"Lupakan status kita sebagai saudara tiri, kau yang menggagalkan ku bermain dengan para wanita maka kau sendiri yang menggantikan posisi mereka." (Ares Leonardgo).
1 Tahun tinggal sendirian Naomy Laura Gilbert biasa dipanggil Nao terpaksa harus meninggalkan dunia bebasnya demi keinginan sang mama untuk tinggal bersama keluarga barunya..
Di rumah baru itu Nao bertemu dengan kakak tirinya pria tampan blasteran France (Ares Leonardgo) yang tanpa sepengetahuan Nao jika keduanya pernah satu ranjang menghabiskan waktu dalam satu selimut.
.
.
Lantas bagaimana kelanjutan hubungan mereka berdua? simak kisah selengkapnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dilla_Nurpasya_Aryany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28
Ares melepas ciuman panas itu saat nafas keduanya hampir habis, ditatapnya wajah cantik Nao yang kini berada tepat di atas pangkuan Ares. "Kau tahu tindakanmu ini apa?."
Jari lentik Nao mengelus wajah tampan Ares menyentuh bibir sexy pria itu yang melahap rakus bibirnya barusan. "Aku tahu, dan sekarang kau kekasihku kakak angkuh."
"Nao.." Lirih Ares.
"Ya?." Nao memainkan rambut pria itu.
"Tidak ada lagi party-party menghabiskan waktu bersama pria lain, kau kini milikku seorang." Lanjut Ares sambil menyingkirkan rambut panjang Nao yang menutupi leher jenjangnya.
"Bagaimana denganmu yang juga ternyata mantan Casanova, hmm?." Timpal Nao.
Ares menyunggingkan senyum tipis seraya mencium leher jenjang Nao mengh*sapnya pelan, membuat Nao meremas rambut Ares saat merasakan geli juga nikmat terasa bersamaan.
"Aku sudah hilang selera untuk itu, jawabannya kau sendiri." Balas Ares.
"Aaahh.." Sengaja Nao meloloskan d*sahannya untuk memancing Ares.
"Oh ****! kemari." Ares kembali meraih bibir ranum Nao menyesapnya dalam. Suara kecapan bibir mengisi seluruh ruang penginapan tersebut.
Tangan kekar Ares tak diam mulai nakal masuk ke dalam baju Nao semakin naik ke atas. "Sudah ku bilang jangan menggodaku jika kau tak mau tanggung jawab." .
"Oke sorry." Jawab Nao tersenyum puas, seraya memeluk tubuh kekar pria itu.
Ares membalasnya erat, membenamkan wajah pada leher jenjang Nao. "Bukankah bahaya jika seorang wanita dan pria berada dalam satu kamar yang sama?."
"Ya, sangat bahaya dan kurasa kau sendiri tak tahan akan itu." Bisik Nao melirik milik Ares yang sudah bereaksi lebih.
Ares menggigit bibir bawahnya.
Nao yang tak mau lama-lama di ruangan itu memilih turun dari atas pangkuan, ia tahu jika bu Fara akan datang ke sana untuk memberikan laporannya. "Aku harus kembali ke kamar sebelum yang lain datang."
Sebenarnya itu bukan alasan utama Nao ia hanya gugup juga canggung saat hubungan mereka kini sudah resmi sebagai kekasih.
"Aku akan datang ke kamarmu." Lirih Ares.
Nao menggeleng. "Ayolah jangan membuatku semakin gugup, bagaimana jika yang lain curiga aku tak mau."
Melihat pipi Nao yang merona Ares menyunggingkan senyum tipis. Rasanya ia ingin melahapnya sekarang juga. "Aku pimpinan di sini jadi kau tidak bisa mengaturku, bagaimana dengan itu?."
"I don't care." Sengaja Nao meniru gaya dingin Ares, setelahnya ia berlalu keluar dari kamar pria itu tanpa menunggu Ares bicara..
"Oh ****!." Ares gemas sendiri. Diliriknya milik Ares yang terpancing bangun akan ulah Nao pria itu memilih masuk ke kamar mandi menyelesaikan apa yang harus diselesaikan. "Sangat tidak bertanggung jawab, lihatlah pembalasanku nanti Laura Gilbert!."
Sesampainya di kamar Nao melemparkan tubuh pada kasur ia mengatur nafasnya agar bisa tenang, perasaan senang, tegang juga gugup bercampur aduk dalam diri wanita cantik itu. "Apa aku mimpi menjalin hubungan dengannya?."
"Aw!." Nao meringis saat mencubit pipi. "Bukan, ini bukan mimpi."
Hal yang dihindari bahkan tak terlintas sedikitpun dalam benak Nao untuk mengutarakan perasaannya, kini telah terjadi Nao membiarkannya mengalir begitu saja. "Karena aku juga mencintainya."
"Ah ya tuhan, pria dingin menyebalkan itu kini kekasihku."
.
Hari berikutnya.
Nao seperti biasa juga rekan yang lain disibukkan dengan pekerjaan untuk menyelesaikan projek.
Karena ada panggilan penting dari perusahaan Ares terpaksa harus kembali duluan. Nao tahu itu dan ia bersikap seolah tak terjadi apa-apa karena keduanya sepakat untuk menyembunyikan dulu hubungan.
Sesampainya di perusahaan setelah melaksanakan meeting, Ares mendapati Andrew kakaknya ada di ruangan kerja Ares.
"Sejak kapan?." Tanya Ares seraya melepas jasnya.
"Beberapa menit yang lalu." Andrew menyodorkan berkas penting pada sang adik. " Tandatangani itu."
"Oke."
"Apa Nao hari ini ada di perusahaan?."
Ares melirik kakaknya. "Katakan, apa ada sesuatu?."
"Temanku Mark ingin menemuinya secara pribadi setelah bertemu dengan Nao di acara pertunanganku kala itu." Ujar Andrew.
"Katakan saja tidak bisa! dia sedang menjalankan projek yang sedang ku pimpin."
Andrew mengerutkan kening seolah membaca raut wajah adik kesayangannya. "Mark tidak meminta sekarang, dua hari yang akan datang dan kakak rasa projek itu sebentar lagi selesai Res."
"Aku tidak pernah menarik kata-kataku dan kau tahu itu." Potong Ares tak menerima bantahan.
Andrew berdiri dari duduknya menepuk pundak Ares. "Sudah ku duga diantara kalian ada sesuatu."