Love Stalker Syndrome

Love Stalker Syndrome

Pembuka

"Ahh.. Aru.. I need more.." desahan manja sang wanita begitu jelas terdengar di telinga setiap orang yang ada dalam acara pernikahan mewah itu.

Di hadapan para tamu undangan, layar proyektor yang seharusnya menampilkan kilas balik kedua mempelai sebelum bertemu dan menjalin cinta, kini malah menampilkan adegan panas. Terlebih lagi, pelaku kegiatan panas tersebut adalah sang mempelai pria. Dimana sang mempelai pria dengan jelas menikmati kegiatan itu.

Sang mempelai wanita terus memperhatikan tanpa sedikitpun memalingkan wajah. Napasnya tak beraturan menahan luapan amarah. Rasa kecewa menghantam dirinya. Sudah cukup ia menyaksikannya. Air matanya jatuh. Ia memejamkan mata mencoba menenangkan hatinya.

Setelah merasa menguasi control dirinya, sang mampelai wanita berbalik menatap sang pria yang sedari tadi hanya diam.

Plak!

Satu tamparan yang cukup keras dilayangkan sang mempelai wanita.

"Bajingan!! I hate you! Aku tidak ingin menikah dengan pria yang suka berselingkuh! Detik ini juga pernikahan kita batal!!" itulah luapan amarah sang mempelai wanita yang sudah di khianati calon suaminya.

Di hadapan para tamu undangan, pria itu merasa dipermalukan. Apalagi dia ditinggalkan sang wanita di atas altar. Calon istrinya sudah pergi dengan keluarga wanita itu yang merasa kecewa.

"Arutala." Panggilan itu menyadarkan Arutala.

Pradana Ganapatih ayah dari Arutala Ganapatih menghampiri putra pertamanya yang masih berdiam diri.

"Papa tidak akan menyalahkan tindakanmu itu. Tapi papa tidak mau jika sampai ada wanita tidak jelas yang tiba-tiba datang dan mengaku mengandung anakmu. Urus dalang dibalik kejadian ini. Papa akan mengurus media dan menjelaskan tentang pernikahanmu yang batal." Setelah mengatakannya, Pradana langsung keluar.

Elisa mengusap belakang kepala putra tertuanya. Wanita dengan senyuman hangat itu menggenggam tangan Arutala.

"Ibu harap insiden ini tidak membuatmu terpuruk. Apapun keputusanmu, mama akan selalu mendukungmu. Mama percaya padamu Aru."

Arutala membalas dengan senyuman. Setelah memastikan kondisi anaknya, Elisa berjalan keluar menyusul sang suami.

"Wah.. sungguh pertunjukan yang sangat epic." Ujar Kavin penuh takjub. Ia bertepuk tangan dengan dramatis.

"Aku tidak tau kau bisa sepanas itu saudaraku." Sang adik juga tidak ingin ketinggalan menggoda sang kakak. Banura Ganapatih, anak kedua di keluarga Ganapatih. Dia dan Arutala hanya terpaut tiga tahun.

"Aku kira kali ini kau akan benar-benar menikah. Ternyata aku salah. Penguntitmu itu justru menyebar aibmu."

Arutala menarik kadua sudut bibirnya. Tersenyum puas dengan kadaannya sekarang. Tatapannya gelap penuh dendam. Satu tangannya terkepal kuat, dan satunya lagi melonggarkan dasinya. Ia melepas tuxedonya, menyisakan kemeja putih.

"Cukup sudah main-mainnya. Setelah berhasil menangkap penguntit kecilku, akan ku pastikan dia tidak akan bisa lepas dariku." Ucapnya penuh tekad.

Banu dan Kavin saling bertukar pandang. Seakan tau maksud Arutala.

"Cukup menyeramkan. Tapi sebelum itu, kita harus bisa keluar dari gedung ini terlebih dahulu. Para awak media sudah siap memburu berita dari gagalnya pernikahan sang konglomerat." Ucap Kavin menggambarkan kondisi saat ini.

"Kavin benar. Lagi pula kak, apa kau tidak sedih? Sedikitpun? Aku sempat melihat jika Davina tadi menangis tersedu-sedu."

Sedih? Jelas tidak. Pernikahannya hanyalah pernikahan bisnis. Ia tidak pernah benar-benar ingin menikah.

Hanya saja satu tahun terkahir, setiap Arutala akan menjalani kencan buta selalu ada bukti yang menunjukkan kejelekan dari orang akan ia kencani. Alhasil Arutala akan selalu menolak. Dan bukti-bukti itu dikirim secara anonym.

