Krystal Berliana Zourist, si badgirl bermasalah dengan sejuta kejutan dalam hidupnya yang ia sebut dengan istilah kesialan. Salah satu kesialan yang paling mengejutkan dalam hidupnya adalah terpaksa menikah di usia 18 tahun dengan laki-laki yang sama sekali belum pernah ia temui sebelumnya.
Kesialan dalam hidupnya berlanjut ketika ia juga harus di tendang masuk ke Cakrawala High School - sekolah dengan asrama di dalamnya. Dan di tempat itu lah, kisah Krystal yang sesungguhnya baru di mulai.
Bersama cowok tampan berwajah triplek, si kulkas berjalan, si ketua osis menyebalkan. Namun dengan sejuta pesona yang memikat. Dan yang lucunya adalah suami sah Krystal. Devano Sebastian Harvey, putra tunggal dari seorang mafia blasteran Italia.
Wah, bagaimana kisah selanjutnya antara Krystal dan Devano.
Yuk ikuti kisahnya.
Jangan lupa Like, Komen, Subscribe, Vote, dan Hadiah biar Author tambah semangat.
Salam dari Author. 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icut Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 12 : CAKRAWALA HIGH SCHOOL & DEVANO SEBASTIAN HARVEY
3 hari telah berlalu sejak hari pernikahan paksa itu. Krystal masih betah mengurung dirinya di kamar. Tidak keluar sama sekali, bahkan hanya sekedar untuk sarapan atau makan malam. Hanya pelayan yang keluar masuk kamarnya untuk mengantarkan makanan. Pint kamarnya memang dikunci, namun para pelayan Mansion ini memiliki akses kunci cadangan yang sudah pasti mendapatkan izin dari Papa William untuk digunakan. Lalu apa yang bisa Krystal lakukan? Melawan? Sudah sering.
"Permisi, Non. Ini makan malamnya." Merry---Wanita 60 tahun yang berperan sebagai kepala pelayan Mansion Zourist itu membungkuk, lalu beranjak keluar kamar.
Sekarang, Krystal tengah duduk menyamping di pembatas balkon kamarnya---termenung, menyandarkan kepala pada pilar dengan kedua kaki yang ditekuk.
Di bawah sana ada 5 orang bodyguard berbadan kekar yang mengawasi, pasalnya memang posisi duduk Nona Mudanya itu cukup membuat spot jantung. Jadi mereka berjaga-jaga di bawah sana kalau saja Krystal terjatuh atau sengaja menjatuhkan diri, mengingat setelah hari pernikahan tersebut Krystal tidak berbicara dengan siapapun, bahkan mengabaikan kedatangan dua sahabatnya.
**Flashback On**
"*Krys sorry banget kalau gue nggak bisa bantuin lo untuk kali ini. Lo bahkan kenal baik gimana bokap lo. Yang udah dia putuskan nggak akan bisa ganggu gugat. Mau lo kaur ke ujung dunia sekalipun, bokap lo akan tetap bisa nemuin lo. Lo nggak sehebat itu untuk selalu ngelawan nya, Krys. Selama ini dia biarin lo keluar dari Mansion, semata-mata karena dia ingin ngasih lo ruang. Bukan benar-benar ngelepasin lo*."
"*Krys, lo nggak punya kuasa untuk ngerubah takdir dari Tuhan. Begitupun gue, Sasa atau seluruh orang di dunia ini. Dan inilah takdir lo. Dan lo harus terima itu*."
"*Ini pertama kali kan gue dan Sasa nolak permintaan lo? Selama ini apapun yang lo suruh kek kita berdua, gue sama Sasa selalu berusaha untuk penuhin itu. Tapi untuk kali ini nggak, Krys. Kami nggak punya kuasa untuk merubah takdir lo. Gue cabut*."
