Kuceraikan Suami Tanpa Asa

Hari ini Alina bersiap untuk bertemu sang peneror ia telah banyak menyiapkan senjata rahasia di tasnya berupa senjata kejut listrik dan bubuk cabe. Untuk berjaga-jaga jika terjadi sesuatu yang buruk. Alina sengaja tidak memberitahu Raffa karena ia merasa mampu untuk mengatasi semuanya. 

Tepat pukul sebelas Alina sudah sampai restoran yang dimaksud. Ia masih duduk sendiri di kursi yang telah di booking sebelumnya oleh si pelaku teror. 

Setelah beberapa lama menunggu akhirnya sesosok pria datang dengan membawa sebuket bunga mawar kesukaan Alina ia menutupi wajahnya dengan bunga itu, membuat Alina bertanya-tanya akan sosok tersebut. 

“Ini bunga untukmu,” ucap pria itu. 

“Mas Danu! Sudah kuduga, itu kau. Untuk apa kamu melakukan ini semua apa maumu?” Bentak Alina. Dengan mata nyaris keluar 

“Tentang Alina, ini di tempat umum tidak baik jika kamu berteriak-teriak seperti itu,” ucap Danu tenang sambil menampilkan wajah tersenyum senang. “Baiklah tidak perlu basa-basi lagi. Tujuan ku mengundang kamu adalah tidak lain untuk meminta maaf tidak lebih,” ujar Danu 

“Sudahlah hentikan kita akhiri pertemuan kita sampai di sini aku hanya ingin menegaskan sebaiknya kamu hentikan hal gila ini atau aku akan melaporkan kan mu kepada polis lagi,” Ancam Alina. 

“Kamu sudah berani mengancam aku rupanya Alina lihat saja siapa yang akan hancur diantara kita,” bisik Danu sambil pergi meninggalkan Alina. 

Danu tersenyum puas rencananya kali ini berhasil. Berhasil menjebak Alina. 

“Bagaimana hasilnya bagus?” tanya Danu. 

“Lihat saja sendiri?” ucap Neti lalu memberikan ponselnya kepada Danu. 

“Lihat foto-foto ini sangat mengesankan, apa lagi ini ketika aku memberikan bunga kepada Alina sangat bagus ekspresi terkejut Alina seperti tersenyum,” Ucap Danu terkekeh puas. 

“Jadi kapan kamu mau mengirimkan foto-foto ini kepada Raffa?” 

“Secepatnya!”:ucap Danu. Aku tidak sabar melihat reaksinya ketika melihat fotoku bersama Alina. 

Mungkin saja dia akan marah lalu meninggalkan Alina bisa saja bukan, kemudian Alina akan sendiri lagi seperti yang aku inginkan.”

“Kalau tidak berhasil bagaimana?” Tanya Neti. 

“Aku akn melakukan planning B.

“Apa itu?” Neti penasaran. 

“Entahlah, mungkin menculiknya atau membakar tempat usahanya,” ucap Danu tajam. 

“Gila kamu Danu!” Pekik Neti. 

“Biarkan saja Mbak hidupku hancur gara-gara dia!” Teriak Danu. Di tambah Astrid juga telah meninggalkanku rumah pemberianku juga telah  olehnya entah dimana kini ia bersembunyi jika aku menemukan dia akan aku habisi juga dia!!” Ancam Danu. 

Neti menatap Danu dengan mata terbelalak tubuhnya seketika merinding mendengar rencana gila adiknya “Jika kamu membakar tempat usahanya kamu pikir bisa lari dari polisi?”

Danu mendengus kasar “Aku tidak peduli yang aku inginkan sekarang adalah Alina harus merasakan hal yang sama dengan ku kehilangan segalanya.”

“Sudahlah kita pikiran itu nanti untuk sekarang, kita harus berhasil mengadu domba Alina dan kekasihnya. Jangan biarkan Alina mempunyai seseorang  di sisinya

Kita tahu persis jika Alina akan lemah jika sendiri. 

Ketika hal itu tiba kamu bias masuk kembali ke kehidupan Alina seperti yang kamu inginkan bukan?”

“Iya benar, hal itu yang paling aku inginkan.”

Sementara itu di tempat lain Raffa tengah sibuk mempersiapkan acara kejutan untuk Alina. Ia menyewa sebuah vanue besar telah disiapkan olehnya. 

