Setelah ibunya meninggal sejak usianya tujuh tahun, kini Naira terpaksa tinggal dengan ibu serta kakak tirinya, pilihan ayahnya kali ini cukup membuat kehidupan Naira serasa di neraka.
Penyiksaan yang selalu Naira dapatkan selama ini, pada akhirnya telah membuat nya mulai berani melakukan perlawanan, dirinya sudah sangat lelah karena selalu mengalah dan terus-terusan ditindas oleh ibu serta kakak tirinya.
Suatu ketika, telah terjadi peristiwa memalukan dalam hidupnya, hingga membuat dirinya terpaksa di nikahkan dengan seorang pria misterius oleh warga satu kampung,nah loh! Kira-kira apa yang membuat mereka sampai di paksa harus menikah? Serta telah membuat warga satu kampung menjadi murka ? Mengapa pria misterius tersebut bisa datang secara tiba-tiba dalam kehidupan Naira dan malah menjadi suami dadakannya.
Lantas siapakah pria misterius tersebut?
Jangan lupa ikuti kisahnya hanya di Noveltoon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bekerja di Club malam
Menjelang pagi hari, suasana sekitar rumah mulai ramai oleh manusia yang berlalu lalang untuk segera melakukan aktivitas rutinitas mereka.
Naira menatap sekitar rumah petak yang ukurannya tidak begitu luas, mungkin luasnya hanya separuh dari rumahnya dulu sewaktu tinggal di kampung.
Kemudian Naira duduk di kursi kayu menghadap ke arah jendela ruang tamu, sambil termenung iya memikirkan nasibnya, uang sudah tidak ia punya, lantas apa yang harus iya lakukan untuk menyambung hidup di kota ini!
Tidak lama kemudian, Luna terbangun dari tidurnya yang lelap.
"Hoammm!" Luna mencoba meregangkan otot-otot tubuhnya terutama area pundaknya.
"Kamu sudah bangun Nai?" tanya Luna kembali menguap.
"Sudah Mba, sedari subuh malah!"
Mendengar hal itu Luna malah tercengang.
"Hah, ngapain bangun subuh? Kurang kerjaan sekali kau ini!" ejek Luna malah melempar senyum.
"Aku sudah terbiasa bangun jam segitu Mba, apalagi kewajibanku sebagai seorang umat muslim yang diwajibkan melaksanakan solat lima waktu terutama solat subuh yang sering sekali terlewatkan." tegas Naira
Kemudian Luna tidak berkomentar apapun
'Sepertinya wanita ini benar-benar wanita baik-baik, kasihan juga nasibnya di sini!' batinnya merasa iba.
"Lantas kedatanganmu ke tempat ini untuk apa Nai?" tanya Luna, kemudian iya duduk bersebelahan dengan Naira.
"Aku mencari suamiku Mba, menurut informasi yang saya dapat, kalau suamiku telah di bawa ke jakarta oleh keluarga nya, karena waktu itu suamiku mengalami kecelakaan." Naira tiba-tiba memasang wajah sedihnya, iya menjadi teringat akan sosok Suaminya.
Luna pun semakin bingung dengan penjelasan dari Naira.
"Loh, di bawa ke jakarta kok kamunya gak di ajak Nai, memangnya keluarga suamimu tidak menyetujui pernikahanmu dengan nya!" Luna langsung berasumsi yang tidak-tidak.
Kemudian Naira menceritakan awal mula iya bertemu dengan Suaminya, Luna sempat tertawa terbahak-bahak.
"Benar-benar konyol Nai, begitulah orang kampung! Mangkanya aku tidak betah tinggal di sana, lebih enak tinggal di sini. Hidupku bebas, jauh dari gunjingan dan cemooh orang-orang sekitar, karena orang kota itu kebanyakan hidupnya masa bodoh, apalagi pekerjaanku sebagai seorang LC (Lady Companion) di diskotik, tidak pernah tuh ada warga sini yang usil ataupun mengatai diriku." tegas Luna sangat percaya diri. Karena pada kenyataan sifat orang kota rata-rata cuek, apalagi kota Jakarta.
