NovelToon NovelToon
PRIA 2MILIAR DAN SEBUAH HATI

PRIA 2MILIAR DAN SEBUAH HATI

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duniahiburan / Mafia / Balas Dendam / Beda Usia
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Little Fox_wdyrskwt

Liam, seorang DJ tampan di sebuah diskotik mewah, terperangkap dalam lingkaran setan. Ia dipaksa menjadi "pria bayaran" oleh Mr. Ricardo, pemilik diskotik yang kejam. Liam terpaksa menerima tip dari para wanita kaya, meski hatinya menolak. Ia berusaha bebas, namun ancaman Mr. Ricardo dan desakan teman-temannya membuatnya terjebak. Suatu malam, Amanda, seorang wanita muda kaya raya yang sering berkunjung ke diskotik tersebut, tertarik pada Liam. Amanda terbiasa mendapatkan apa saja yang diinginkannya dengan uangnya, namun Liam berbeda. Liam tidak tertarik pada uang Amanda, dan ini justru membuat Amanda semakin tertarik padanya. Amanda menawarkan Liam uang sebesar dua miliar rupiah untuk menjadi miliknya. Tawaran ini menjadi titik balik dalam hidup Liam. Apakah Liam akan menerima tawaran Amanda dan bebas dari jeratan Mr. Ricardo? Atau akan ada konflik yang akan terjadi? Akankah cinta mereka

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Little Fox_wdyrskwt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

༺ ༻ BAB 17 ༺ ༻

...✧༺♥༻✧...

Mr. Ricardo membanting ponselnya ke meja, suara keras itu bergema di ruangan yang sebelumnya sudah berantakan akibat amukannya. Wajahnya memerah, urat-urat di lehernya menegang.

"Bakal ku ambil Liam dengan paksa darimu, Nona Amanda!" geramnya, suara penuh dendam memenuhi ruangan. Ia tak akan membiarkan Liam begitu saja berada di tangan Amanda.

Dengan cepat, Ricardo menghubungi anak buahnya. Informasi tentang keberadaan Amanda dan Liam sudah ia dapatkan.

Amanda berada di penthouse mewahnya, sedangkan Liam, karena beberapa alasan, berada di vila milik Amanda yang letaknya terpisah. Ini adalah kesempatan emas. Sebuah rencana licik terbersit dalam benaknya.

"Kita akan menyamar sebagai kurir," instruksi Ricardo melalui sambungan telepon, suaranya dingin dan penuh perhitungan.

"Liam sendirian di vila Amanda. Ini kesempatan terbaik untuk mengambilnya kembali." Ia memerintahkan anak buahnya untuk bersiap-siap, menyiapkan mobil dan menyamar sedemikian rupa agar tidak menimbulkan kecurigaan.

Mereka harus bertindak cepat dan efisien, sebelum Amanda menyadari rencana mereka. Kesempatan untuk mendapatkan Liam kembali tidak boleh disia-siakan.

Ini adalah pertaruhan terakhirnya. Kehilangan Liam sama saja dengan kehilangan segalanya.

...✧༺♥༻✧...

Mentari sore mulai merunduk di ufuk barat, menghujani vila Amanda dengan cahaya keemasan yang lembut. Keheningan sore itu hanya diiringi kicau burung dan gemerisik dedaunan.

Di dalam vila yang luas dan sunyi itu, Liam tengah asyik membaca buku di beranda, tak menyadari bahaya yang mengintai.

Ia menikmati ketenangan sore itu, tak menyadari bahwa beberapa mata sedang mengintainya dari balik bayangan.

Tiga buah mobil van berhenti di depan gerbang vila Amanda. Ketiga mobil itu tampak seperti mobil kurir biasa, dengan logo perusahaan pengiriman barang yang cukup dikenal.

Namun, di balik penampilan yang biasa saja itu, tersembunyi niat jahat Mr. Ricardo. Para kurir palsu itu adalah anak buah Ricardo, yang telah disiapkan untuk menjalankan misi penculikan.

Dengan sigap, mereka turun dari mobil, menunjukkan sikap profesional dan ramah. Mereka mendekati gerbang dan menekan bel panggilan.

