Tiba-tiba saja Alexa menghilang di hari pernikahannya, daripada malu baik pihak laki-laki dan perempuan sepakat menikahkan Gavin dengan Anjani. Anjani sendiri merupakan kakak dari Alexa, tetapi Gavin tidak mencintainya dengan alasan usia yang lebih tua darinya. Selisih usia mereka terpaut 6 tahun, Gavin selalu berlaku kasar.
Suatu hari Alexa kembali, ia ingin kekasihnya kembali. Gavin sendiri sangat senang, mereka berencana mel3nyapkan Anjani? Berhasilkah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dollar Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14
Roy tidak ingin memaksa Anjani, nanti dia merasa kurang nyaman berada di dekatnya.
"Sudah saya perban," ucap Roy.
"Makasih ya, Mas Roy," sahut Anjani.
"Sama-sama, biar saya aja yang masak."
"Emang Mas Roy bisa?"
"Bisa, asal kamu yang kasih tahu."
"Astaga, ya sudah kalo gitu." Anjani pun menemani Roy masak sampai selesai.
"Bisa kan saya masak," ucap Roy dengan bangga.
"Itu pun saya yang kasih tahu," sahut Anjani.
"Iya deh, ayo makan."
"Hemm ...."
Sarapan kali ini terasa lebih semangat untuk Roy karena makan berdua bersama wanita yang ia suka.
"Gimana?" tanya Roy.
"Enak kok, masakannya," sahut Anjani.
"Berarti saya udah bisa buka usaha lalapan."
"Nanti aja, belum layak untuk dijual."
"Astaga mulut kamu ini."
"Hahaha ..." Anjani malah tertawa.
Roy hanya menggeleng pelan melihat Anjani tertawa, lalu ia melihat jam tangan.
"Astaga!" teriak Roy.
"Eh, ada apa?" tanya Anjani.
"Saya baru ingat jam 9 harus meeting sama klien, maaf ya, Anjani. Saya harus pergi," sahut Roy.
"Bagaimana dengan lukisan kamu, Mas?"
"Lukisannya yah, benar juga. Oh, saya tahu. Gimana kalau saya tantang kamu," ucap Roy.
"Nantang saya," sahut Anjani, "maksudnya gimana?"
"Kamu lukis tapi tanpa melihat saya, bisa nggak? Kalau lukisan kamu berhasil, akan saya bayar dengan fantastis. Tapi ...." Roy menjeda kalimatnya.
"Tapi apa?" tanya Anjani.
"Kalau nggak sama, kamu harus lukis saya selama 3 hari penuh dan gratis!" sambung Roy. Anjani terlihat berpikir, sepertinya ini tantangan baru dan juga resikonya lumayan unik. "Gimana, An?"
"Oke, saya mau."
"Sip, kalau gitu saya pergi dulu. Yang semangat lukisnya, oke."
"Iya ...."
Baru juga sampai pintu, Roy kembali berbalik.
"Anjani," panggil Roy.
"Kenapa lagi, Mas?" tanya Anjani.
"Lain kali kalo mau makan ke restoran aja, jangan masak nanti kecipratan minyak lagi, sayang kulit kamu, bye!" Roy langsung pergi tanpa mau mendengar jawaban Anjani.
"Nih orang unik banget," gumam Anjani sambil terkekeh, lalu melanjutkan pekerjaannya kembali.
Sedangkan Gavin sudah sampai di desa, ia pergi sejak subuh tadi. Jadi tidak tahu kalau Anjani pergi, karena pikirannya hanya fokus kepada Alexa.
"Apa benar Alexa tinggal disini," gumam Gavin sambil menyusuri jalan.
Tiba-tiba ada segerombolan anak-anak lari, dan mereka menyenggol seseorang yang berjualan kue.
"Hey, kalian!" teriak Alexa.
Gavin mendengar suara familiar itu, ia langsung menoleh dan mencari siapa yang berteriak. Rupanya orang itu ada di belakang mobil, Gavin terkejut melihat siapa orang itu. Ia pun keluar dari mobil dan menarik penjual kue itu, sudah sangat lama rasanya mencari sang kekasih.
"Kamu Alexa kan?" tanya Gavin.
"Mas Gavin," sahut Alexa terkejut.
Gavin menatap Alexa dari bawah sampai atas, penampilannya lusuh dan bau.
"Apa yang terjadi?" tanya Gavin, "kenapa penampilan kamu kayak gini?"
"Nggak papa, Mas."
"Ikut aku sekarang!"
"Nggak bisa, Mas."
"Kenapa?"
"Ya pokoknya nggak bisa."
"Enak aja, aku capek cari kamu!" ucap Gavin langsung membuang kue milik Alexa, dan memasukkannya ke dalam mobil. Kali ini, Gavin punya banyak pertanyaan.
"Mas!" panik Alexa.
"Kenapa?" tanya Gavin sambil menyetir.
"Mas Gavin tahu aku ada disini," sahut Alexa.
"Ya!"
"Kok bisa?"
"Aku sewa anak buah buat cari kamu."
Alexa benar-benar melupakan siapa Gavin, tentu saja putra tunggal keluarga Andreas.
"Kita mau kemana ini?" tanya Alexa, "aku nggak mau pulang."
"Kita ke kota, dan kamu tenang aja nggak bakalan pulang ke rumah. Tapi kamu akan tinggal di apartemen aku," sahut Gavin lalu melirik perut Alexa yang sudah membesar dan tangan Gavin membelainya.
"Mas ngapain?" tanya Alexa terkejut.
"Seharusnya kamu jangan kabur, biar anak kita nggak kekurangan gizi."
"Mas gila yah!" kesal Alexa.
"Nggak papa aku gila, asal nikah sama kamu."