"Kalau boleh tahu LC itu pekerjaan apa Mba? jika seandainya ada lowongan aku mau bekerja jadi LC, aku bingung Mba, aku sudah tidak punya apapun!" Naira mencoba memohon kepada Luna.
Lagi dan lagi Luna malah tertawa terbahak-bahak
"Kau yakin mau bekerja jadi LC? Kau sudah siap melepas hijab mu dan berpakaian seksi seperti ku?" Luna malah menaikan kedua alisnya. Sedangkan Naira malah menelan saliva nya.
"Aku tidak jadi Mba, mana mungkin aku melepaskan hijab ku ini, kedua orangtuaku sudah mendidik ku untuk selalu menutup auratku sedari aku kecil, dan aku tidak ingin mengecewakan mereka, aku tidak ingin menumpahkan mereka dengan api neraka gara-gara ulahku!"
Luna langsung terdiam, entah kenapa perkataan dari Naira membuat tenggorokannya serasa tercekat, sebuah kata yang sangat menusuk ke hatinya, Luna sendiri jadi teringat akan mendiang adiknya yang telah meninggal setahun yang lalu, dan sangat mirip dengan Naira.
"kau tahu Nai, melihatmu malah mengingatkan aku terhadap Lisa adikku, dia persis sekali seperti dirimu dan mungkin usianya seumuran denganmu, mangkanya saat pertama kali aku melihatmu, aku jadi teringat dirinya!" tiba-tiba saja Luna menangis terisak, bulir bening dari sudut matanya sudah tidak bisa iya bendung lagi.
Naira mencoba menenangkan Luna, yakni dengan mengelus lembut punggungnya.
"maaf ya Mba, kehadiranku malah membuat Mba Luna menjadi sedih seperti ini!" Naira merasa menjadi sangat bersalah.
"Tidak Nai, justru adanya dirimu di sini membuatku sangat senang, tinggal lah di sini selama kau belum menemukan suamimu, aku janji akan membantumu untuk menemukannya, dan jangan panggil aku mba, panggil aku kak Luna ya, sama persis seperti Lisa memanggilku dulu." pinta Luna seolah memohon.
Naira pun mengangguk, kemudian meraka berdua berpelukan.
'Terimakasih yaa Rabb, akhirnya aku di pertemukan dengan orang baik di sini, semoga kak Luna tulus ingin menolongku!' ucap Naira dalam hati.
Kemudian Luna mencoba menghubungi temannya lewat benda pipih miliknya. Sepertinya perkataannya cukup serius.
sekitar sepuluh menit, kini Luna mendekat ke arah Naira yang masih terduduk di kursi kayu.
"Nai, nanti malam kau ikut denganku ke tempat aku bekerja, kebetulan di tempat kerjaan ku ada yang sedang cuti hamil, namun pekerjaannya hanya sebagai seorang cleaning service, apa kau mau? Tadinya mereka menolak wanita hijab untuk bekerja di sana, namun karena aku bilang kau adalah sepupuku akhirnya mereka memberikan ijin Nai." Luna malah menatap serius Naira
Naira pun senang bukan kepayang, tanpa berfikir panjang iya langsung menyetujuinya.
"Apapun pekerjaannya asalkan itu halal dan masih termasuk dalam norma-norma agama, aku siap kak!" sahut Naira dengan matanya yang berbinar.
Syukur lah kalau begitu Nai, kau hanya bertugas membersihkan ruangannya Big Bos dan juga ruang meeting, pekerjaan mu tidak berat kok, area nya juga hanya dia tempat itu saja." tegas Luna.
Naira kini kembali memeluk Luna, ia mengucapkan banyak terimakasih atas semua bantuannya.
"Jangan berterimakasih padaku Nai, berterimakasih lah pada tuhanmu, kamu orang baik dan kamu pantas mendapatkan nya, mungkin ini juga yang dinamakan dengan takdir, oh iya Nai, boleh aku lihat foto suamimu? Barang kali aku pernah melihatnya di sini!"
Naira pun bergegas membuka ponsel miliknya, lalu memperlihatkan foto dirinya bersama suaminya saat jalan-jalan seharian mengitari alun-alun kota Indramayu.
