Menikah adalah hal yang membahagiakan. Tapi tidak saat aku menikah. Menikah membawaku kedalam jurang kesakitan. Dilukai berkali-kali. Menyaksikan suamiku berganti pasangan setiap hari adalah hal yang lumrah untuk ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17
Raka terdiam dalam keterkejutan. Menikah? kenapa? kapan? pertanyaan demi pertanyaan muncul di otaknya.
" Aku benar-benar sudah menikah. " Ucap Naina hang masih sesegukan.
" Kenapa aku tidak tahu? " Raka hampir saja meneteskan air matanya. Sakit sekali rasanya mendengar wanita pujaannya tiba-tiba sudah menikah.
" Aku tidak memberitahu siapapun.
" Kenapa?
" Apa yang harus ku beritahu? " Naina mendingan menatap Raka yang kini berwajah sendu.
" Apa maksutmu?
" Orang tuaku tiba-tiba menikahkan aku dengan calon suaminya Riana. Aku tidak tahu apa maksutnya. Mereka membujukku dengan segala cara. Bahkan mereka menangis dan bersimpuh.
" Lalu, bagaimana dengan Riana?
" Tidak tahu. Dia akan kembali bulan depan.
" Naina, apa suamimu sangat kasar? apa dia yang membuatmu menangis?
Naina terdiam sesaat. Dia menjauhkan tubuhnya dari Raka. " Iya. Dia benar-benar menyakitiku. Sangat menyakitiku.
" Apa?! " Raka mengepalkan tangannya menahan geram. Wanita yang selama ini terlihat kuat dan ceria, sekarang berlinang air mata tak berdaya. Benar-benar tak termaafkan batin Raka.
" Katakan padaku. Semua yang kau alami. " Raka menatapnya lekat. Naina bisa melihat rona kemarahan dan kekhwatiran yang terpancar dari wajah Raka.
Naina menceritakan semua yang terjadi. Dari awal menikah hingga peristiwa buruk tadi malam. Air mata juga ikut menemani ceritanya.
Raka terus mengepalkan genggaman tangannya. Kesal, sedih, kecewa, marah, rasanya menjadi satu kesatuan yang meremukkan hatinya.
" Nai, tinggalkan laki-laki itu. Tunggu satu bulan lagi saat aku mendapatkan kedudukan di perusahaan Papa. Aku akan mengeluarkan mu dari belenggu hewan laknat itu. " Raka berucap dengan mata yang memerah menahan kemarahan.
" Tidak. Jangan melibatkan dirimu. Arsen bukanlah orang yang mudah dihadapi.
" Kalau begitu, aku akan meminta tolong Ayahku untuk membantu kita.
" Kita? " Naina bingung dengan arti kata kita. Bukankah masalah ini adalah masalah pribadinya?
" Iya. Kita. Naina, aku tahu ini bukanlah saat yang tepat. Tapi dari pertama kali aku mengenalmu, kau adalah satu-satunya wanita yang aku cintai. Aku akan melakukan segala cara untuk membuatmu lepas dari orang gila itu. " Ucap Raka sembari menggenggam tangan Naina.
Bagaimana mungkin? inilah sebabnya, aku tidak akan menyeret mu ke dalam masalah pelik ini. Kau yang begitu tulus dan baik. Aku tidak bisa membawamu masuk ke lubang neraka.
" Naina, percayalah padaku.
" Maaf,.... " Ujar Naina tertunduk pilu.
" Kenapa? " Tanya Raka yang merasa bingung dengan respon Naina.
" Jika kau ingin membantuku, maka cukup doakan aku selalu baik-baik dan kuat menghadapinya. Biarkan aku yang menyelesaikan masalah ini. " Ucap Naina tersenyum meski terkesan getir.
" Tapi,
" Percayalah padaku. Suatu hari, semua akan baik-baik saja.
" Untuk menuju suatu hari, kau membutuhkan banyak hari yang akan kau lalui dengan air mata." Pangkas Raka.
Naina lagi-lagi tersenyum. Biarlah wajah palsu ini tetap tersenyum. Akan lebih aman bagi Raka jika tidak masuk kedalam problem yang kini Naina lalui.
" Percayalah padaku. Aku pasti akan selalu kuat. Aku adalah Naina. Hari ini, aku memang menangi. Mungkin juga besok akan menangis. Tapi suatu saat nanti, aku akan lupa bagaimana caranya menangis.
Raka menatapnya Naina lekat. " Kau selalu keras kepala. " Ucap Raka sembari mengelus pucuk kepala Naina.
" Tentu saja. Karena aku adalah Naina. " Ujarnya sembari tersenyum.
***
Prang.......!
Barang-barang yang bertengger rapih kini sudah berserakan dilantai akibat amukkan Arsen. Dia juga melempar gelas ke sembarang arah. Tomi mengelus dadanya sembari mengucap syukur karena gelas yang tadi hampir mendarat di wajahnya mampu ia hindari.
" Wanita sialan! berani sekali meninggalkan rumah dengan lelaki brengsek itu. " Umpat Arsen yang baru saja dikabari oleh salah satu pengawalnya yang sengaja ia perintahkan untuk mengikuti kemana Naina pergi.
Maaf Tuan, sebenarnya.... kau lah yang brengsek.
" Hubungi wanita itu sekarang. " Perintah Arsen dengan wajah yang benar-benar kesal.
