Rahasia Sang Wanita Besi
Sebagai sekretaris pribadi, Evelyn dikenal sempurna—tepat waktu, efisien, dan tanpa cela. Ia bekerja tanpa lelah, nyaris seperti robot tanpa emosi. Namun, di balik ketenangannya, bosnya, Adrian Lancaster, mulai menyadari sesuatu yang aneh. Semakin ia mendekat, semakin banyak rahasia yang terungkap.
Siapa sebenarnya Evelyn? Mengapa ia tidak pernah terlihat lelah atau melakukan kesalahan? Saat cinta mulai tumbuh di antara mereka, misteri di balik sosok "Wanita Besi" ini pun perlahan terkuak—dan jawabannya jauh lebih mengejutkan dari yang pernah dibayangkan Adrian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2: Jejak Bayangan di Malam Hari
Adrian Lancaster bukan tipe pria yang mudah mengabaikan sesuatu, terutama jika itu berkaitan dengan orang yang menarik perhatiannya. Dan malam ini, ia baru saja menyadari sesuatu yang membuatnya semakin ingin menggali lebih dalam tentang Evelyn Carter.
Seseorang sedang mengawasi mereka.
Pria berjaket hitam yang berdiri di seberang jalan tadi mungkin tidak sadar, tapi insting Adrian sudah cukup tajam untuk mengenali tanda-tanda kecurigaan. Cara pria itu berdiri, memperhatikan Evelyn, lalu pergi begitu sadar dia sedang diperhatikan… itu bukan kebetulan.
Namun, Evelyn tampak biasa saja. Ia tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia merasa terancam.
Atau mungkin… ia memang sudah terbiasa dengan situasi ini?
Adrian menatap Evelyn yang hendak masuk ke mobilnya. Sejenak, ia mempertimbangkan untuk menanyakan langsung, tetapi sesuatu memberitahunya bahwa wanita itu tidak akan memberinya jawaban yang jujur.
Dan Adrian Lancaster tidak suka ditutup-tutupi.
“Evelyn,” panggilnya sebelum wanita itu sempat menutup pintu mobilnya.
Evelyn menoleh. “Ya?”
“Apa kau baik-baik saja?”
Mata Evelyn menatapnya dalam. Sekilas, Adrian melihat ekspresi ragu di sana, tetapi dalam hitungan detik, Evelyn kembali ke ekspresi datarnya. “Saya baik-baik saja.”
Adrian tersenyum kecil. “Kalau ada sesuatu yang mengganggumu, kau bisa bicara padaku.”
Evelyn hanya menatapnya selama beberapa detik sebelum berkata pelan, “Terima kasih, Tuan Lancaster.”
Dan dengan itu, ia masuk ke mobil dan menyalakan mesin, meninggalkan Adrian yang masih berdiri di trotoar dengan berbagai pertanyaan di kepalanya.
Adrian bukan pria yang sabar. Jika ia menginginkan sesuatu, ia akan mendapatkannya.
Maka keesokan harinya, ia sudah menugaskan seseorang untuk menyelidiki Evelyn Carter.
“Kau ingin aku mencari informasi tentang sekretarismu?” tanya Lucas Reed, kepala keamanan pribadinya yang juga sahabatnya sejak kecil.
“Ya.”
Lucas mengangkat alis. “Adrian, kau punya akses ke hampir semua data di negara ini. Kalau kau ingin tahu di mana dia tinggal atau riwayat pekerjaannya, kau bisa mendapatkannya dalam hitungan menit.”
“Aku tidak butuh informasi dasar,” Adrian menjawab sambil menyilangkan tangan. “Aku ingin tahu hal-hal yang tidak ada dalam data resmi.”
Lucas menyipitkan mata. “Kau mencium sesuatu?”
“Lebih dari itu.” Adrian menatap sahabatnya tajam. “Semalam, ada seseorang yang memperhatikannya. Dan reaksi Evelyn membuatku yakin bahwa dia menyembunyikan sesuatu.”
Lucas bersiul pelan. “Oke, sekarang aku tertarik.”
“Mulailah dari hal kecil,” kata Adrian. “Apakah ada sesuatu dalam hidupnya yang tampak janggal? Apakah dia punya hubungan dengan seseorang yang mencurigakan?”
Lucas mengangguk. “Baiklah, beri aku waktu beberapa hari.”
Adrian tidak mengatakan apa-apa lagi, tetapi ia tahu satu hal: Evelyn Carter bukan sekadar sekretaris biasa.
Dan ia akan mencari tahu kenapa.
Hari-hari berikutnya berjalan seperti biasa, tetapi Adrian semakin memperhatikan Evelyn.
