🏆Sekuel Pewaris Dewa Naga🏆
Tujuh tahun setelah perang besar, kedamaian di Benua Feng hanyalah ilusi. Dunia di luar perbatasan telah jatuh ke tangan iblis, dan seorang pria asing muncul membawa rahasia besar. Dunia jauh lebih luas dari yang mereka kira, dan apa yang tersembunyi di balik kabut sejarah mulai terungkap—termasuk rahasia tentang asal-usul Liang Fei sendiri.
Siapa sebenarnya orang tuanya? Apa kaitannya dengan Pemimpin Sekte Demonic? Dan bisakah Zhiyuan, murid yang terjatuh dalam kegelapan, masih bisa diselamatkan?
Dengan persekutuan lama yang diuji, musuh baru yang lebih kuat, dan petunjuk yang mengarah ke dunia yang terkubur dalam sejarah, Liang Fei harus meninggalkan takhta dan melangkah ke medan pertempuran yang lebih besar dari sebelumnya.
Dunia telah berubah.
Dan perang yang sesungguhnya baru saja dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6 Dibalik Sekte Laut Surgawi Yang Dibangun Kembali: Shen Yan
Melihat beberapa warga yang mendatanginya sambil menyuguhkan barang dagangan secara cuma-cuma, Liang Fei menolak dengan sikap hangat. "Kalian sudah bekerja keras. Simpan untuk keluarga kalian."
Seorang pria tua melangkah maju dari kerumunan. Guratan usia memenuhi wajahnya, tapi sorot matanya penuh ketulusan. "Yang Mulia, tanpa bimbingan Anda, Kota Huisan tak akan berkembang seperti ini."
Liang Fei mengamati sekeliling, melihat rumah-rumah yang kini berdiri kokoh dan jalan-jalan yang ramai. "Aku hanya membuka jalan. Kalianlah yang membangunnya dengan kerja keras."
Pasca serangan Weizi yang menghancurkan kota ini, ia memang memainkan peran penting dalam pemulihan. Perbaikan jalur perdagangan, sistem distribusi ikan yang lebih efisien—semuanya membuahkan hasil.
Dulu, ikan segar dari Huisan sulit dikirim ke kota-kota jauh. Namun, dengan jalan baru dan teknik pengawetan yang dikembangkan akademi, perdagangan berkembang pesat. Nelayan yang dulu hidup dalam keterbatasan kini lebih sejahtera. Kereta dagang bergerak setiap hari, memastikan pasokan tetap stabil dan harga tidak anjlok.
Saat mereka melanjutkan perjalanan ke pusat kota, Xi Fei menatap sekeliling, matanya berbinar. "Ayah, kota ini luar biasa! Aku tak menyangka tempat ini dulunya hanya reruntuhan."
Liang Fei menepuk pundaknya. "Orang-orang di sini punya tekad untuk bangkit. Tanpa mereka, kota ini takkan seperti sekarang."
Tak lama kemudian, mereka tiba di sebuah bangunan besar yang menjadi penghubung Kota Huisan dan Sekte Laut Surgawi, yang berdiri kembali di sebuah pulau kecil tak jauh dari kota.
Dua penjaga berseragam biru laut berdiri tegak di gerbang batu. Begitu melihat Liang Fei, mereka langsung memberi hormat.
"Kami menyambut Yang Mulia Kaisar. Apakah Yang Mulia ingin menemui Patriark?"
Liang Fei mengangguk. "Ya, aku ingin bertemu Shen Yan."
Salah satu penjaga memberi isyarat pada rekannya, lalu berjalan ke tengah halaman dan mengaktifkan altar pemanggil jalan—batu besar yang dipenuhi simbol formasi. Cahaya biru keemasan segera menyala, membentuk jembatan energi yang membentang ke pulau di seberang lautan.
Xi Fei terpana. "Ayah, kita bisa berjalan di atas air?"
"Ya," kata Liang Fei. "Formasi ini memungkinkan kita melintasi lautan dengan aman."
Penjaga itu menundukkan kepala. "Kuda Anda bisa dititipkan di sini, Yang Mulia."