"Apaan sih, Mas!"
"Sudahlah Al, yang penting kita harus sampai ke apartemen dulu."
Setelah jam 12 siang, Anjani merasa lapar. Ia membuka ponselnya untuk memesan makanan, karena untuk masak pun sudah malas gara-gara kejadian pagi tadi. Rupanya, sang papa menelpon.
"Papa," gumam Anjani dan ponsel terus berdering. Karena penasaran, lagi pula jarang-jarang papanya ini menelpon seperti ini. [ "Hallo ...." ]
[ "Ya, hallo, Anjani." ]
[ "Ada apa, Pa?" tanya Anjani. ]
[ "Bisa kita ketemu," sahut Johan. ]
[ "Nggak salah Papa ingin ketemu saya?" ]
[ "Enggak!" ]
[ "Ya udah, dimana?" ]
[ "Restoran Bara Food, sekarang!" Johan langsung mematikan ponselnya. ]
"Cih!" decih Anjani.
Sampai di restoran Bara Food, Johan memesan makanan. Tidak lama Anjani datang, ia melepas kacamatanya saat sampai di meja. Anjani juga melihat sang papa hanya memesan satu menu saja, sepertinya tidak akan pernah mau mentraktir anak sulungnya ini.
"Kamu sudah sampai," ucap Johan, "duduk!"
Anjani pun duduk, lalu ia memanggil pelayan.
"Mbak," panggil Anjani.
"Iya, Kak," sahut pelayan yang disuruh memanggil kakak ketika sama pelanggan perempuan.
"Saya pesan nasi goreng yah, sama minumannya lemon tea."
"Baik Kak, silahkan ditunggu!"
"Hemm ...."
Johan menatap Anjani dengan tajam, ia tidak menyangka anak ini juga memesan makanan. Anjani yang sadar ditatap tajam, langsung menjelaskan.
"Saya lapar dan kebetulan Papa ngajak ketemuan di jam makan siang, tenang aja, saya bayar sendiri kok. Jadi, mau ngomong apa? Saya nggak punya banyak waktu, kalau udah selesai bakalan pindah meja!"
"Sopan ngomong gitu sama orang tua!" ucap Johan.
"Langsung ke intinya, Pa!" sahut Anjani dengan tegas, tidak ada senyum sama sekali.
"Oke, apa kamu tahu tentang Alexa dan Gavin?"
Anjani tahu pasti kebusukan Alexa dan Gavin akan terbongkar, tetapi ia tidak ingin masuk terlalu dalam.
"Kenapa Papa tanya itu?"
"Kemarin Papa temuin Sinta dan Dara!"
Mata Anjani langsung tajam mendengar nama keduanya, Johan juga merasakan perubahan Anjani ketika menyebut nama dua gadis itu.
"Lalu?" tanya Anjani.
"Katanya Alexa dan Gavin sudah melakukan kesalahan-kesalahan yang luar biasa, Dara juga bilang cuma kamu yang tahu!"
"Owh, jadi Papa sudah ketemu sama mereka berdua."
"Iya, dan Papa minta kamu untuk cerita semuanya."
"Oke, saya akan cerita tapi jangan marah."
"Papa nggak akan marah."
"Sebaiknya pegang janji Papa."
"Iya."
"Mereka melakukan layaknya suami istri saat SMA bahkan berlanjut ke bangku kuliah, Alexa dan Gavin. Nggak hanya itu, Alexa juga punya pacar namanya Raka. Semua yang keluar dari mulut Alexa tentang saya, itu nggak bener justru dia yang melakukannya. Masalah saya dipecat dari sekolah, itu karena Alexa dan Gavin memfitnah saya sebagai guru korupsi! Mereka juga beberapa kali melakukan percobaan pembunuhan terhadap saya, tapi selalu gagal. Dan alasan Alexa pergi juga saya tahu, dia hamil anak Gavin! Alexa juga pernah berhubungan dengan Raka, bahkan lebih panas daripada Gavin. Mencuri uang Papa, ingat? Itu Alexa, dia curi uang Papa biar bisa kasih ke keluarga Raka! Tapi apa? Saya kan yang dituduh, sebenarnya udah dari lama pengen menghajar Alexa tapi waktunya belum tepat. Masih banyak kejahatan Alexa pada saya, jadi kali ini kalau dia dan Gavin atau pun Raka berusaha membunuh saya, mereka akan saya balas! Kalau Papa atau Mama yang maju membela Alexa, kalian layak jadi musuh saya! Semua bukti, ada pada saya!"
Johan sudah tidak bisa menjawab dan bertanya apa-apa lagi, ini sangat mengejutkan.
Makanan pesanan Anjani datang, "Ini Kak."
"Oke, makasih!" Anjani langsung mencari meja lain untuk makan.
Johan dari tadi juga salah fokus dengan muka dan leher Anjani, kenapa memakai perban.
Setelah selesai meeting, Roy ke tempat sepi karena ada orang yang ingin ditemui.
"Pak Roy," ucap seseorang menyerahkan sesuatu.
"Terima kasih," sahut Roy, "kamu boleh pergi."
"Baik, Pak Roy."
Kemudian Roy kembali ke ruangannya dah menatap map itu.
( "Maaf Anjani, saya harus menggali informasi kamu." Roy membatin, ternyata sejak pertama bertemu Anjani sudah menyuruh seseorang untuk menyelidikinya sampai ke akar-akarnya. )
BERSAMBUNG
luar binasa Gavin ini
bener2 penjahat kelamin
😡😡😡😡
semoga datang karma pada mereka..
Anjani aja gak pernah gangguin hidup mu...kamu aja yang tiap hari usil...
orang ketus mank harus dibalas ketus 👍👍👍