Li Mei, putri sah dari Jenderal Besar, dijebak oleh saudara tirinya dan selir ayahnya atas tuduhan pengkhianatan.
Di tengah hujan deras, di hadapan rakyat yang mencemoohnya, Li Mei berlutut di atas panggung eksekusi, menunggu algojo mengayunkan pedangnya. Keluarganya hanya menatap dingin ke arahnya.
Namun, saat bilah tajam hampir menyentuh lehernya, suara dingin dan mekanis tiba-tiba menggema di kepalanya:
[“Sistem Reinkarnasi Aktif. Apakah Anda ingin hidup kembali dan membalas dendam?”]
Ya!
Saat Li Mei membuka mata, dirinya terbangun di saat usianya masih 17 tahun. Di mana ia belum bertunangan dengan putra mahkota. Li Mei bersumpah untuk tidak mengejar cinta keluarga dan putra mahkota.
INGAT! KALAU TIDAK SUKA SILAHKAN SKIP! TIDAK PERLU MEMBERIKAN RATING BURUK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pangeran Kedua
Grrrhhh!
Raungan Serigala Roh Petir menggema di seluruh hutan.
Tubuhnya yang besar menyala dengan kilatan listrik, meski luka di perutnya masih mengeluarkan darah. Sorot matanya tak menunjukkan kepasrahan, justru semakin liar dan ganas menatap Li Mei.
Swoosh!
Dalam sekejap, serigala itu kembali menyerang. Tubuhnya menyatu dengan kilatan petir, bergerak dalam kecepatan luar biasa.
Dari sudut mata, Li Mei hanya melihat bayangan ungu yang menyambar ke arahnya. Namun, ketajaman intuisinya langsung bereaksi.
Dalam hitungan detik, Li Mei menggeser tubuhnya ke samping dengan gerakan yang begitu mulus.
Cakar listrik serigala itu meleset, menyambar udara kosong.
Li Mei tidak tinggal diam.
Pedang es yang sebelumnya hanya diselimuti oleh angin, kini membara dengan api biru yang berputar di sekelilingnya.
Api dan angin menyatu, menciptakan kekuatan destruktif yang ganas.
Saat serigala itu kembali berbalik, Li Mei langsung melompat tinggi ke udara.
Dari atas, ia melihat celah di pertahanan makhluk itu. Dan tanpa ragu…
"Hancurlah!"
Swoosh!
Pedang melesat turun bagaikan meteor.
Jleb!
Ujung pedangnya menembus tepat di tengah kepala Serigala Roh Petir.
Listrik di tubuh serigala itu mengamuk liar, namun dalam beberapa detik … gerakannya mulai melemah. Mata kuning serigala itu kehilangan sinarnya.
Dug!
Tubuh besar serigala itu jatuh ke tanah, mengguncang bumi di sekitarnya. Darah mengalir, bercampur dengan tanah yang lembab.
Li Mei berdiri di atas bangkai serigala itu, menarik napas perlahan.
[Selamat! Misi Berhasil!]
[Kamu telah memperoleh Elemen Petir! Dan segala jenis obat-obatan.]
Tiba-tiba, petir menyambar dari langit dan langsung mengenai tubuh Li Mei. Namun, tidak ada rasa sakit.
Sebaliknya, energi petir mengalir ke dalam dirinya, menyatu dengan inti spiritualnya.
Li Mei menutup mata, merasakan kekuatan baru yang kini menjadi bagian darinya.
Petir.
Elemen yang begitu kuat, kini berada dalam genggamannya. Li Mei tersenyum samar di balik cadarnya.
Angin malam semakin berhembus kencang di atas hutan Fenghui. Siluet Li Mei melayang di udara, menyatu dengan bayangan malam.
Matanya menatap ke arah dua sosok berjubah hitam yang semakin mendekat.
Meskipun mereka berjalan dengan langkah ringan, bagi Li Mei, kehadiran mereka terasa begitu jelas.
'Siapa mereka?' pikirnya. Namun, Li Mei tidak punya waktu untuk mencari tahu.
Dengan satu gerakan cepat, Li Mei mengendalikan elemen angin di sekelilingnya.
Tubuhnya meluncur ke atas, berbaur dengan hembusan angin, lalu melesat menjauh.
Tak bersuara. Tak meninggalkan jejak.
Tak lama setelah kepergianny
Dua sosok berjubah hitam tiba di lokasi.
"Terlambat," gumam salah satu dari mereka.
Dup!
Mereka berdiri di depan bangkai Serigala Roh Petir yang terbunuh. Darahnya masih hangat.
Bekas luka di tubuhnya begitu bersih, tanpa tanda-tanda serangan brutal.
Hanya satu tebasan fatal di kepala. Salah satu pria itu berjongkok, menyentuh luka pedang di kepala serigala itu.
"Serangan ini ... presisi dan mematikan," katanya kagum.
"Siapa pun yang melakukannya, pasti bukan orang biasa," lanjutnya.
Pria lainnya berdiri dengan tangan terlipat di dada. Sorot matanya dalam dan penuh perhitungan. Dia adalah pangeran kedua kekaisaran Qianlong, Qian Ting."
Lalu, pria yang satunya membuka mulut dan berkata, "Pangeran kedua, menurut Anda. Siapa yang melakukan ini?"
