Fiona dan Fiora, saudari kembar putri presiden. mereka sudah saling menyayangi sejak mereka masih kecil, saling membantu jika salah satu mereka kesusahan. tetapi saat mereka memasuki usia remaja, Fiora yang merasakan pilih kasih di antara mereka berdua, Fiona yang mendapatkan kasih sayang yang tulus dari kedua orang tuanya, sementara dia tidak pernah merasakan itu, hari demi hari berlalu kebencian di hati Fiora semakin memuncak karena suatu peristiwa saat dia berkelahi dengan Fiona. Fiora lari meninggalkan istana dengan air mata di pipinya akibat makian ayahnya, sampai detik itu dia tidak pernah kembali ke rumah mereka lagi.
Fiona yang merasakan perasaan bersalah di hatinya memikirkan saudaranya pergi yang tidak pernah kembali lagi, kini mereka sudah dewasa. Fiona mengambil ahli mengurus semuanya bersama Aaron. setelah beberapa waktu banyak terjadi penghianatan di negara itu yg mengakibatkan banyak korban jiwa, siapa menyebabkan itu semua? apakah orang yang paling mereka tidak sangk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon strbe cake, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rosella hanya bisa pasrah
“siapa itu, masuk.” ucap Robert terus memperhatikan dokumennya.
“Ayah lihat!” nada kegirangan Fiona segera berlari ke arah ayahnya, dia memperlihatkan kertas gambar di tangannya kepada Robert.
“Apa ini sayang mhm?” tanya Robert sambil mengangkat alisnya.
“Aku menggambar ayah dan ibu lalu ada aku juga di sana.” seru dengan bersemangat.
“Oh benarkah, baiklah mari ayah lihat.” Robert pun mulai membetulkan posisi kertas yang tergulung merapikannya di atas meja, lalu dia mengamati gambar itu dengan teliti.
Fiona yang sudah bersiap untuk menunggu pujian dari ayahnya, hanya berdiam diri di sana memandangi wajah Robert.
Senyum di bibir Robert pun segera terlihat, Ia sedikit memiringkan kepalanya menatap Fiona dengan main-main.
Fiona segera memeluk Robert dengan erat, terdengar cekikikan kecil di dada bidang Robert.
“kau melakukannya dengan baik sayang, ayah bangga padamu.” Gumam Robert di ujung kepala Fiona, membalas pelukannya perlahan.
Fiona melepaskan pelukannya sendiri dari Robert perlahan, saat Ia melirik ke arah Fiora yang kini berdiri di sana sedang memandangi mereka berdua.
“mengapa kau hanya berdiri di sana, ayo kesini, tunjukan pada ayah gambar yang kau buat.” Fiona segera mengerakkan jari-jarinya mengisyaratkan Fiora untuk mendekat dengan mereka.
Fiora mulai berjalan menuju meja ayahnya, dengan tersenyum dia mendekat ke sisi kiri Robert, meletakkan hasil gambarnya di atas meja tepat di samping milik Fiona.
“apa ayah juga menyukai gambar milikku, dan apa ayah tahu, aku juga yang mengajari kakak Fiona menggambar bersama ku!” dengan antusias di setiap perkataannya, Fiora menatap ayahnya menunggu pujian di sana.
Pelukan Robert pada Fiona tak pernah lepas, dia melirik sejenak ke arah gambaran itu, lalu kembali melihat milik Fiona.
“bagus,” katanya dengan singkat tanpa mengalihkan perhatiannya dari Fiona.
Fiona pun tersenyum lalu menganggukkan kepalanya dengan cepat kepada Fiora.
“Itu benar gambaran mu sangat bagus, aku juga akan terus belajar agar kemampuan ku sama seperti mu.” Ucap Fiona saat menatap Fiora.
namun Fiora menyadari sikap ayahnya yang jauh berbeda kepada dirinya, Ia hanya bisa tersenyum dengan paksa berusaha untuk menyembunyikan rasa sedih di wajahnya.
“terima kasih ayah, dan kakak” gumamnya.
“ayah sebentar lagi ulang tahun ku dan Fiora yang ke tujuh tahun, apa ayah sudah menyiapkan pesta untuk kami berdua?” Fiona mendekatkan wajahnya pada wajah Robert menatap ayahnya dengan tidak sabar.
“tentu saja sayang, apa pun untuk putri ayah, ayah sudah menyiapkannya sekaligus hadiah untukmu.” bisik Robert sambil mengecup pipi tembam Fiona berkali-kali.
“Sungguh, ayah memang yang terbaik!” Fiona segera memeluk erat ayahnya dengan tersenyum.
“ayo aduk peluk ayah bersama-sama.” Fiona menganggukkan kepalanya meyakinkan Fiora.
dengan ragu-ragu Fiora pun mulai memeluk ayahnya perlahan, dia tidak bisa tidak tersenyum saat merasa nyaman di sana.
wajah Robert tampak jijik terhadap sentuhan Fiora , namun dia memalingkan wajahnya sesaat untuk mengganti ekspresi itu dengan senyuman lebar.
