NovelToon NovelToon
Love Stalker Syndrome

Love Stalker Syndrome

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / CEO / One Night Stand / Bad Boy / Office Romance
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Tyarss_

Milan selalu punya ide gila untuk selalu menggagalkan pernikahan Arutala. semua itu karena obsesinya terhadap Arutala. bahkan Milan selalu menguntit Arutala. Milan bahkan rela bekerja sebagai personal asisten Arutala demi bisa mengawasi pria itu. Arutala tidak terlalu memperdulikan penguntitnya, sampai video panasnya dengan asisten pribadinya tersebar di pernikahannya, dan membuat pernikahannya batal, Arutala jadi penasaran dengan penguntitnya itu, ia jadi ingin lebih bermain-main dengannya..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tyarss_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Together ( I )

Ada kalanya, rasa sayang akan membawa luka. Seperti Milan yang tidak siap menghadapi luka itu. Memilih mengamati Arutala dari kejauhan adalah keputusan yang tepat untuknya. Dia hanya ingin menjadi bayangan bagi pria itu. Tidak untuk hidup berdampingan dengannya. Tapi dia juga tidak sanggup untuk melihat Arutala berjalan berdampingan dengan wanita lain. Egois. Tapi inilah Milan.

Tanpa sadar, Milan yang terus menatap Arutala. Tangannya terangkat untuk mengusap wajah Arutala.

Arutala yang sedang mengecek laporan melalui tab miliknya terkejut dengan usapan lembut di wajahnya. Ia menoleh dan melihat Milan yang menatap lekat dirinya. Merasa ada yang aneh. Iapun bertanya.

"Milan ada apa?"

Milan tersadar. Ia dengan cepat menarik tangannya. Berpikir untuk mencari alasan yang logis.

"Maaf pak, tadi ada remahan roti yang menempel di wajah Pak Aru." Ujarnya beralasan.

Dan tentu saja Arutala tau itu. Mana mungkin ada remahan roti di wajahnya saat dia sendiri tidak memakan roti apapun malam ini. Apalagi kondisinya ia habis berkelahi dengan hebat.

Banura yang diam-diam mendengarkan tersenyum simpul. Ternyata Milan sedikit konyol.

"Buatlah alasan yang bisa ku terima Milan. Ku kira kau sangat pintar. Ternyata bodoh. Katakan saja jika kau memang terpesona dengan wajah ku ini." Ujar Arutala penuh percaya diri.

Milan ternganga. "Waaah ternyata anda sangat narsis pak."

"Kau ini, bahasanya memang selalu berubah-ubah ya? Terkadang formal, terkadang juga santai? Ku rasa aku harus siap jika sewaktu-waktu kau mungkin bisa memanggilku sayang." Tutur Arutala menggoda Milan. Mencubit gemas dagu Milan.

Milan balas mengusap dagunya. Seolah tidak suka Arutala memegangnya. "Saya hanya menyesuaikan topik pembicaraan yang di bawa Pak Aru." Decaknya. Lalu membuang muka melihat jalanan.

Arutala terkekeh. Puas mendapati wajah kesal Milan. Keadaan dalam mobil kembali tenang. Sampai pada tempat tujuan.

Milan menurut saat Arutala menyuruhnya untuk menginap di tempat pria itu malam ini. Awalnya Milan merasa tenang karena ia pikir, Banura juga akan menginap di tempat Arutala. Tapi nyatanya, tidak. Dia pamit.

"Kau berhati-hatilah saat pulang." Kata Arutala menepuk bahu sang adik.

"Kau tenang saja kak. Aku sudah menghubungi papa dan meminta bodyguard tambahan untuk mengawalku pulang." Balas Banura.

"Baiklah." Setelah memastikan jika adiknya akan pulang dengan keadaan aman, Arutala bernapas lega. Meski dia tau, Banura tidak mudah untuk dikalahkan. Tapi tetap saja Arutala mengkhawatirkannya.

Acara berpamitan di depan pintu itupun berakhir. Milan kecewa dengan kepergian Banura. Dan Arutala sadar dari tatapan Milan yang melihat tubuh kekar Banura yang menghilang di balik Lift.

"Kau kecewa adikku yang sangat tampan itu pergi?" Arutala melipat kedua tangannya di dada sembari bersandar pada pintu.

Sebelum membalas Arutala, Milan menarik napas cukup panjang. Kemudian dengan berani membalas tatapan Arutala. "Tentu saja aku kecewa. Aku takut akan terjadi tindakan yang tidak di inginkan dari boss ku yang kemarin sempat menawari ku menjadi teman tidurnya." Lalu membuat suasana dramatis, Milan mundur dua langkah dari Arutala untuk membuat jarak.

Arutala tertawa cukup kencang. "Kau ini ada-ada saja. Aku tidak akan memaksamu untuk berhubungan badan. Cepat masuk. kita hanya tidur bersama. The real sleep in the bed. Ayo. Aku sudah sangat lelah."

