Che Tian, seorang Saint terkuat di alam dewa, kecewa ketika kekasihnya, Yuechan, direbut oleh Taiqing, penguasa alam dewa yang dipilih oleh Leluhur Dao. Merasa dihina, Che Tian menantang Taiqing dan dihukum, diturunkan ke bumi untuk mencari kekuatan yang lebih besar. Dengan senjata sakti, Mandala Yin Yang dan Kipas Yin Yang, Che Tian membangun kekuatan baru dan mengumpulkan murid-murid yang setia. Dalam perjalanannya, ia menghadapi pengkhianatan dan rahasia alam semesta, sambil memilih apakah akan membalas dendam atau membawa keseimbangan yang lebih besar bagi dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tian Xuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26: Ujian Ketiga – Kekuatan Sejati
Ye Qingxian masih berdiri di tempatnya, napasnya belum sepenuhnya teratur setelah ujian kedua. Namun, sebelum ia bisa mengatur pikirannya, Kaisar lain sudah melangkah maju, menatapnya dengan sorot mata tajam.
"Sekarang, ujian terakhir!"
Suasana di reruntuhan menjadi lebih tegang. Udara di sekitar mereka bergetar, tanda bahwa ujian terakhir ini akan jauh lebih berat.
Namun, di saat yang seharusnya serius ini, Che Tian yang sejak tadi duduk santai di kursinya, malah melambaikan tangannya.
"Tunggu sebentar."
Para Kaisar yang agung itu sedikit terkejut. Mereka menoleh ke arahnya.
Dengan ekspresi malas, Che Tian menyeruput tehnya lagi, kemudian meletakkan cangkirnya dengan santai.
"Aku ingin bertanya sesuatu dulu," katanya sambil menguap kecil. "Kalian, Kaisar zaman kuno yang katanya sangat bijaksana dan kuat ini… bisakah kalian menjelaskan satu hal?"
Kaisar yang akan memberikan ujian terakhir mengernyit. "Apa itu?"
Che Tian mengangkat alisnya dan menunjuk ke arah Ye Qingxian. "Tadi di ujian kedua, kenapa aku digambarkan berlumuran darah, berlutut, dan sekarat? Maksudku, lihat aku sekarang. Aku bahkan tidak bisa membayangkan aku dalam kondisi seperti itu."
Ye Qingxian yang baru saja merasa lega setelah lolos dari ujian mental tadi, tiba-tiba tersedak napasnya.
"Guru…" katanya lirih, wajahnya sedikit merah.
Para Kaisar kuno saling bertukar pandang. Salah satu dari mereka, seorang Kaisar tua dengan janggut panjang, berdeham. "Itu adalah ujian untuk melihat ketahanan mentalnya, bukan untuk menggambarkan kenyataan."
Che Tian menyipitkan mata. "Jadi maksud kalian… kalian mengira aku, Che Tian, bisa berada dalam kondisi menyedihkan seperti itu?"
Ia menepuk bahunya sendiri dan tersenyum puas. "Jujur saja, kalau itu benar-benar terjadi, aku pasti sudah menciptakan teknik baru untuk mengalahkan siapa pun lawanku. Atau paling tidak, aku pasti masih bisa minum teh dengan elegan, meskipun sedang berdarah."
Ye Qingxian menatapnya dengan ekspresi rumit.
"Guru, itu bukan inti dari ujiannya…" bisiknya.
Che Tian mengangkat bahu. "Tetap saja, aku merasa itu penghinaan. Lain kali kalau kalian membuat ilusi, pastikan jangan membuatku terlihat begitu menyedihkan, mengerti?" katanya kepada para Kaisar.
Para Kaisar kuno hanya terdiam. Salah satu dari mereka bahkan menutup matanya, seolah ingin mengabaikan keberadaan Che Tian.
Kaisar yang akan memberikan ujian terakhir akhirnya berdeham keras. "Cukup! Ujian ketiga akan segera dimulai!"
Che Tian menghela napas panjang. "Baiklah, baiklah. Aku diam sekarang," katanya sambil kembali duduk dengan santai.
Namun, sebelum Ye Qingxian melangkah maju, Che Tian berseru lagi, "Oh, satu hal lagi!"
Para Kaisar kini benar-benar kesal. "Apa lagi?"
Che Tian tersenyum santai. "Ada camilan di sini? Minum teh tanpa camilan rasanya kurang lengkap."
Ye Qingxian ingin menggali lubang dan masuk ke dalamnya.
______________________________________________
Setelah interupsi panjang dari Che Tian, akhirnya ujian ketiga dimulai. Kaisar yang bertanggung jawab atas ujian ini melangkah maju. Ia adalah pria bertubuh besar dengan jubah perang kuno yang megah. Sorot matanya tajam dan penuh kewibawaan.
