang Ya ,nak. Mbak mu pasti akan segera mengirim uangnya agar kamu bisa di keluarkan." ucap ibunya pada Yudha yang kini berada di balik sel jeruji besi.
" iya buk, bilang sama mbak Anna agar cepat, Yudha nggak suka disini, buk." ucap Yudha.
" iya, semuanya pasti akan beres secepat mungkin." ucap ibunya.