Pangeran Kedua Qian Ting menoleh. Tatapannya tetap dingin, namun sedikit ketertarikan muncul di matanya.
"Aku tidak tahu. Hanya sedikit orang di kekaisaran ini yang bisa membunuh Serigala Roh Petir sendirian," kata Qian Ting pelan.
"Tapi siapa pun itu, dia telah melakukannya dengan sempurna," lanjut Qian Ting.
Pemuda itu menoleh ke sekeliling, mencari petunjuk. Namun, tdak ada jejak.
Tidak ada tanda-tanda perlawanan yang berlebihan.
Hanya angin yang berhembus, membawa aroma darah yang memudar
Pangeran Kedua terdiam sesaat, lalu berbalik.
"Kita pergi," ucapnya tegas.
Tanpa membuang waktu, keduanya meninggalkan hutan Fenghui, kembali ke kegelapan malam.
Di kejauhan, Li Mei berdiri di salah satu puncak pohon, mengamati kepergian mereka. Ia mengangkat alisnya sedikit.
'Pangeran Kedua, ya?' pikirnya.
Lalu, senyumnya muncul samar di balik cadar.
🍃🍃🍃🍃
Pagi itu, matahari bersinar lembut di langit kediaman Jenderal Li Zhen.
Di tengah taman yang asri, sebuah gazebo berdiri kokoh, dikelilingi oleh bunga-bunga mekar yang tertata indah.
Di dalamnya, Li Zhu duduk dengan anggun. Di seberangnya, Putra Mahkota Qian Feng bersandar santai.
"Yang Mulia, hanya empat hari lagi kita akan kembali ke akademi," ujar Li Zhu sambil tersenyum.
"Aku sudah mempersiapkan segalanya. Tahun ini, kita pasti akan lebih bersinar dibandingkan sebelumnya."
"Apakah Yang Mulia sudah menyiapkan sesuatu?" Suara Li Zhu lembut dan manis.
Ia berharap bisa menarik perhatian pria di hadapannya.
Namun…
Qian Feng hanya mengangguk kecil tanpa benar-benar mendengar. Pikirannya berkelana … entah ke mana.
Hingga tiba-tiba … tatapannya tertarik ke suatu arah.
Di kejauhan, seseorang berjalan perlahan.
Li Mei
Gadis bercadar itu mengenakan hanfu biru pucat, sederhana namun elegan.
Di sisinya, Xiao Lan mengikuti sambil berbicara riang. Li Mei, seperti biasa … dingin. Tenang. Tidak terpengaruh oleh sekelilingnya.
Mata Qian Feng mengerut samar.
Kenapa…
Kenapa gadis itu terlihat begitu berbeda? pikir Putra mahkota Qian Feng.
Dulu, ia hanya tahu Li Mei sebagai gadis bodoh yang obsesif padanya. Tiap kali melihatnya, ia selalu merasa jijik.
Namun sekarang ... ia justru merasa terganggu. Apalagi penolakan Li Mei saat pesta kemarin.
"Yang Mulia?"
Suara Li Zhu kembali terdengar, menariknya kembali ke kenyataan.
Qian Feng berkedip, menyadari dirinya baru saja melamun.
"Apa?" tanyanya tanpa sadar.
Li Zhu mengikuti arah tatapan Qian Feng tadi. Dan saat ia melihat Li Mei, senyumnya perlahan memudar.
‘Kenapa Yang Mulia melihatnya?’
Tangan Li Zhu meremas lengan bajunya, berusaha menyembunyikan emosinya
Seharusnya hanya aku yang ada di dalam matanya! Kenapa gadis bodoh itu mencari perhatian? Awas saja kau Li Mei! maki Li Zhu dalam hati
Namun di sisi lain, Li Mei tetap berjalan tanpa melihat ke arah mereka. Seolah, keberadaan Putra Mahkota dan Li Zhu tidak pernah ada dalam dunianya.
Qian Feng merasakan sesuatu yang aneh di dalam dadanya. Untuk pertama kalinya, ia merasa terganggu karena diabaikan.
Li Mei terlihat terus berjalan bersama Xiao Lan. "Nona! Apa Anda yakin, tidak perlu membeli obat-obatan untuk persiapan di akademi nanti?" tanya Xiao Lan sekali lagi.
Li Mei menggeleng pelan. "Tidak perlu, Xiao Lan. Aku sudah memiliki beberapa pil serta yang lainnya."
Li Mei dan Xiao Lan baru saja tiba dari pasar untuk membeli keperluan Li Mei. Beruntung Li Mei telah memiliki kekayaan, dia tidak perlu lagi mengemis atau berhadapan dengan jenderal Li Zhen yang sangat tidak sudi dilihatnya.
jangan pernah ada penyesalan di kemudian harinya
menyesal pun sudah tak ada artinya lagi buat keluarga Li😤😤😤😤😤
demi hasutan dari seorang selir and anak tiri, dengan tega nya membuang anak kandung nya😤😤😤😤😤😤😤
and jangan sampai menjilat ludah sendiri
karena tu akan sangat memalukan🤣🤣🤣🤣🤣
bikin ketagihan baca
update nya juga ngga pelitt