" Baik. Makanya Tuan, lain kali jangan main serobot saja. Bukanya membuat Nona jatuh cinta, malah membuat Nona jatuh benci.
' Iya. ' Jawab Naina setelah sambungan telepon tersambung.
' Nona, bisakah anda datang ke kantor?
' Tidak.
' Tolong sempatkan Nona, ada hal yang harus diselesaikan.
' Tidak mau.
Arsen yang merasa tidak sabaran, dia berjalan cepat menghampiri Tomi dan merebut ponselnya.
' Cepat kembali ke rumah secepatnya!. Atau kau akan melihat Ayahmu mendekam dipenjara hari ini juga.
Tut... tut.... Sambungan telepon terputus.
" Sialan!!!! berani sekali dia mematikan teleponnya. "
Prang......! Arsen melemparkan ponsel Tomi ke mana entah.
Ponsel ku, ya ampun Tuan.... bisa tidak sih? tempramen mu itu sedikit diperbaiki? ponsel itukan edisi terbaru dan terbatas. Dasar Bos jahanam.
" Jangan menggerutu! beli saja yang baru! " Bentak Arsen yang tak sengaja melihat ke arah Tomi yang sedang menatap ponselnya dengan tatapan melasnya.
" Baik Tuan.
***
" Naina kau akan kembali sekarang? " Tanya Raka yang tadi juga ikut mendengarkan bentakan Arsen.
" Iya. Aku tidak punya pilihan lagi.
" Tidak! jangan lakukan itu.
Naina tersenyum meski sangat terlihat senyum yang begitu terpaksa. " Semua pasti berlalu. Aku hanya perlu menghadapinya sekarang.
Raka menatap Naina lekat. Perasaan sedih yang tak bisa ia jelaskan seberapa dalamnya. Menyaksikan wanita yang begitu ia cintai tersiksa, membuat hatinya juga merasakan sakit.
" Naina, aku akan menunggumu. Tidak perduli seberapa lamanya. Aku akan tetap menunggumu. Jangan ragu meminta bantuan dariku.
Naina mengangguk tanda menyetujui.
Raka aku takut. Takut jika kau adalah satu-satunya pria yang begitu tulus padaku. Aku takut akan mengecewakanmu. Aku takut tidak akan memiliki kesempatan untuk datang kepadamu. Terlebih, aku takut kau terluka...
" Raka terimakasih karena sudah mendengarkan keluh kesah ku.
" Aku selalu bersamamu. " Ujar Raka sembari menggenggam tangan Naina. Mereka sing tersenyum sembari menatap penuh arti.
Sesampainya Naina dirumah, Tomi dan pengawal sudah menunggu di depan pintu gerbang.
Mereka menundukkan kepala memberi hormat saat Naina turun dari mobil.
" Selamat siang Nona, Tuan sudah menunggu anda diruang kerjanya.
" Baik. " Naina melangkahkan kaki untuk menemui Arsen.
" Nai, " Panggil Raka.
Naina berbalik menatap Raka. " Iya.
" Hubungi aku jika terjadi sesuatu. Aku akan menunggumu. Jangan takut tentang apapun. Aku selaku ada untukmu.
Hentikan Tuan Raka. Tolong berhenti. Jangan membuat hidup Nona Naina semakin sulit. Ujar Tomi didalam hati.
Naina tersenyum dan melambaikan tangan. Saat ia berbalik membelakangi Raka, air mata nya jatuh membasahi pipi.
Tidak Raka. Pergilah sejauh mungkin, kau tidak akan pernah bisa memungut kelinci yang terjebak di dalam lumpur hidup. Karena jika kau nekat, kau juga akan mati bersama kelinci bodoh itu.
" Sialan!!!! Berani sekali laki-laki itu. " Ucap Arsen. sembari membuang Mouse ke sembarang arah. Ternyata sedari tadi, Arsen mendengar semua ucapan Raka melakui CCTV.
Tok....! Tok...! Suara ketukan pintu yang sudah bisa dipastikan adalah Naina.
Naina masuk dengan wajah tanpa ekspresi.
" Apa kau menikmati kegiatanmu hari ini? " Tanya Arsen ketus.
" Bukan urusan anda.
" Benarkah? " Arsen meraih ponselnya dan menghubungi seseorang. " Pergilah ke kantor polisi. Kau tahu kan apa yang harus kau lakukan?
Naina menatap Arsen. Dia mengepalkan tangan kuat. Air mata yang menggenang di pelupuk matanya Naina tahan agar tak terjatuh.
" Tolong jangan lakukan itu Tuan. " Pinta Naina lirih.
Arsen menatap Naina dengan tatapan liciknya.
" Memohonlah dengan benar.
Naina terdiam sesaat. Dia mengumpulkan semua keberaniannya. Dia bersujud dan mengatupkan telapak tangannya memohon pengampunan. " Maafkan aku Tuan, tolong, jangan menyakiti keluargaku.
" Memohon seperti ini bukanlah hal yang aku maksut. " Arsen menatap licik.
" Apa yang harus aku lakukan?
Arsen mengambil posisi duduk sembari membuka ikat pinggang dan resletingnya. " Gunakan mulutmu. " Perintah Arsen yang sudah mengeluarkan Sesuatu yang berada dibawah sana.
.....................