"Ye Qingxian," suaranya bergema di dalam reruntuhan. "Ujian terakhir ini adalah ujian kekuatan sejati. Kau akan menghadapi pertarungan yang menentukan apakah kau layak mewarisi jalan kultivasi zaman kuno."
Ye Qingxian menelan ludah. Tubuhnya masih sedikit lelah setelah ujian mental yang begitu menguras emosi. Namun, ia tidak bisa mundur sekarang.
"Baik, aku siap."
Kaisar itu mengangkat tangannya, dan tiba-tiba medan di sekitar mereka berubah. Reruntuhan lenyap, digantikan oleh sebuah arena besar di langit, dikelilingi oleh petir dan api membara.
Di tengah arena, sebuah sosok perlahan muncul dari pusaran energi.
Ye Qingxian terkejut. Itu adalah… dirinya sendiri!
Namun, ada sesuatu yang berbeda. Sosok itu tampak lebih dingin, lebih tajam. Matanya dipenuhi dengan ketidakpedulian yang menusuk.
"Ini adalah manifestasi dari potensi terkuatmu," kata Kaisar. "Untuk menguasai kultivasi zaman kuno, kau harus bisa mengalahkan dirimu sendiri!"
Ye Qingxian mengepalkan tangannya.
"Aku harus bertarung melawan diriku sendiri?"
Sosok kembarannya tidak menunggu lebih lama. Ia langsung melesat ke arahnya dengan kecepatan luar biasa, mengayunkan pukulan yang dipenuhi dengan energi kuno. Ye Qingxian hampir tidak sempat menghindar, namun ia berhasil melompat mundur tepat waktu.
"Cepat sekali!" pikirnya.
Namun, sebelum ia bisa menyusun strategi, bayangan dirinya yang lain sudah kembali menyerang, kali ini dengan teknik pedang yang luar biasa cepat.
"Kau terlalu lamban," kata sosok itu dengan suara datar. "Kekuatan sejati tidak hanya berasal dari tubuh, tetapi juga dari pikiran yang tidak ragu-ragu."
Ye Qingxian mengertakkan giginya.
"Aku tidak akan kalah dari diriku sendiri!"
Ia mengeluarkan energi suci dan kuno sekaligus, memadukannya dalam serangan balik. Aura tubuhnya bergetar, menunjukkan kekuatan uniknya sebagai pewaris tubuh kuno dan tubuh suci.
Kedua Ye Qingxian bertarung sengit di udara, menciptakan gelombang energi yang mengguncang arena. Setiap serangan yang mereka lepaskan bertabrakan dengan kekuatan yang sama besar, menghasilkan ledakan yang mencerai-beraikan awan di sekeliling mereka.
Di luar arena, Che Tian menatap pertarungan itu sambil mengangkat alis.
"Menarik juga," katanya sambil menyeruput teh lagi.
Salah satu Kaisar yang berdiri di sebelahnya mengangguk. "Pertarungan ini bukan hanya soal kekuatan fisik. Jika dia tidak bisa menerima dirinya sendiri sepenuhnya, dia tidak akan pernah menang."
Che Tian tersenyum tipis. "Aku tahu itu. Tapi Ye Qingxian bukan tipe orang yang akan menyerah begitu saja."
Di dalam arena, Ye Qingxian mulai memahami sesuatu. Setiap kali ia menyerang dengan keraguan, serangannya menjadi lemah. Namun, ketika ia bertarung dengan penuh keyakinan, ia bisa menandingi lawannya.
"Jadi ini maksudnya… Aku harus menerima semua sisi diriku."
Ia menarik napas dalam, lalu menatap kembarannya dengan penuh keyakinan.
"Aku tidak akan melawan diriku sendiri lagi. Aku akan menerimamu sebagai bagian dari diriku!"
Saat ia mengatakan itu, kembarannya berhenti. Matanya sedikit melembut.
Lalu, tubuhnya mulai bersinar dan berubah menjadi aliran energi yang menyatu kembali ke dalam tubuh Ye Qingxian.
Arena pun runtuh, dan mereka kembali ke reruntuhan awal.
Ye Qingxian terengah-engah, namun tubuhnya dipenuhi dengan kekuatan baru.
Kaisar yang memberikan ujian itu mengangguk. "Kau lulus. Sekarang, kau adalah pewaris sah kultivasi zaman kuno."
Di sisi lain, Che Tian menaruh cangkir tehnya dan berdiri. "Baiklah, sekarang ujian sudah selesai, saatnya kita pergi."
Ye Qingxian menatap gurunya, lalu tersenyum. Ia tahu bahwa perjalanan ini masih panjang, tetapi setidaknya, ia telah melangkah lebih jauh dalam jalannya menuju kekuatan sejati.