**Flashback Of**
Memori itu melintas di benak Krystal. Takdir? Ck! Iya takdir dengan bangsat memang. Sekalipun takdir hidupnya yang paling lucu. Kenapa lucu? Bayangkan saja, 3 hari sudah pernikahan ini berlangsung tapi Krystal sama sekali belum pernah bertemu dengan laki-laki yang sudah sah menjadi suaminya itu. Krystal hanya tahu namanya saja.
**Devano Sebastian Harvey**.
Jika didengar dari namanya, Krystal juga sudah bisa menebak setampan apa si empunya namanya itu. Namun, bukan itulah masalahnya. Krystal tidak peduli setampan apa suaminya, meski bahkan adalah laki-laki tertampan di dunia sekalipun. Yang jadi masalahnya adalah Krystal belum mau menikah. Itu masalahnya!
Sekarang katakan, pernikahan macam apa yang sedang Krystal jalani sekarang, disaat dirinya sama sekali belum pernah bertemu dengan sang suami sampai detik ini. Sebenranya Krystal juga tidak peduli, mau laki-laki itu pergi dan tak kembali sekalipun. Itu artinya, akan lebih cepat Krystal bisa lepas dari ikatan pernikahan tidak jelas seperti ini. Tapi ini sama saja dengan penghinaan untuknya. Menikah, tapi wujud suami tidak terlihat.
"William kampret!"
Krystal menggeram meraih salah satu pot bunga kecil yang ada di balkon lantas melemparnya tepat ke arah lemari kaca.
PRANG!
Dalam sekejap suara pecahan itu menggema di dalam kamar. Nafasnya memburu, dadanya naik turun dan menatap nyalang pecahan kaca di lantai. Detik berikutnya, mata Krystal terfokus pada pecahan beling yang berserakan di lantai. Ia melangkah dan meraih salah satunya.
Memejamkan matanya sejenak, Krystal menarik nafas nya kuat terlebih dahulu, bersiap untuk menggores pergelangan tangannya, sebelum benar-benar menggoresnya, tangan kirinya terkepal. Lalu membanting beling tersebut kembali ke lantai.
"Gue nggak mau mati! Tapi gue juga nggak mau hidup kayak gini!!! Arghhh Tuhan!!" Krystal mengerang frustasi, mengacak-acak rambutnya persis seperti orang depresi.
Mata Krystal tanpa sengaja tertuju pada cincin yang melingkar di jari manisnya. Kenyataan bahwa ia telah menikah dan terikat dengan seorang cowok membuatnya semakin gila.
Jika Krystal melepas cincin ini, maka kalian akan bisa melihat nama seseorang terukir di dalamnya.
Devano.
Apakah mungkin jika di cincin laki-laki itu juga tertulis nama Krystal?
"Devano, kenapa lo mau dinikahin kayak gini sama gue coba? Tolol!" Mendesah kasar, menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang.
Jelas itu menjadi tanda tanya untuk Krystal. Pasalnya William Zourist saja jika bisa, ia sudah berulang kali ingin menukar tambah Krystal. Dan ini ada satu manusia yang sengaja masuk ke lingkar hidup berantakan Krystal.
Kan gila.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"PA! AKU NGGAK MAU!!"
Again.
Empat kata yang akan selalu didengar oleh penghuni Mansion mewah ini.
Dan pagi ini, Krystal kembali berulah.
"Bagaimana kamu bilang nggak mau, hm? Sementara kamu sudah di drop out dari SMA Panca Dharma." Ujar Papa William.
"Aku nggak di drop out! Papa pikir aku bodoh, hah?! Aku tahu pasti ini semua rencana Papa yang buat aku dikeluarkan dari sekolah dengan sengaja. iya, kan?"
Belum sempat Papa William bersuara, Krystal berteriak.
