Helena harus berpisah dengan pria yang paling dicintainya selama satu tahun. Ingatannya yang hilang membuat Helena hidup sebagai seorang wanita singel bernama Celine.
Pertemuannya dengan seorang pria bernama Jason justru menjadi jalan untuk Helena kembali bertemu dengan masa lalunya. Kehidupan yang tidak lagi tenang dan penuh dengan ancaman.
Akankah Helena bisa bertahan saat begitu banyak pembunuh yang mengincar nyawanya? Siapa yang sudah mengirim pembunuh tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sisca Nasty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 25 Liburan
"Aku sangat mencintainya, Ben." Jason menunduk sambil mengelus rambut Celine. Kini wanita itu ada di pangkuannya. Mereka sudah ada di dalam pesawat. Ben duduk tidak jauh dari posisi Jason berada. Dua pria itu memutuskan untuk mengobrol di saat Celine lelap dalam tidurnya.
"Nona Celine sudah menjadi milik anda, Tuan. Apa lagi yang anda takutkan?"
"Apa dia mencintaiku?" Jason mengusap pipi Celine. Saat melihat Celine tidur seperti itu, Jason merasa damai. Semua beban yang menumpuk di pundaknya hilang begitu saja.
"Nona Celine wanita yang keras kepala, Tuan. Jika dia mau disentuh oleh anda, itu berarti dia juga mencintai anda." Seperti itulah pengamatan Ben selama ini.
Celine suka sekali menyentuh Jason, menggodanya dengan sesuka hati. Tapi ketika ada yang menyentuhnya, wanita itu berontak. Bahkan sampai menangis karena tidak rela tubuhnya yang berharga disentuh sembarang. Bahkan kejadian terakhir membuat Ben lebih kaget karena dia melihat Celine menembak komplotan mafia yang ingin melecehkannya.
"Kau benar. Bantu aku untuk menjaganya. Aku .... Tidak mau kehilangan Celine."
Celine terlihat gelisah. Wanita itu berkeringat dengan deras. Padahal sebelumnya dia terlihat baik-baik saja. Jason mengernyitkan dahinya melihat Celine tidak lagi nyenyak dengan tidurnya. Pria itu menepuk pipi Celine dengan lembut.
"Sayang, apa kau baik-baik saja."
"Maaf. Maafkan aku," igau Celine dengan mata terpejam. Buliran air mata menetes begitu saja di pipinya. Jason bisa melihatnya dengan jelas. Pria itu mengusap pipi Celine untuk menghilangkan air mata yang menetes.
"Kau pasti mimpi buruk. Aku ada di sini untuk menjagamu. Tidak akan ada yang berani mencelakaimu, Celine. Selama aku masih hidup, kau akan selalu baik-baik saja." Jason menunduk dan mendaratkan kecupan cintanya di pucuk kepala Celine.
Ben memalingkan wajahnya. Pria itu memandang keluar jendela untuk menikmati pemandangan malam dari atas. Dibandingkan harus terus menonton kebucinan Jason yang tidak ada habisnya.
***
Jason benar-benar membawa Celine berlibur. Pria itu membawa Celine mengunjungi tempat-tempat paling indah yang ada di Swiss. Dimulai dari Zermatt untuk menikmati matahari terbenam. Makan malam romantis di Luzern. Bersantai di Interlaken. Hingga beberapa tempat lainnya yang sebelumnya belum pernah didatangi Celine.
Celine tidak henti-hentinya mengucapkan terima kasih. Wanita itu tidak menyangka bisa mendapat kejutan sebahagia ini dari Jason. Bahkan Jason mengajak wanita pujaannya itu menginap di hotel bintang lima. Dia begitu memanjakan Celine.
"Setelah ini kita mau ke mana? Kapan kita pulang?" tanya Celine sambil memasukkan makan siangnya ke dalam mulut.
Kini Celine ada di kota yang selama ini menjadi tempat tinggalnya. Wanita itu mulai merasa tidak nyaman karena beberapa bos tempatnya bekerja terlihat sering muncul dihadapannya. Celine merasa segan hingga ingin bersembunyi saja.
"Kau sudah bosan?" tanya Jason dengan serius.
"Nggak gitu. Hanya saja ...." Celine menghela napasnya. "Aku merasa segan saat bertemu dengan atasanku. Mereka pasti berpikir yang aneh-aneh. Bagaimana mungkin pekerja paruh waktu yang miskin itu kini berdiri di samping pria sepertimu."
"Hei, kenapa bicara seperti itu?" Jason menyelipkan rambut Celine dibalik telinga. "Kau pantas mendapatkan semua ini. Kau itu wanita yang istimewa, Celine."