Setelah menyerahkan tunggangan mereka, Liang Fei dan Xi Fei mulai melangkah di atas jembatan cahaya.
Di bawah, air laut berkilauan diterpa sinar senja. Angin membawa aroma asin yang khas, sementara burung camar melayang di langit. Di kejauhan, siluet bangunan megah berdiri di atas pulau.
Xi Fei menarik napas panjang. "Luar biasa..."
Liang Fei menatapnya sekilas. "Dunia ini lebih luas dari yang kau bayangkan, Xi’er. Semakin kau menjelajah, semakin banyak keajaiban yang akan kau temui."
Mereka melanjutkan perjalanan menuju Sekte Laut Surgawi, di mana seorang sahabat lama telah menunggu.
...
Di halaman utama sekte, murid-murid yang tengah berlatih segera menyadari kedatangan Liang Fei dan Xi Fei. Beberapa saling berbisik, sementara yang lebih senior berlutut dengan penuh hormat.
"Kami menyambut Yang Mulia Kaisar!"
Suara mereka bergema.
Dari dalam aula utama, seseorang melangkah keluar dengan langkah mantap.
Shen Yan.
Dulu bocah polos yang selalu bersembunyi di balik bayang-bayang, kini ia berdiri sebagai pemimpin karismatik. Tubuhnya tegap, bahunya lebar, dan jubah biru gelap khas sekte membalut tubuhnya. Pola gelombang emas di kain itu melambangkan kedalaman lautan yang ia kuasai.
Rambut birunya diikat sebagian, beberapa helai jatuh di sisi wajahnya yang tegas. Matanya sekelam laut dalam—tenang di permukaan, tetapi menyimpan bahaya di kedalamannya.
Saat melihat Liang Fei, senyum tipis muncul di wajahnya. Ia berjalan mendekat dan berlutut dengan satu tangan mengepal di dada.
"Yang Mulia."
Liang Fei menatapnya, lalu mendesah kecil. "Shen Yan, apapun yang terjadi, kau tetap muridku. Aku tak ingin kau memanggilku seperti itu."
Shen Yan terdiam sejenak, lalu tertawa pelan. "Baiklah… Master."
Xi Fei, yang sejak tadi mengamati, langsung berseru, "Paman Shen! Lama sekali kita tidak bertemu!"
Shen Yan menepuk kepala bocah itu. "Xi Fei, kau sudah besar. Terakhir kali aku melihatmu, kau masih anak kecil yang suka bersembunyi di balik jubah ayahmu."
Xi Fei mendengus kecil, lalu membusungkan dada. "Sekarang aku sudah bisa berburu! Aku bahkan berhasil menembak rusa sendiri!"
Shen Yan menaikkan alis. "Benarkah? Itu luar biasa! Siapa gurumu?"
Xi Fei menyeringai. "Ayah!"
Shen Yan terkekeh. "Kalau begitu, aku tak heran kau bisa berburu dengan baik."
Mereka melanjutkan perbincangan sembari memasuki aula utama sekte.
Di ruang khusus tamu, Shen Yan menuangkan teh untuk Liang Fei dan Xi Fei. Aroma herbal memenuhi ruangan.
Liang Fei menatap muridnya dengan bangga, kenangan lama berputar di benaknya. "Aku masih ingat pertama kali bertemu denganmu," katanya. "Saat itu, kau hanyalah anak kecil yang menangis di balik batu karang."
Shen Yan, yang tengah menuangkan teh, langsung tersedak pelan. Ia menoleh dengan wajah sedikit memerah. "Master… Serius? Haruskah kau menceritakan itu di depan Xi Fei?"
Xi Fei langsung menatap Shen Yan dengan penuh minat. "Paman Shen pernah menangis juga? Kenapa?"
Shen Yan mendesah, meletakkan cangkirnya, lalu menatap Liang Fei dengan pasrah.
"Baiklah, aku menyerah. Silakan ceritakan semua… tapi pastikan kisahnya tidak terlalu dilebih-lebihkan."
emng dgn nama aneh beast sperti orng bakalan nyaman bacah malah buat pembaca bingung