SEMUA GARA-GARA PARIJI
Ini Novel harusnya horor, tapi kenapa malah komedi, saya yang nulis juga bingung, tapi pasti hororlah.
KOK dengan huruf yang terbalik, ya semua serba terbalik di dalam novel ini, tidak ada yang sesuai dengan semestinya, dan jangan berpikir dengan nalar, karena nggak akan masuk di otak kita.
Jangan dipikir dengan otak normal, karena akan bikin kram otak.
kebalikan adalah keasikan, ingat baliklah hidup kalian agar mengalami sesuatu yang luar biasa!
KOK,
Kalok dibilang time travel kok rasanya nggak jugak, tapi ada yang hilang dan bertambah di dalam diriku.
KOK gini rasanya, KOK aku ada disini, KOK aku diginiin, KOK aku harus ada di sini, KOK sakit gini, KOK KOK KOK KOK semua harus KOK.
Jangan takot, gitu kata orang yang aku temui, tapi KOK rasanya takot tapi enak dan menyenangkan..
Itulah KOK yang dibalik
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Bashi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. KOK PAK RUSLAN TAU!
“Fermisi pak, selamat pagi” sapaku sambil membuka pintu ruangan pak Ruslan
Faktanya, aku baru dua kali masuk ke ruangan beliau, dan selalu merinding ketika melewati pintu ruangan dan masuk ke dalamnya.
Tapi ada yang berbeda ketika aku dulu pertama kali masuk dan yang saat ini aku masuk.
Yang pertama dulu waktu aku disuruh ambil makalah yang tertinggal di meja beliau, dulu dalam ruangan ini aneh, hanya ada satu meja kerja, dan empat kursi lipat saja.
Tidak ada buku, komputer, alat tulis atau selayaknya ruangan seorang dosen. Pokoknya berbeda dengan ruangan dosen pada umumnya. Malah seperti gudang saja.
Tapi saat ini, ketika aku membuka pintu, yang terlihat berbanding terbalik dengan yang kulihat sebelumnya.
Ada meja satu biro dengan tumpukan buku, dan sebuah laptop yang sedang terbuka, ada lemari kaca yang penuh dengan buku tebal, ada satu set sofa dan mejanya, serta pernak pernik hiasan ruangan yang agak aneh.
“Duduk dulu, saya mau selesaikan pekerjaan saya dulu Ji, dan jangan pikirkan tentang keadaan ruanganku ini JI!”
Aku nderedeg ketika tau bahwa pak Ruslan bisa baca pikiranku.
Aku duduk di sofa model lama yang lumayan empuk, empuk ini karena aku memakai pampers atau memang empuk sofanya, tapi memang sofanya empug sih.
Ada lagi yang menarik, ruangan ini baunya aneh, ada bau yang khas, bukan nggak wangi sih, tapi kayak ada aroma yang membuat kita tenang. Bukan aroma terapi, karena dari tadi aku cari nggak ada aromaterapi yang sedang nyala.
Cahaya di ruangan ini lumayan terang, hanya saja meskipun terang aku merasa nggak cuma aku dan pak Ruslan saja yang ada disini, aku merasa ada entitas lain yang sedang duduk di sofa ini.
“Bagaimana kabarmu Pariji, masih niat kuliah kan kamu?”
“Kabar saya baik pak Rus, ya masih niat pak, kalau saya putus kuliah pasti dihajar bapak saya pak”
“Ok bagus, eh saya nggak mau bahas apa yang kamu pikirkan untuk kuliahmu saat ini, tetapi saya mau bahas tentang apa yang sedang kamu lakukan saat ini. Hmm kamu sedang sama siapa tadi waktu di ruang kuliah tadi?”
“Eh saya nggak sama siapa-siapa pak, ehm maksud pak Rus gimana ya pak?”
“Sudah jangan dipikirkan kamu datang dengan siapa Pariji, lupakan saja”
“Gini Pariji, saya mau ngomong soal kamu, apa yang terjadi pada dirimu saat ini adalah akibat dari apa yang kamu lakukan sebelumnya. Paham kan?”
“Saya tau apa yang terjadi pada dirimu, dan ini tidak hanya stop sampai disini, tetapi tetap berlanjut hingga kamu menyadari bahwa kamu harus merubahnya”
“Maksudnya apa ya pak, apa yang terjadi sama saya pak Rus?”