"MAU PAPA APA, SIH?! AKU UDAH IKUTIN SEMUA YANG PAPA MINTA!! KEMBALI KE MANSION! BAHKAN TERMASUK MENIKAH DENGAN LAKI-LAKI YANG SAMPAI SEKARANG AJA NGGAK PERNAH AKU LIHAT WUJUDNYA! SEKARANG PAPA MAU MASUKIN AKU KE CAKRAWALA HIGH SCHOOL! PAPA PIKIR AKU NGGAK TAHU KALAU ITU SEKOLAH BERBASIS ASRAMA, HAH?! ITU BOARDING SCHOOL, PAPA!" Krystal Frustasi, pokonya akan selalu begini jika sudah berhadapan dengan sang Papa.
Hari ini Krystal berniat untuk kembali masuk sekolah setelah satu minggu libur. Sudah rapi dengan seragam putih abu-abunya. Tapi tiba-tiba sang Papa memberikan kertas yang membuatnya shock bukan main.
***Dengan surat ini, kami pihak SMA Panca Dharma menyatakan bahwa siswi yang bernama Krystal Berliana Zourist, resmi dikeluarkan***.
Yang membuat Krystal makin shock adalah...
"Papa sudah memasukkan kamu ke sekolah baru, Cakrawala High School. Papa akan antar kamu pagi ini."
Damnt it!
Cakrawala High School. Siapa yang tidak tahu dengan sekolah otoriter satu itu? Rasanya seluruh penghuni bumi juga tahu, bahwa sekolah itu adalah salah satu sekolah bergengsi di kalangan orang-orang borjuis.
Kenapa otoriter? Karena Cakrawala High School adalah sekolah berbasis asrama. Ya, boarding school, yang dimana kebebasan siswa-siswi di dalamnya untuk keluar masuk sekolah sangat di batasi dan sungguh ketat. Meski Krystal akui Cakrawala High School lebih bergengsi daripada SMA Panca Dharma. Tapi tetap saja, mana bisa Krystal hidup terkurung di dalam? Jangankan satu tahun, satu hari saja mungkin rasanya tidak mungkin.
Dan Papa William baru saja benar-benar merenggut kebebasannya kalau seperti ini caranya.
Berdosakah jika Krystal membunuh pria ini, hah? Rasanya Papa William tidak puas-puas dalam menyiksanya.
Keputusan Papa sudah bulat, Krys. Mulai hari ini kamu akan bersekolah di sana. Tanpa bantahan lagi. Karena Papa sudah lelah dengan semua tingkah laku kamu. Papa tidak mau mengambil resiko." Ujar Papa William.
"KALAU TAHU AKU AKAN MASUK ASRAMA! TERUS NGAPAIN AKU DINIKAHIN SECEPAT INI, PA?! SAMA ORANG YANG AKU NGGAK TAHU WAJAHYA SAMA SEKALI!" Teriak Krystal, sungguh ia tidak mengerti dengan jalan pikiran Papanya.
Papa William tidak langsung menjawab. Ia menatap putrinya itu datar.
"Salah kamu sendiri, kenapa hari itu harus berulah yang membuat daya tahan tubuh kamu menurun, hingga akhirnya pingsan dan tidak bisa bertemu dengannya."
"Kok aku?!" Pekik Krystal tidak terima.
"Jangan banyak protes Krystal Keputusan Papa tidak akan berubah."
Krystal diam sejenak menahan emosi, nafasnya masih memburu. Matanya melirik tiga orang pelayan yang membawa tiga koper besar miliknya, siap memasukkannya ke dalam mobil.
Krystal berlari ke arah salah satu lemari yang ada di dekat tangga. Meraih sebuah borgol di dalam sana, lalu memborgol tangannya pada pegangan tangga. Lantas memasukan kucinya ke dalam saku bajunya. Coba saja mengambil kalau berani.
Mereka yang melihat itu saling melempar pandang. Begitupun dengan Papa William dan Mama Ambar, lalu kembali menatap putrinya yang duduk di pertengahan anak tangga tersebut dengan satu tangan yang terborgol.