Liam, yang sedang tengah asyik membaca, tidak menaruh kecurigaan. Ia mengira mereka adalah kurir yang membawa paket untuk Amanda.

Liam meletakkan buku yang dibacanya, lalu berjalan menuju gerbang. Ia melihat tiga orang pria berpakaian seragam kurir berdiri di sana.

Salah seorang dari mereka tersenyum ramah dan berkata, "Selamat sore, Tuan. Ini paket untuk Nona Amanda."

Liam mengangguk, "Oh, iya? Silakan masuk." Ia tidak curiga sama sekali. Ia berpikir bahwa Amanda telah memesan sesuatu secara online.

Para kurir itu masuk, dengan senyum yang masih terpasang di wajah mereka. Namun, di balik senyum itu, tersimpan niat jahat.

Salah satu dari mereka, dengan sigap, mengeluarkan alat setrum dari balik punggungnya. Suara berat terdengar dari belakang, mengindikasikan adanya ancaman yang nyata.

"Tuan, ini paket untuk Nona Amanda," kata salah satu kurir, suaranya terdengar sedikit berat dan mengancam.

Sebelum Liam sempat bereaksi, alat setrum itu diarahkan ke lehernya. Sebuah sengatan listrik yang kuat menyambar leher Liam.

"Aaaaarrhhg!" teriak Liam kesakitan,

"Aah..." matanya masih sayu namun akhirnya denga gonta ia terjatuh.

tubuhnya menegang sejenak nafas masih tersengal sengal, sebelum akhirnya lemas dan jatuh pingsan.

"Bruk.." Liam pingsan dengan lemas di lantai.

Rencana penculikan Mr. Ricardo berjalan mulus.

Ketiga van itu melaju meninggalkan vila Amanda dengan kecepatan tinggi. Di dalam salah satu van, Liam terbaring tak sadarkan diri, diikat dengan erat.

Para kurir—atau lebih tepatnya, anak buah Mr. Ricardo—bersikap tenang dan profesional, menjalankan tugas mereka dengan efisien. Mereka tahu bahwa mereka telah berhasil menjalankan misi penculikan dengan sempurna.

Sementara itu, di penthouse miliknya, Amanda tengah menikmati secangkir kopi saat ponselnya berdering. Ia melihat nomor yang tidak dikenal, tapi tetap mengangkatnya. Suaranya terdengar dingin dan penuh perhitungan.

"Nona Amanda," suara Mr. Ricardo terdengar di seberang telepon,

"Saya harap Anda menikmati waktu Anda. Saya telah mengambil Liam. Dan saya akan memberitahu Anda lokasi Liam setelah Anda memenuhi persyaratan saya."

Amanda terdiam sejenak, merasa darahnya membeku. Ia tahu persis apa yang akan diminta oleh Mr. Ricardo. Perasaannya campur aduk antara marah, takut, dan putus asa. Namun, ia tidak akan menyerah begitu saja. Ia akan melakukan apa pun untuk menyelamatkan Liam.

Amanda menutup telepon dengan tangan gemetar. Amarah dan keputusasaan bercampur aduk dalam dirinya. Ia tak menyangka Mr. Ricardo setega itu, menculik Liam dengan cara yang begitu licik.

Pikirannya kalut, berbagai skenario terburuk berputar di kepalanya. Namun, di tengah keputusasaan itu, seutas tekad baja mulai tumbuh dalam dirinya. Ia tidak akan membiarkan Mr. Ricardo menang.

Dengan cepat, Amanda menghubungi beberapa orang kepercayaannya. Ia memerintahkan mereka untuk melacak keberadaan Liam dan Mr. Ricardo.

Ia mengerahkan seluruh sumber daya dan koneksinya untuk menemukan Liam dan menghentikan Mr. Ricardo. Waktu sangatlah terbatas, dan setiap detik terasa sangat berharga.

...✧༺♥༻✧...

Sementara itu, di tempat persembunyian Mr. Ricardo, Liam masih terbaring tak sadarkan diri. Ia terikat di sebuah kursi, di ruangan yang gelap dan pengap.