“Masih saja kamu tidak mengakui Pariji, itu alat khelaminmu, dan bagian belakangmu, itu tidak akan berhenti sampai disini, dan akan terus menyakiti kamu hingga kamu mati!”
“Bagaimana bapak bisa tau apa yang sedang terjadi dengan saya pak?”
“Sudah kamu nggak usah banyak tanya. Lebih baik kamu selesaikan dulu, saya akan bantu kamu”
Pak Ruslan memberi aku secarik kertas yang berisi tulisan dan kayaknya nomor telepon.
“Kamu kesana sekarang juga, karena apa yang akan terjadi dengan kamu akan terus terjadi tanpa menghiraukan waktu”
“Itu nomor ponsel saya dan sekarang juga kamu ke alamat yang saya tulis itu, sekarang keluar dari ruangan saya”
*****
“Jadi tadi ente jadi ke ruangan pak Ruslan ta Ji?”
“Iya Lenk, ruangannya rasanya aneh, tepi membuat tenang”
“Jangan-jangan ente dihipnotis Tak butak, teros ente diteles disana hehehe”
“Ngawormu, tapi dia ternyata tau apa yang terjadi sama aku. Gimana kamu bisa antar aku ke alamat itu kan lenk?”
Celenk memperhatikan secarik kertas pemberian pak Ruslan tadi, kemudian dia mencari di gugel map untuk mencari arah dari alamat itu.
“Bearti kita nggak ke dukon yang aku kenal ya Ji, kita ke tempat yang disuruh pak Ruslan saja ya ini”
“Iyo Lenk”
“Agak jaoh itu tak, luar kota itu. Tapi ini masuk ke hutan Ji, nek yang di hutan aku nggak tau ke mana arahnya”
“Awakmu tak antar tapi motorku isien bensin ya”
“Ok Lenk tak belikan bengsing dan makanan juga, sekarang aja kita berangkat”
“Ndeh saiki?”
“Iya Lenk, tadi pak Ruslan nyuruh ke alamat itu sekarang”
“OK, sik tak siap siap dulu Ji”
*****
Aku dibonceng Celenk menuju ke arah yang dituju alamat yang diberikan oleh pak Ruslan, perjalanan sudah sekitar tiga jam, hingga jalan yang kami lalui menanjak.
Awalnya masih ada beberapa rumah penduduk, tetapi setelah itu mulai memasuki hutan, dan beberapa kali celenk mengecek map, ternyata titik terakhir hanya di pinggir jalan ini.
“Ini titik terakhir yang di map, titik ini yang sesuai dengan pak Ruslan tulis alamatnya Ji, dan posisi kita ada di pinggir jalan, ente coba hubungi pak Ruslan Ji”
“Apa ini nggak salah Lenk, pak Ruslan kasih alamat artinya kan ada jalan dan ada rumahnya, lha ini kok di pinggir jalan gini Lenk”
“Lha iyo JI, ndang cepet hubungi pak Ruslan, tanyao setelah dari sini kita kemana lagi, ini wis sore lho yo”
Beberapa kali aku telpon ternyata nggak ada suara sambungan, nomor yang diberikan kepadaku tidak ada nada sambung sama sekali.
Aku nggak tau apa yang harus dilakukan, hari semakin sore dan anehnya semakin lama kami disini, semakin sepi dan tidak ada kendaraan sama sekali yang berlalu lalang.
“Coba kita ke arah sana saja Lenk, siapa tau ada orang yang bisa kita tanyai”
“Eh Ji, itu ada orang disana, lagi jongkok dan mukul-mukul sesuatu, kita ke sana saja, mungkin ente bisa tanyakan tulisan pak Ruslan itu”
Aneh, tiba-tiba agak jauh di depanku ada orang yang sedang entah memukul atau memotong sesuatu, kayaknya sih sedang memotong sesuatu, karena suaranya seperti crak crak crak gitu.
Padahal tadi nggak ada siapa-siapa di kejauhan sana. Dan kemudian aku merasakan sesuatu dengan kuntilaku yang masih berupa dasi.
“Lenk, aneh ini, ujung kuntilaku yang kamu cat merah ini kok berdenyut keras ya, terus dia seperti mengarahkan aku ke orang yang sedang jongkok itu Lenk”
seru ,...
mimpi yang sangat panjang ya ji.... mimpi yang nggak pernah bangun-bangun...
Hendrik dalam bahaya dong....
asal nebak hhhhh😁
operasi dimana bisa nyembul gede sana sini...???🤣