Luna sampai membulatkan kedua bola matanya, pupilnya terlihat membesar.
"Wah tampan juga suamimu, eh tapi tunggu dulu, sepertinya wajah suamimu tidak asing Nai, aku serasa pernah melihatnya, tapi dimana ya? Akh aku lupa! Tapi aku yakin kamu akan segera bertemu dengannya!"
Mendengar hal itu Naira bahagia bukan kepayang, iya sendiri sudah sangat merindukan Suaminya, hanya foto di dalam galeri ponselnya yang iya punya serta cincin pernikahan yang pernah sehun sematkan di jari manisnya, sungguh suatu kenangan yang tidak akan bisa Naira lupakan seumur hidupnya.
Menjelang malam, Naira dan Luna sudah bersiap-siap pergi menuju salah satu club malam yang cukup terkenal di Jakarta.
Seperti biasa, Luna mengenakan dress pendek berwarna merah maroon dengan rambut tergerai begitu indahnya, tidak bisa di pungkiri Luna memang sangat mirip dengan boneka Barbie hidup, Naira pun sempat terkesima di buatnya, apalagi kaum adam. Di tambah tubuhnya yang berisi serta postur tubuh nya tinggi semampai.
Setibanya di Paradise Club, baik Luna dan juga Naira di sambut hangat oleh para karyawan lainnya.
"Woy Lun, elo ngapain bawa anak santri kesini? Wah cari mati lu!" ejek Mili
"Iya Lun, kasihan anak orang yang alim, jangan sampe entar ketularan kita, kau tahukan wanita seperti kita ini sudah di cap sebagai keraknya neraka, ha..ha..ha..ha!" timpal Selin yang asal ceplos.
"Sudah akh, kalian tuh kalau ngomong suka ngaco!" balas Luna
Sedangkan Naira hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya.
"Yasudah, bawa cepet gih keponakanmu ke dalam ruangan si bos, mesti buru-buru di beresin tuh, rencananya nanti jam sembilan malam mau ada rapat soal kasus semalam Lun, elo ingat kan?"kata Selin mencoba memperingatkan Luna.
"Aish, pasti masalah dengan si tua bangka bau tanah itu kan? gue muak dengan pria tua itu, kan gue sudah bilang kalau gue cukup sekali di booking tuh sama si aki-aki, untuk selanjutnya gak ada yang namanya bookingan kedua!" tegas Luna sedikit emosi.
"Sabar Lun, akh gak asik lo ngegas mulu kalau jawab masalah ini!" sambung Mili.
"aku malas bahas masalah ini lagi, lagian si Big Bos itu nyebelin banget,ngapain sih mesti di bahas lagi, nanti deh aku coba protes sama dia!" jawab Luna sembari mendengus kesal
Kemudian iya pergi mengantarkan Naira ke lantai lima dimana di sana sudah ada Poppy, yakni senior bagian Cleaning service.
"Pop, gue titip ponakan gue ya, awas kalau elo berani macem-macem gue kasih bogem lo!" ancam Luna sembari tertawa cekikikan.
"Beres kak Luna maya, ponakanmu aman di sini bersamaku, gak akan lecet kok!" balas Poppy sengaja menggoda Luna.
"Yaelah cakepan juga gue ketimbang Luna Maya, dah akh gue mau ke lantai tiga dulu buat siap-siap!"
"Terimakasih ya kak!" ucap Naira
"Iya Nai, yang betah ya kerja di sini, kalau ada apa-apa bilang sama aku, !"
"Siap kak!" jawab Naira sambil melempar senyum.
Kemudian Poppy mulai membimbing Naira untuk membersihkan ruangan Big bos mereka.
Sekitar pukul sembilan malam akhirnya pemilik Paradise club telah tiba, seluruh karyawan termasuk LC yang sudah berpenampilan cantik bak boneka mulai berjejer di koridor pintu masuk untuk menyambut Bos mereka
"Selamat datang Tuan Marcel, senang bisa berjumpa dengan anda!" sapa Luna dan kemudian di ikuti oleh karyawan lainnya.
Bersambung...
🌻🌻🌻🌻🌻🌻
gk tega aku thor, klo Naira diduakan😭