“Wah sepertinya gadis-gadis ibu sedang bersenang-senang di sini ya.” Rosella dan Gemma memasuki ruang kerja Robert secara tiba-tiba.
Mendengar itu Robert segera melepaskan pelukannya dari Fiona, mengangkat wajahnya sedikit untuk melihat Rosella yang mendekat dengannya.
“apa yang membawa mu dan ibu kesini sayang, mengapa tidak meminta ku saja untuk datang.” Ujarnya.
“ibu hanya ingin membicarakan sesuatu kepada mu Robert.” balas Gemma.
“Fiona bawa adik mu pergi bermain di luar sebentar ya sayang.” Pinta Rosella kepada Fiona.
“Ya bu, kami akan bermain di luar bersama adik.” Fiona segera menarik tangan Fiora, membawanya bersamanya.
Setelah beberapa larian kecil mereka, Fiona dan Fiora sampai di lantai tinggi rumah mereka berhenti disana.
“Lihat di sini pemandangannya sangat bagus.” seru Fiona sambil menunjuk ke arah rumput hijau di bawah mereka.
Fiora segera mengikuti pandangan Fiona melihat ke bawah dengan berbinar.
“bagaimana jika kita pergi ke bawah sana dan bermain.” usul Fiona dengan antusias memegangi tangan adiknya.
“tapi kakak, ibu bilang aku tidak boleh pergi keluar dan di lihat oleh orang-orang, jadi aku tidak bisa pergi ke sana, aku takut ibu akan marah padaku.” gumam Fiora dengan raut wajah sedih.
Fiona segera terdiam saat mendengar perkataan Fiora, ia kembali melihat langit cerah dengan berpikir.
“Itu benar, aku heran mengapa ibu melakukan itu kepada mu...”
“mungkin ibu hanya takut aku pergi lalu menghilang, ibu sangat sayang padaku, dia pasti sangat menghawatirkan ku kan kak.” ucapnya saat melihat ke arah langit juga.
“itu benar, ibu pasti menghawatirkan mu.” Senyum Fiona menoleh untuk menatap adiknya.
“Apa yang perlu di bicarakan bu, ayo silakan duduk dulu.” Robert berdiri dari kursinya, memegangi bahu Gemma menuntunnya untuk duduk di sofa.
Saat Gemma dan Rosella sudah duduk, Robert pun mengambil posisinya di sofa tunggal yang berhadapan langsung dengan keduanya.
“Ada apa bu, apa yang ibu ingin katakan.” Robert menyilangkan kakinya menunggu balasan Gemma.
“Ibu hanya ingin membahas tentang pesta Kevin yang akan sebentar lagi mulai, Robert kita akan pergi malam ini juga, lebih baik datang lebih awal daripada datang terlambat bukan, lagi pula Kevin pasti membutuhkan bantuan kita mungkin di sana.” saran Gemma saat menatap Robert.
Robert tampak terdiam, dia melihat ke arah langit-langit kamar seolah berpikir dengan saran yang diberikan itu.
“Ibu benar sayang, lagi pula kita selalu melakukan itu bukan, di pesta Kevin sebelum-sebelumnya.” usul Rosella juga.
“begitu ya, baiklah.” balas Robert, Ia melirik ke arah Rosella dengan kedipan mata nakal, mengerakkan alisnya beberapa kali ke atas dengan menyeringai.
Rosella menggelengkan kepalanya perlahan, mengisyaratkan kepada Robert untuk berhenti.
“dan juga semua persiapan akan di kerjakan oleh Rose, kita pergi tanpa membawa apa pun,” ucap Gemma.
“Rose ya.... dia memang bisa di andalkan.” Robert menganggukkan kepalanya dengan setuju.
“baiklah ibu rasa sudah cukup perbincangan kita, ibu akan kembali beristirahat untuk mempersiapkan malam ini.” Gemma berdiri perlahan dari tempatnya.
“mari bu biar aku bantu.” Saat Rosella ingin memegangi tangan ibunya.
Gemma segera menarik tangannya untuk menjauh, dan mulai berjalan dengan sendiri ke arah pintu keluar.
“ibu masi bisa sendiri, ibu masi sehat dan kuat.” celetuk Gemma, ia pun mulai membuka pintu perlahan lalu, menutupnya kembali.
Kini ruangan itu hanya menyisakan Robert dan Rosella, Rosella sedikit takut melirik ke arah Robert sebentar, dia menyadari mengapa ibunya meninggalkan dirinya di sini.
Robert dengan seringai lebarnya segera menjilat bibirnya saat menelusuri tubuh Rosella dari atas dan ke bawah dengan matanya, dia pun berdiri perlahan dari tempat duduknya, mulai menangkap Rosella dengan cepat, lalu mengendongnya dengan alah pengantin, Robert pun berjalan membawa Rosella berniat untuk meletakkannya di meja kerjanya, bisikan-bisikan samar terdengar tidak jelas di sana.