Lalu mereka secara serentak menghela nafas. Sudah dikatakan bukan, jika Krystal tidak akan pernah kehabisan ide untuk melakukan pemberontakan.
"Apakah kamu tidak lelah selalu memberontak seperti ini, hm? Kamu pikir Papa nggak punya kunci lain untuk borgol itu?" Tanya Papa William dengan helaan nafas lelah.
"Apa Papa nggak capek terus memaksa aku, hah?" Krystal membalikkan nya pada sang Papa.
Papa William memijit pelipisnya sejenak. Sebelum berjalan cepat ke arah Krystal di sana, pastinya setelah meminta kunci cadangan borgol pada seorang bodyguard. Lantas melepaskan borgol di tangan Krystal dengan sedikit paksa, karena putrinya mencoba untuk melawan.
"Akhhh, Papa!!" Krsytal memekik ketika tubuhnya diangkat bak karung beras oleh sang Papa.
Dengan brutal Krystal memberontak, memukul punggung lebar milik Papanya itu hingga bunyi dentuman nya cukup terdengar ngeri. Belum lagi kaki Krystal yang menendang-nendang perutnya. Tapi itu sama sekali tidak berpengaruh bagi pria 45 tahun tersebut.
Krystal dimasukkan dengan paksa ke dalam mobil. Ia baru akan melompat keluar, tapi tidak bisa karena Papanya ikut masuk dan mengunci pergerakannya di dalam. Di bangku depan, Mama Ambar masuk dan duduk lalu memerintahkan sopir untuk segera jalan.
"Papa! Krystal nggak mau! Papa!!" Krystal semakin histeris, sembari memukuli Papa William dengan brutal.
Papa William tetap mengabaikan putrinya, membiarkan Krystal terus berteriak, mencak-mencak bahkan kini mulai menangis.
Apakah kalian tahu bagaimana rasa enak tidaknya ketika dipaksa? Itulah yang kini Krystal rasakan. Ia marah, sangat kesal, tapi dadanya juga bercampur dengan sesak.
"Kenapa Papa jahat sama Krystal? Hiks... Hiks... Krystal nggak mau ke asrama, Papa..." Rasanya sesak yang membuat Krystal berakhir dengan menangis lagi.
Papa William membawa tubuh putrinya ke dalam pelukannya. Tidak ada penolakan dari putrinya, bahkan Krystal menangis kian kencang di dada bidangnya. Rasanya dadanya ikut sesak mendengar tangis putrinya seperti ini. Namun, Papa William tidak punya pilihan lain. Selain menuruti semua yang menantunya inginkan---Devano---putra Darrelian Harvey.
**Flashback On**
"*Kalau saya tidak mau? Krystal mungkin sekarang jadi istri kamu, Dev. Tapi saya masih orangtuanya. Saya juga punya hak atas putri saya sendiri." Ujar Papa William dengan tatapan tajam pada menantu di hadapannya itu*.
*Sebelah sudut bibir Devano terangkat, membentuk senyuman miring yang tipis*.
"*Anda tahu persis apa yang bisa saya lakukan, Tuan Zourist. Bahkan membongkar rahasia yang Anda takutkan selama ini ke Krystal*."
*Papa William bungkam*.
"*Anda sudah siap jika dia mengetahui fakta itu, hm*?"
*Papa William memejamkan matanya mengenyahkan ingatan itu*.
*Tidak. Krystal tidak bolah mengetahui rahasia itu. Tidak boleh*.
**Flashback Of**
Tanpa sadar, rangkulannya mengerat di tubuh mungil putrinya itu. Dan Krystal bisa merasakannya. Ia sedikit mendongak, menatap rahang sang Papa yang mengeras.
Ada apa?