Wanita itu tetap sama seperti sebelumnya—efisien, profesional, dan nyaris seperti robot. Jika ia memiliki kehidupan pribadi yang berantakan, ia benar-benar menyembunyikannya dengan sempurna.
Tetapi Adrian tahu cara membaca orang. Ia memperhatikan bahwa sesekali, Evelyn memeriksa ponselnya dengan cepat. Ia melihat bagaimana mata Evelyn bergerak sedikit ke arah jendela seakan-akan memastikan sesuatu.
Dia sedang menunggu seseorang.
Atau lebih tepatnya, menghindari seseorang.
Dan itu semakin membuat Adrian penasaran.
Pada suatu malam, saat semua orang sudah pulang dan hanya mereka berdua yang tersisa di kantor, Adrian akhirnya memutuskan untuk bertanya.
“Evelyn,” katanya tanpa mengangkat kepala dari dokumen yang sedang ia tanda tangani.
“Ya, Tuan Lancaster?”
“Kau tidak pernah bercerita tentang keluargamu.”
Evelyn terdiam sejenak sebelum menjawab, “Itu karena tidak ada yang perlu diceritakan.”
Adrian akhirnya menatapnya. “Jadi kau tidak punya keluarga?”
Evelyn tampak berpikir sebelum akhirnya menjawab, “Saya tidak punya siapa pun yang bisa disebut sebagai keluarga.”
Adrian memperhatikan ekspresinya, tetapi seperti biasa, wajah Evelyn tetap tenang.
“Bagaimana dengan masa kecilmu?” lanjut Adrian.
“Saya dibesarkan di panti asuhan.”
Itu membuat Adrian sedikit terkejut. Ia tidak menyangka bahwa wanita sehebat Evelyn berasal dari latar belakang seperti itu.
“Tapi kau berhasil mencapai titik ini,” kata Adrian dengan nada kagum. “Dari panti asuhan sampai menjadi sekretaris pribadi CEO. Itu bukan sesuatu yang mudah.”
Evelyn menatapnya sebentar sebelum berkata, “Saya hanya bekerja keras.”
Jawaban yang terlalu sederhana.
Adrian tahu ada lebih dari itu, tetapi ia tidak mendesak lebih jauh.
Namun, semakin hari, rasa penasarannya semakin membesar.
Siapa sebenarnya Evelyn Carter?
Pada malam ketiga setelah makan malam mereka, sesuatu yang tidak terduga terjadi.
Adrian baru saja keluar dari kantornya ketika ia melihat sesuatu di tempat parkir.
Evelyn sedang berbicara dengan seseorang.
Adrian tidak mengenali pria itu, tetapi cara Evelyn berdiri menunjukkan ketegangan yang tidak biasa.
Ia mendekat perlahan, bersembunyi di balik salah satu mobil agar bisa mendengar percakapan mereka.
“…Aku sudah memperingatkanmu,” suara pria itu terdengar dingin.
“Aku tahu,” suara Evelyn terdengar lebih pelan dari biasanya, tetapi ada ketegasan di sana. “Aku tidak akan berubah pikiran.”
Pria itu tertawa kecil. “Kau pikir dia tidak akan tahu? Kau pikir kau bisa terus hidup seperti ini?”
“Aku bisa.”
“Aku harap kau benar, Evelyn,” kata pria itu sebelum berbalik pergi.
Evelyn tetap berdiri di tempatnya selama beberapa saat sebelum akhirnya menghela napas panjang.
Adrian segera bergerak, berpura-pura baru saja keluar dari kantor. “Evelyn?”
Evelyn menoleh dengan cepat, ekspresinya langsung berubah menjadi netral. “Ya, Tuan Lancaster?”
“Siapa pria itu?”
Evelyn tampak tenang, tetapi Adrian menangkap jejak kekhawatiran di matanya.
“Teman lama.”
Adrian tidak percaya. Tetapi untuk saat ini, ia tidak menekan lebih jauh.
Namun, satu hal sudah jelas—Evelyn Carter menyimpan sesuatu yang jauh lebih besar dari yang ia duga.
Dan Adrian tidak akan berhenti sampai ia menemukan jawabannya.
---
Adrian Lancaster bukan pria yang mudah diabaikan, dan dia bukan tipe yang membiarkan sesuatu berlalu tanpa jawaban. Ketika melihat Evelyn berbicara dengan pria asing tadi, rasa penasarannya semakin menguat.
Pria itu jelas mengenal Evelyn—dan yang lebih mencurigakan, Evelyn tampak tidak nyaman berada di dekatnya.
Ketika Adrian bertanya siapa pria itu, Evelyn hanya menjawab dengan santai, “Teman lama.”