Mr. Ricardo mengamati Liam dengan tatapan dingin dan penuh perhitungan. Ia tersenyum sinis, memperlihatkan kepuasannya atas kesuksesan rencananya.

"Kau akan bekerja untukku lagi, Liam," bisik Mr. Ricardo, suaranya mengancam. "Kau tidak akan bisa meloloskan diri dariku."

"Kau...kau...munafik..Mr." suaranya masih lemah dan terputus putus hampir tak terdengar.

Di sebuah gedung tinggi terbengkalai, di tengah gelapnya malam, Liam terikat di sebuah kursi tua dan reyot. Bau kotoran tikus dan debu memenuhi ruangan yang suram itu.

Ia berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan ikatannya, namun tangannya terlalu lemah akibat sengatan listrik sebelumnya.

Ia mencoba berteriak minta tolong, namun suaranya terlalu lemah untuk menembus kesunyian malam.

Ponsel Mr. Ricardo berdering. Ia mengangkatnya dengan senyum licik. "Jika kau ingin Liam selamat, datanglah ke sini tanpa siapa pun, Nona Amanda," katanya, suaranya dingin dan mengancam.

Tiba-tiba, suara Liam terdengar dari seberang telepon, lemah tapi jelas. "Jangan, Nona… jangan kesini…"

Mr. Ricardo langsung memarahi Liam. "Diam, bodoh!" bentaknya.

Suara sengatan listrik kembali terdengar dari seberang telepon, diikuti teriakan Liam yang semakin lemah. "Aaaaaah… Non… Nona…" ia kesakitan dan lemas dalam ikatan.

Amanda yang mendengar teriakan Liam langsung mengamuk. "Brengsek! Berani-beraninya kau menyentuh Liam lagi!" suaranya penuh kemarahan dan keputusasaan.

Ia merasa darah mendidih dalam tubuhnya. Namun, ia harus tenang. Ia harus memikirkan strategi untuk menyelamatkan Liam.

Mr. Ricardo mendengar amarah Amanda yang memuncak. Ia mematikan telepon dengan senyum licik. Liam kembali pingsan, tergeletak tak berdaya di kursi tua itu.

Mr. Ricardo menampar wajah Liam dengan keras. Plak! Suara tamparan itu bergema di ruangan yang sunyi. Liam tersentak bangun, matanya masih sayu dan pandangannya masih kabur.

Bibirnya bergetar, suaranya lemah dan terbata-bata. "Mr... jangan... jangan sakiti Nona..." mohonnya, pledoi untuk keselamatan Amanda.

Mr. Ricardo tersenyum sinis. "Aku tak akan menyakitinya... asal kau menurut padaku," katanya, suaranya dingin dan mengancam.

"namun jika tidak" Ia memberi isyarat kepada dua anak buahnya yang berbadan tegap dan berwajah keras. Mereka mendekati Liam dengan tatapan tajam dan kejam.

Tanpa aba-aba, mereka mulai memukul Liam dengan brutal. Tinju dan tendangan menghantam tubuh Liam tanpa henti.

Suara pukulan dan rintihan Liam bercampur menjadi satu, menciptakan suara yang mengerikan. Liam hanya bisa menahan sakit dengan gigi terkatup erat. Ia tak berdaya, tubuhnya semakin lemas dan babak belur.

Mr. Ricardo menyaksikan semua itu dengan puas. Ia ingin Amanda melihat Liam dalam keadaan tak berdaya. Ia ingin Amanda merasakan keputusasaan dan kepanikan. Itulah yang diinginkannya.

Dengan Liam yang tak berdaya, ia yakin Amanda akan menurut pada semua persyaratannya. Diamnya Liam adalah kunci untuk keselamatan Amanda. Itulah permainan kotor yang dirancang Mr. Ricardo.

...✧༺♥༻✧...

...Bersambung......

1
Iris
seruu lanjutkan author !!

terima kasih sudah mampir karyaku yaaa
Little Fox🦊_wdyrskwt
iyaa... padat penduduk disana wkwkwk kumuh bagi mereka yang tinggal disana
lilirina: mangat
total 1 replies
Nysa Yvonne
Ini mah nggak perkampungan kumuh kak, aku aja suka pemandangan nya, wkwkwk.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!