"Aku bukan wanita matre?" Celine kembali memperjelas maksud dari perkataan Jason.
Jason mengangguk pelan. "Kau memang harus jadi wanita matre agar bisa menghabiskan hartaku."
Celine tertawa mendengarnya. Dia jadi merasa malu karena pernah menghabiskan uang Jason dalam sehari hanya untuk membeli barang yang sama sekali tidak dia butuhkan. "Terima kasih karena sudah mencintaiku."
Jason mengambil sendok di tangan Celine. Pria itu menyuapi Celine dengan senyum manis dibibirnya. "Enak?"
Celine mengangguk sambil mengunyah makanannya. "Tapi aku mulai kenyang."
Jason menghela napasnya. Dia meletakkan sendok itu kembali ke piring dan memberikan jus segar kepada Celine.
"Celine," celetuk seorang wanita yang kini berdiri di dekat meja Celine.
Celine dan Jason sama-sama memandang ke arah wanita itu. Celine melebarkan kedua matanya dan segera beranjak dari kursinya. "Marta?"
"Ya, ini aku."
Dua wanita itu saling berpelukan. Mereka terlihat begitu akrab. Marta melirik ke arah Jason. Wanita itu kembali memandang Celine setelahnya. "Siapa dia?"
"Calon suamiku," jawab Celine tanpa ragu. Jason kembali tersenyum puas mendengarnya.
"Jason, aku ingin berbincang sebentar dengan Marta di sana," izin Celine sambil menunjuk tempat yang tidak jauh dari kursi mereka. Jason hanya menjawab dengan anggukan. Celine dan Marta segera menjauh. Mereka duduk saling berhadapan untuk mengobrol.
Ben muncul dan duduk di depan Jason. Wajah pria itu terlihat sangat serius. "Rombongan Tuan Aberzio ada di gedung ini juga, Tuan."
"Oh ya? Lalu, kenapa wajahmu panik seperti itu?"
"King Tiger ada dimana-mana. Sepertinya mereka akan melakukan penyerangan sebentar lagi." Ben melanjutkan kalimatnya. Memang tidak salah jika Aberzio ada di gedung itu. Tapi, jika pertempuran itu benar terjadi. Mereka semua tidak bisa lebih lama lagi di sana. Ada Celine yang harus mereka lindungi saat ini.
Jason memandang ke samping. Wajahnya terlihat panik saat tidak lagi menemukan Celine duduk di kursinya. Hanya ada Marta di sana. Pria itu beranjak dari kursinya diikuti Ben di belakang.
"Di mana, Celine?" ketus Jason. Pria itu tidak mau lembut saat bicara dengan wanita selain Celine.
"Celine ke toilet, Tuan." Marta menunduk takut. "Saya akan panggilkan."
"Tidak perlu." Jason segera merapikan jasnya dan pergi menuju ke toilet. Ben tetap berdiri di sana untuk mengawasi lokasi sekitar.
Celine kaget bukan main ketika sosok misterius tiba-tiba muncul dan menodongkan senjata di bawah dagunya. Pria bertopeng itu memegang kedua tangan Celine dan menariknya di atas kepala. "Jika kau berani mengeluarkan suara. Aku akan segera menembakmu."
Celine merasakan debaran jantungnya berdetak lebih cepat. Wanita itu berjalan perlahan saat pria itu menyeretnya untuk menjauh dari toilet. Kedua mata Celine mulai berkaca-kaca. Dia takut. Dia butuh Jason.
"Siapa kau? Apa yang kau inginkan?" Celine berusaha mengajak pria di depannya bernegosiasi. Dia harus tahu apa kesalahannya hingga harus diperlakukan seperti ini.
"Aku ingin memenggal kepalamu dan mengirimkannya ke rumah pria yang kau cintai itu. Pembunuh sialan!" Pria itu tertawa puas melihat Celine ada di genggamannya.
Celine kembali diam. Kini wanita itu berpikir kalau pria didepannya adalah musuh Jason. "Sekarang aku harus bagaimana? Jason, tolong aku ...."
ditunggu notifnya kak sis.....semangat up semoga di novel berikutnya bs gajian🤲🤲🤲💪💪💪
gak kebayang gimana kecewanya helena nanti kalo orang yg ia percayai lebih dari apapun ternyata berkhianat..
apa clause n clara ?!
strike gk cutiga sama sekali karna clara sepupu aberzio
kalo x ini nanti hamil brati murni anaknya aberzio😉semoga disegerakan aamiin..