"Tidak ada waktu untuk menangis Banu. Lebih baik aku bekerja keras untuk menemukan pelaku ini semua."

"Aku suka semangatmu itu kawan." Dukung Kavin.

"Oke. Kalau gitu ikuti aku. Kita keluar pakai mobilku yang tidak terlalu mencolok. Tapi kita tunggu sampai papa membuat klarifikasi dulu di depan media." Kata Banu. Adiknya itu memang bisa diandalkan.

*\~*

"Pernikahannya berhasil dibatalkan." Kalimat yang paling ia tunggu akhirnya terlaksana.

Milantika Pramoedya, dialah wanita yang ada di dalam video panas bersama Arutala. Untungnya, video yang terputar tidak dengan jelas menunjukkan wajahnya. Video itu hanya menunjukkan wajah Arutala. Dan itulah rencananya.

"Selanjutnya apalagi Milan?" tanya Lyra.

Milan menyesap winenya dengan tenang. "Tidak ada. Aku hanya perlu menunggu." Wajahnya bahkan terlihat santai.

"Masalahnya, untuk apa kau selalu mengagalkan kedekatan Arutala dengan wanita lain, jika kau sendiri tidak bergerak dan menunjukkan dirimu tertarik dengannya."

"Hanya, tidak ada wanita yang pantas bersanding dengan Aru selain diriku."

"Iya terus? Kau ingin menikah dengannya atau tidak?"

Cukup lama Milan terdiam. Dan Lyra menahan cukup sabar untuk tidak mengacak-ngacak rambut indah sahabatnya.

"Apa aku harus menikah dengannya?" Milan Justru bertanya balik.

Lyra menggeram. Kesal dengan sifat aneh Milan. Selama hampir setahun Lyra membantu Milan dalam menyelidiki calon-calon kandidat yang akan menjadi calon kekasih Arutala. Dan memang semua kandidat yang berhasil Lyra selidiki semuanya tidak cocok bersanding dengan Arutala.

Dan hanya Davina yang lumayan pantas. Tidak, lebih tepatnya sangat tepat. Karena Lyra tidak bisa menemukan aib wanita itu. Jadilah mereka mengagalkan pernikahan Arutala dengan membuat pria itu terlihat brengsek.

"Tentu saja Milan.. lalu apa tujuan dari semua ini jika kau tidak berakhir menikah dengannya?" penuh kesabaran Lyra menyelesaikan ucapannya.

"Aku hanya tidak mau Aru menjadi milik siapapun. Dan itu bukan berarti aku harus menikah dengannya bukan?"

Lyra menepuk jidanya frustasi. "Baiklah. Kau benar. Kau tidak harus menikah dengannya."

Tidak adalagi yang bisa Lyra lakukan. Jika itu sudah mutlak keputusan dari Milantika Pramoedya.

Milan menatap foto Arutala yang masih mengenakan seragam sma. Foto itu ia ambil saat dirinya masih duduk di bangku sma. Dan saat itu, Arutala adalah seniornya. Ia diam-diam mengambil foto Arutala yang dengan santai duduk di bawah pohon rindang. Tubuh atletis Arutala kala itu berubah sepenuhnya. Kini tubuh Arutala lebih kekar. Jika pada masa itu, Arutala memiliki wajah polos dan menenangkan, kini Arutala memiliki wajah yang selalu terlihat serius dan memiliki tatapan yang tajam.

Milan akan selalu menyukai setiap perubahan dari diri Arutala.

Dering dari ponselnya menyadarkan lamunannya. Panggilan masuk. Dan nama yang tertera dari panggilan itu adalah nama dari orang yang kini memenuhi otak kecilnya.

'Arutala calling'

Lekas Milan menjawab panggilan itu.

"Iya pak?" sapanya.

"Milan, cepat temui saya di kantor."

"Bukannya hari ini pernikahan Pak Aru? Kenapa Pak Aru justru menyuruh saya datang ke kantor?"

"Apa kau tidak membaca berita? Pernikahan ku di batalkan. Jadi hari liburmu juga batal. Sekarang kembali bekerja. aku tidak bisa bekerja tanpa asisten pribadiku."

Milan tersenyum penuh arti.

"Baik pak. Saya akan ada di sana dalam tiga puluh menit."

Segera Milan berjalan menuju walk-in closet. Berganti dengan pakaian kerjanya. Tak lupa pula ia memakai kaca mata. Milan menatap pantulan dirinya di cermin. Ia sudah tampak normal seperti pegawai pada umumnya.

Inilah Milan. Dia bekerja sebegai PA untuk Arutala. Samaran yang sempurna untuk bisa terus berada di samping pria itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!