"Kamu akan menyesalinya, Aletta. Aku akan memastikannya." Delvan mengancam dengan raut wajahnya yang marah pada seorang wanita yang telah menabrak mobilnya.
Azada Delvan Emerson adalah pengusaha yang paling ditakuti, tidak hanya di negaranya tetapi juga di luar negeri, karena sifatnya yang arogan dan kejam. Dia bukan orang yang mudah memaafkan atau melupakan.
Sementara itu, Aletta Gabrelia Anandra merupakan putri kedua dari keluarga Anandra yang baru saja menabrak mobil Delvan dan menolak untuk tunduk di hadapan Azada Delvan Emerson yang menantangnya untuk melakukan hal terburuk.
Akankah Delvan berhasil membuat Aletta bertekuk lutut terutama sekarang, karena ia harus menikah dengannya atau akankah Aletta berhasil melawan suaminya terutama ketika ia mengetahui bahwa dia adalah kekasih dari musuh bebuyutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15
Orang bisa tahu dari ekspresinya bahwa Delvan menikmatinya.
"Kamu tidak perlu menelepon Kakak ku!." Teriak Aletta dengan marah.
"Aku ingin meminta padanya agar memberimu hari libur sehingga aku bisa mengajakmu keluar." Jawab Delvan dengan tenang dan hal ini membuat Aletta semakin marah.
"Tidak perlu menelponnya, Delvan! Kamu tahu betul bahwa meneleponnya akan menimbulkan masalah bagiku, tapi kamu masih saja meneleponnya." Kata Aletta dengan nada tersinggung.
"Bukan niatku untuk..."
"Cukup!." Aletta berteriak dan Delvan langsung berhenti bicara. Pria itu tidak tahu mengapa dirinya berhenti bicara tetapi ia tidak berniat untuk bicara lagi.
Delvan tidak mungkin takut pada Aletta. Namun, dia tidak dapat menyangkal bahwa Aletta lebih menakutkan daripada Jessica.
'Wah, aku tidak menyangka kakak iparku ternyata sehebat itu. Sepertinya Kakak ku sudah bertemu tandingannya. Ini pasti seru!.' Batin Vian.
"Kamu mau mengajakku makan siang, kan?." Tanya Aletta sembari mulai berjalan mendekati Delvan.
"Aletta, apa yang sedang kamu lakukan?." Tanya Delvan sembari bergerak mundur mencoba untuk menjauh dari Aletta.
Namun, saat ia melangkah mundur, Aletta melangkah dengan langkah yang sama. Sekarang Delvan tahu bagaimana perasaannya setiap kali pria itu menggodanya.
Delvan tidak punya tempat untuk bergerak karena punggungnya membentur dinding dan Aletta berdiri di depannya.
Aletta meletakkan tangannya di dada Delvan hingga membuat pria itu merasakan sengatan listrik yang menjalar ke seluruh tubuhnya saat disentuh oleh Aletta. "Kamu mau mengajakku makan siang, kan?." Tanya Aletta lagi
"Ya." Jawab Delvan dengan gugup. Mengapa dia begitu gugup di hadapan Aletta? Tanyanya pada dirinya sendiri.
"Baiklah kalau begitu, Delvan. Ayo kita keluar untuk makan siang." Ajak Aletta. "Kamu yang akan memilih restoran dan juga memesan atas namaku. Sekarang dengarkan baik-baik Delvan..." Kata Aletta dengan perlahan, tetapi dia bisa melihat itu memberikan efek yang diinginkannya saat Delvan memberinya makanannya yang tak terbagi. "Kalau kamu mengajakku ke restoran yang tidak kusukai atau kamu memesan hidangan yang tidak kusukai, aku tidak akan membiarkanmu." Ancam Aletta sembari berjalan mundur.
"Kamu!." Aletta menunjuk ke arah Vian.
"Ya, kakak ipar." Jawab Vian gugup.
"Kau ikut dengan kami!." Pinta Aletta dengan tegas. "Aku ingin kamu hadir saat aku menguliti dia hidup-hidup."
Setelah mengatakan itu, Aletta menatap Delvan untuk terakhir kalinya sebelum akhirnya berjalan keluar ruangan.
"Kakak, kakak tahu tidak kakak ipar suka makan apa?." Tanya Vian pada Delvan saat setelah Aletta pergi.
"Tidak." Jawab Delvan.
"Kakak..." Vian tiba-tiba merengek dan memeluk kakaknya. "Aku akan merindukanmu!"
"Minggir!." Bentak Delvan sembari
mendorong tubuh Vian agar menjauh darinya. "Apa maksudnya kau akan merindukanku?"
"Baiklah, karena kau tidak tahu apa yang disukai kakak ipar, itu artinya dia akan mengulitimu hidup-hidup. Kau akan sangat dirindukan, kakak ku tersayang." Kata Vian sembari pura-pura menyeka air matanya.
"Dasar bodoh!." Kata Delvan dengan ketus sembari memukul bagian belakang kepala Vian.
"Hei, sakit sekali." Vian mengusap mengusap bagian belakang kepalanya. "Kau tahu apa, kak?" tanyanya. "Aku tidak akan merindukanmu sama sekali."
"Kau ingin aku memukulmu lagi?." Tanya Delvan terlihat kesal.
"Kau orang yang jahat..."
"Diam!." Kata Delvan lalu mulai membuka ponselnya.
"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Vian curiga.
"Aku sedang memeriksa internet untuk melihat apa yang disukai Aletta." Jawab Delvan.
"Dasar curang!" seru Vian. "Untung saja Aletta seorang selebriti, kalau tidak, kau pasti sudah berada di alam baka."
"Sudah selesai?." Tanya Delvan. "Kita berangkat sekarang?"
"Tentu. Aku ingin tahu apakah internet benar tentang makanan kesukaan Aletta. Ini akan menyenangkan..." kata Vian sembari berjalan meninggalkan ruangan.
Jangan lupa komentar