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
**CAKRAWALA HIGH SCHOOL**
Sedang ada perayaan kecil-kecil di sekolah menengah atas berbasis asrama tersebut, atas kembalinya Devano Sebastian Harvey. Putra tunggal dari pemilik sekolah yang juga merangkap sebagai ketua osis. Satu tahun yang lalu, Devano tiba-tiba saja mengumumkan kepindahannya ke Los Angeles secara mendadak. Meninggalkan organisasi Osis yang sedang ia pimpin baru beberapa bulan.
Setelah satu tahun menempuh pendidikan di Los Angeles. Hari ini pangeran es Cakrawala High School itu kembali untuk mengisi kekosongan jabatan ketua osis. Dan hal tersebut di sambut antusias oleh seluruh siswa-siswi, serta penghuni sekolah yang lain.
Kenapa pangeran? Karena selain jadi yang paling tampan paripurna dan paling tajir di Cakrawala. Devano juga pintar, cerdas, dan jenius. Ya, meskipun minim ekspresi di wajah. Itulah kenapa Devano dijuluki sebagai pangeran es. Karena memang sangat dingin dengan siapapun. Percaya tidak? Jika sepanjang siswa-siswi Cakrawala mengenal Devano, tidak pernah terlihat sekalipun cowok itu tersenyum. Jangankan untuk tertawa keras, ya. Namu, sedingin apapun seorang Devano Sebastian Harvey, tetap saja menjadi idola untuk pada kaum hawa.
Dan hari ini di Aula Cakrawala High School, Devano Sebastian Harvey dilantik secara resmi sebagai Ketua Osis.
"Selamat datang kembali, Dev. Semoga program-program kamu ke depannya, akan semakin membuat Cakrawala High School dikenal sebagai sekolah terdepan nantinya."
Devano menerima jabatan tangan Miss Andini. Tidak ada ekspresi di wajahnya, dingin.
"Terimakasih." Singkat, padat dan jelas. Begitulah Devano, bukan tipe orang yang suka basa-basi.
Riuh tepuk tangan siswa-siswi yang memenuhi Aula terdengar. Bersama senyum sumringah para pengurus Osis yang lain.
Sekarang giliran Devano untuk berpidato sedikit.
"Selamat pagi." Sapa Devano singkat dan datar.
"Pagi!!" Lihat? Bahkan Devano hanya berucap datar, tapi jawaban dari siswa-siswi lain sungguh heboh.
"Saya Devano Sebastian Harvey, Ketua Osis Cakrawala High School untuk periode satu tahun ke depan. Terimakasih untuk kepercayaannya."
Setelah mengucapkan kalimat itu, Devano turun dari panggung kecil tersebut lantas berlalu pergi begitu saja meninggalkan Aula.
Di belakang Devano ada tiga cowok yang mengikuti. Rangga, Iqbal dan Dimas---tiga sahabatnya yang tak kalah tampan dan populernya.
"Selamat ya, Dev. Senang banget rasanya lo udah balik lagi. Jadi, gue nggak perlu ngerjain semua tugas Osis sendirian. Sekarang udah ada partner." Kekeh Lenna, sembari mengulurkan tangannya pada Devano.
Lenna Sabita. Wakil Ketua Osis Cakrawala High School.
Devano hany menerima uluran tangan tersebut tanpa kata apapun yang keluar dari mulutnya. Sangat dingin. Lalu pergi melewati Lenna.
"Cie yang udah nggak LDR-rab lagi." Nah kalau yang sedang menggoda Lenna ini namnya Metta---Kapten Ekskul Basket Putri. Sahabat Lenna.
"Apaan sih? Orang cuma partner osis doang kok." Balas Lenna.
"Alah, bilang aja jantung sekarang lagi deg deg ser kan." Metta semakin menggoda Lenna.
Lenna menghela nafas pelan, memilih mengabaikan temannya satu itu. Mereka lalu berjalan beriringan untuk menuju kelas. Namun, urung saat melihat siwa-siswi yang tadi memenuhi Aula sudah berpindah memenuhi koridor Cakrawala High School.