Malam itu, venue yang dipilih Raffa tampak begitu mewah Lampu kristal berkilauan dan menciptakan suasana yang elegan. Dekorasi bunga mawar merah   kesukaan Alina menghiasi setiap sudut. Dan tidak lupa juga alunan musik klasik mengalun lembut untuk menambah kesyahduan malam spesial ini. 

Serta lilin-lilin yang menyala. Para tamu telah hadir memenuhi tempat acara keluarga, sahabat, dan rekan terdekat mereka hadir untuk menyaksikan momen bahagia ini.

Alina yang tidak tahu menahu dengan rencana Raffa mulai bingung ia hanya di beritahu oleh Raffa agar mengenakan gaun cantik karena akan menghadiri acara lamaran keluarganya. 

Ia berdiri di sudut ruangan menatap kagum akan dekorasi yang sangat cantik ia juga tampak cantik dengan mengenakan gaun merah, Rambutnya disanggul sederhana, memperlihatkan kecantikan Alina  yang natural. 

Sementara itu Raffa berdiri di ujung ruangan, tak bisa mengalihkan pandangannya dari Alina. Setelan jas hitam yang membuatnya semakin gagah dan tampan sorot matanya hanya tertuju pada Alina sorot mata yang penuh cinta saat melihat wanita itu.

Alina berjalan mendekat, ke arah Raffa. “Mana orangnya yang akan bertunangan itu?” Tanya Alina penasaran. 

“Belum datang,” jawab raffa singkat. 

“Hah, bukannya ini sudah waktunya?”

“Stt, diamlah,” pinta Raffa.

Seorang pembawa acara naik ke atas panggung dan mengambil mikrofon. "Hadirin yang berbahagia malam ini kita berkumpul untuk menyaksikan ikatan yang indah antara dua insan yang saling mencintai dua hati yang telah melewati begitu banyak perjalanan, kini siap melangkah ke tahap berikutnya dalam hidup mereka."

Semua tamu bertepuk tangan, wajah-wajah bahagia terlihat di sekeliling mereka.termasuk Alina yang belum menyadari apa-apa. 

Raffa lalu menggenggam tangan Alina lebih erat. “Alina aku  ingin membicarakan  sesuatu," ucap raffa sambil menatap mata Alina dalam.

“Ada apa?” bisik Alina ia mengernyitkan dahinya dan melihat ke sekeliling yang tiba-tiba senyap. 

“Al, sejak hari pertama aku mengenalmu, aku tahu ada sesuatu yang berbeda dalam dirimu. Kamu bukan hanya pernah menyelamatkan nyawa ku, tapi kamu adalah satu-satunya wanita yang membuatku jatuh cinta, juga seseorang yang mengubahku menjadi pria yang lebih baik.  Dan malam ini, acara ini sejujurnya di siapkan untuk kita dan di hadapan keluarga dan sahabat kita, aku ingin memastikan bahwa kau tahu betapa aku mencintaimu."

Alina menahan napas, merasakan matanya mulai berkaca-kaca. Ia sangat terharu

Raffa lalu berlutut, ia mengeluarkan sebuah kotak merah beludru kecil dari saku jasnya lalu membukanya perlahan Di dalamnya terdapat sebuah cincin berlian yang berkilauan di bawah cahaya lampu.

Raffa lalu menarik napas panjang sebelum akhirnya berkata "Alina, maukah kau menjadi tunanganku… dan kelak menjadi istriku?" ucapnya gemetar. 

Seisi ruangan senyap, menunggu jawaban Alina. 

Alina menatap cincin di hadapannya, lalu menatap pria yang sedang berlutut di depannya dengan tatapan penuh cinta yang mendalam 

Dengan suara gemetar karena haru, ia menjawab, "Ya, Raffa. Aku mau." 

Sorakan dan tepuk tangan memenuhi ruangan ketia Raffa memakaikan cincin di jari manis Alina, ia kemudian  bangkit dan memeluk tubuh Alina. 

Alina tampak terharu derai air mata mengalir di pipinya ia menikmati momen ini  Setelah semua rintangan yang mereka hadapi, akhirnya mereka bisa bersama sampai di titik ini  tanpa ada yang menghalangi lagi.

Malam itu, mereka merayakan cinta dengan penuh rasa bahagia dikelilingi oleh orang-orang yang tulus menyayangi mereka. Keduanya berjanji  untuk selalu bersama, melewati suka dan duka, hingga akhir waktu. 

Guys... jangan lupa kasih like othor yahh.....

Terima kasih... 🥰