Tidak memberikan waktu untuk Milan memprotes ucapannya, Arutala langsung menarik tangan Milan menuju kamar utama. Dan di belakang, Milan masih tetap melontarkan beberapa kalimat.

"Apa kau memang selalu mengajak setiap asistenmu tidur bersama seperti ini? Aku tidak pernah dengar kau memiliki reputasi yang suka tidur dengan bawahanmu."

Arutala menyentuh bahu Milan dan menyuruh paksa wanita itu untuk duduk di sisi ranjangnya. Ia menarik dagu Milan agar melihat ke arahnya.

"Ku kira kau wanita yang sangat pendiam. Tapi ternyata kau sangat cerewet. Rasanya aku ingin membungkam mulutmu itu dengan bibirku." Perkataan Arutala ini mampu membuat Milan diam.

Sebegitu tidak inginkah Milan dicium olehnya? Bukannya langsung menarik tangannya, Arutala justru semakin memberikan usapan pada dagu Milan.

Membuat Milan berdebar. Perasaan itu kembali muncul. Perasaan ingin memiliki yang mati-matian Milan kubur.

Drrtt!!

Getaran di ponsel Arutala membuat pria itu mundur memberi jarak. Arutala melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Tapi sebelum itu, ia melihat Milan yang juga penasaran dengan seseorang yang menelponnya.

"Kau mandilah dulu. Pakai kemeja ku malam ini. Besok aku akan menyuruh staff untuk mengirim baju untukmu." Titah Arutala. kemudian dia berbalik untuk menjawab telpon. Sebelum benar-benar meninggalkan Milan, Arutala sengaja menjawab telponnya dan menyebut satu nama yang mampu membuat pikiran Milan berkelana. "Halo Davina."

Dua kalimat itu sukses membuat tubuh Milan terasa lemas. Apa yang dia lewatkan? Seharusnya tidak seperti ini. Seharusnya, ia yang bisa mengatur kapan Arutala dan Davina bertemu. Dan kapan mereka berpisah. Milan sudah mengatur semua itu.

Milan berjalan menuju kamar mandi. Pikirannya kosong. Ada perasaan asing yang hinggap di hatinya saat ini. Dan Milan tidak ingin menyimpulkan perasaan ini dengan cepat. Setelah mengatur suhu panas pada bathtub, Milan mengambil segelas champagne.

Milan berendam dengan pikirannya yang melanglang buana. Hampir separuh masa remajanya, Milan merasa kesepian. Sepi adalah temannya. Jadi tidak ada rasa sedih ketika Milan menghadapi momen seperti ini.

Arutala tidaklah menyelingkuhinya ataupun membuangnya. Karena tidak ada apapun di antara mereka. Hubungan mereka hanya sebatas Atasan dan bawahan. Dan bukannya sedih Milan justru siap untuk melempar bom besar untuk mengagalkan hubungan Arutala dan Davina.

Entah berapa lama Milan berendam, sampai-sampai Arutala harus menghampiri dirinya. Milan tidak memberikan reaksi berlebihan seperti berteriak atau terkejut dengan hadirnya pria itu. Tubuhnya yang polos dan hanya di tutupi dengan busa sabun seolah menantang Arutala dan menggoda pria itu.

"Kau sangat menikmatinya yaa? Sampai tidak ingin keluar?"

Milan dengan santai menjawab. "Tentu saja. Kapan lagi ada boss yang memanjakan bawahannya seperti ini. Kau memang yang terbaik Pak Aru." Milan bahkan mengacungkan jempolnya.

"Sebenarnya kau bisa menikmati semuanya jika kau menerima tawaranku yang kemarin. Tapi apa boleh buat. Harga dirimu terjunjung sangat tinggi."

Milan menyunggingkan senyuman. Ia menyesap minumannya sebelum akhirnya membalas. "Tentu saja."

Melihat sikap Milan yang seperti ini benar-benar membuat Arutala ingin menaklukan wanita itu di atas ranjangnya. Tapi dia tidak akan memulai permainan lebih dulu. Biarlah Milan yang memulai. Dia hanya akan mengikuti alurnya.

1
Irma Wati Jelita
kk episode pelit ☺️3 gtu. dong kk
sagitarius: mau gitu, tp nunggu dapet libur kerja dulu yaa😊
total 1 replies
Irma Wati Jelita
kpn up lg kk
sagitarius: besok akan di up yaa
total 1 replies
Risa Koizumi
TERBAIK! Itu aja yang bisa aku bilang, bagus banget storynya! 🙌
sagitarius: Makasih banyakk🫶🏻🫶🏻
total 1 replies
Alphonse Elric
Mantap betul!
Sun Seto
Terselip kebijaksanaan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!