"Ada apa, sih?" Tanya Metta pada salah satu siswa, setelah menerobos kerumunan tersebut bersama Lenna. Hingga mereka berdiri di barisan paling depan, tepat di samping Devano.
"Ada anak baru. Cantik banget." Balas siswa yang di tanya Metta tadi. Dengan senyum sumringah.
"Kayaknya dia dipaksa deh masuk sini."
"Kelihatan sih dari pemberontakannya."
"Tunggu-tunggu kayaknya gue kenal deh dia siapa."
"Sok kenal lo!"
"Serius?! Itu mah Krystal Berliana Zourist, Putri dari William Zourist, pengusaha konglomerat itu."
"Serius?! Pantas wajahnya rada familiar juga. Dia sering banget seliweran di sosial media, apalagi yang berhubungan dengan balapan motor."
"Wah gila! Cantik banget aslinya."
"Sumpah, gue makin insecure. Itu muka udah kayak pantat bayi, mulus banget."
"Kece punya, guys."
"Fix, dia bakal jadi the next primadona di sekolah ini."
Begitulah bisik-bisik tetangga dari para kumpulan ghibahwan maupun ghibahwati jika ada murid baru di Cakrawala High School. Apalagi jika anak barunya kece seperti seorang Krystal Berliana Zourist.
Dibalik bisik-bisik siswa-siswi lain, ada tiga pasang mata yang saling melempar pandang satu sama lain, sebelum serentak menatap pada si pangeran es Cakrawala High School. Lantas sama-sama tersenyum miring setelah itu. Hanya mereka yang tahu perihal pernikahan rahasia bos mereka itu. Ya, meskipun tidak diundang juga sih.
"Biasa aja sih kalau menurut gue." Bisik Metta pada Lenna, julid mode on.
Lenna terkekeh.
"Itu mah cantik banget, Ta. Tajir lagi." Ujarnya dengan kagum.
"Cantikan elo lah."
"Tapi nggak tajir."
"Nggak perlu tajir. Yang penting otak ada." Balas Metta lagi.
Kali ini di tanggapi dengan senyuman oleh Lenna. Matanya tanpa sengaja melirik pada Devano yang berdiri disampingnya. Ekspresi cowok itu tetap sama ---dingin. Ikut melihat kedatangan anak baru yang sedang berdebat dengan seorang pria yang sudah jelas adalah Papanya.
Meski datar, Lenna bisa melihat tatapan Devano yang begitu lekat pada si anak baru tersebut. Sampai atensinya dan semua orang teralihkan saat mendengar pekikan itu.
"NGGAK MAU, PA!"
"Krystal!!" Papa William mengeluarkan tatapan mematikannya.
Krystal berdecak, berusaha melepaskan cengkraman tangan sanga Papa. Namun, sangat sulit. Ia melirik tidak suka pada semua pasang mata tertuju padanya. Meski hampir semua pasang mata itu menatapnya penuh kekaguman. Ya iyalah, cantik.
Tapi ada juga yang meliriknya dengan sinis. Iri kali.
"Ya sudah aku bisa jalan sendiri." Desis Krystal. Baru tangannya di lepas oleh Papanya.
Kesal, Krystal melepas ranselnya dengan kasar lalu melemparnya ke arah salah satu bodyguard, yang langsung ditangkap dengan sigap oleh siempunya. Lantas dengan langkah kebar Krystal berjalan ke dalam sekolah barunya itu.
BRUK!
Oke baru di hari pertama sepertinya ia akan langsung dapat musuh. Karena baru saja tidak sengaja menyenggol keras lengan seseorang, sampai siempunya lengan menatapnya dengan lirikan sinis bukan main.
"Nggak papa, dia nggak sengaja, Ta." Begitulah kata gadis di samping orang yang Krystal tabrak tadi. Menenangkan.
Mendengus tidak peduli, Krystal melengos begitu saja.