Tetapi cara matanya sedikit bergetar, cara dia menelan ludah seolah menahan sesuatu, semuanya menandakan kebohongan.
Evelyn bukan wanita yang mudah dibaca. Selama bekerja sebagai sekretarisnya, Adrian menyadari bahwa Evelyn selalu bersikap profesional, tidak pernah menunjukkan emosi lebih dari yang diperlukan. Bahkan ketika bekerja lembur atau menghadapi situasi sulit, dia selalu tenang dan terkendali.
Namun, detik itu juga, Adrian tahu bahwa Evelyn sedang menyembunyikan sesuatu.
Dan dia akan mencari tahu.
Malam itu, Adrian tidak bisa tidur nyenyak. Dia terus memikirkan Evelyn, pria asing itu, dan bagaimana ekspresi Evelyn tampak sekilas berubah.
Siapa pria itu?
Apa yang dia katakan pada Evelyn?
Adrian mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Lucas Reed, sahabat sekaligus kepala keamanannya.
"Cari tahu siapa pria yang bertemu dengan Evelyn malam ini. Aku ingin semua informasi tentang dia dalam waktu 24 jam."
Tak lama kemudian, Lucas membalas.
"Mengerti, tapi kau benar-benar terobsesi dengan sekretarismu, ya?"
Adrian hanya menghela napas. Dia tidak akan menyangkalnya—ada sesuatu tentang Evelyn Carter yang membuatnya tertarik. Bukan hanya kecerdasannya, bukan hanya dedikasinya sebagai sekretaris, tetapi misteri yang mengelilinginya.
Dan semakin dia mencoba memahami Evelyn, semakin dia merasa bahwa wanita itu memiliki sisi yang tidak ia perlihatkan pada siapa pun.
Pagi itu, ketika Adrian tiba di kantor, Evelyn sudah ada di sana seperti biasa. Duduk tegak, mengetik sesuatu di laptopnya, dan wajahnya seperti biasa—tenang, tanpa ekspresi yang berlebihan.
Namun, Adrian menyadari satu hal kecil yang tidak biasa.
Ada lingkaran hitam samar di bawah matanya.
Evelyn tidak tidur nyenyak.
Dia ingin bertanya apakah dia baik-baik saja, tetapi dia tahu Evelyn tidak akan menjawab dengan jujur. Jadi, dia hanya mengamati gerak-geriknya sepanjang hari.
Dan semakin dia mengamatinya, semakin dia yakin—Evelyn sedang gelisah.
Ketika waktu makan siang tiba, Adrian mengajaknya makan di restoran dekat kantor. Evelyn, seperti biasa, menolak dengan sopan, tetapi Adrian memaksanya.
"Kau sudah bekerja keras. Anggap ini sebagai penghargaan," katanya santai.
Akhirnya, Evelyn mengalah.
Mereka duduk di meja VIP yang jauh dari keramaian. Adrian sengaja memilih tempat ini agar bisa berbicara lebih bebas.
Saat mereka sedang menunggu makanan, Adrian akhirnya membuka suara.
"Evelyn, aku ingin bertanya sesuatu," katanya, memperhatikan reaksi wanita itu.
Evelyn meletakkan gelas airnya dengan tenang. "Silakan, Tuan Lancaster."
Adrian menyilangkan tangannya di atas meja. "Pria yang menemuimu tadi malam. Siapa dia sebenarnya?"
Untuk sesaat, Evelyn terdiam. Tatapannya tetap tenang, tetapi Adrian menangkap keraguan di balik matanya.
"Kupikir saya sudah menjawabnya semalam," katanya akhirnya.
"Kau bilang dia teman lama," Adrian mengangguk. "Tapi ekspresimu berkata lain."
Evelyn menghela napas. "Dia memang seseorang dari masa lalu saya, tapi bukan seseorang yang penting."
Adrian menatapnya lekat-lekat. "Kalau dia tidak penting, kenapa kau terlihat tidak nyaman saat bertemu dengannya?"
Evelyn terdiam.
Adrian tahu dia tidak akan mendapatkan jawaban yang lebih jelas dari Evelyn hari ini. Tetapi dari ekspresi dan sikapnya, dia sudah mendapatkan sesuatu—Evelyn takut pada pria itu.
Pertanyaannya adalah, kenapa?
Malam harinya, ketika Adrian kembali ke apartemennya, Lucas akhirnya menghubunginya.
"Aku sudah menemukan informasi tentang pria itu," kata Lucas.
Adrian duduk di sofa, mendengarkan dengan seksama. "Siapa dia?"
Lucas menghela napas sebelum menjawab, "Namanya Damian Rook. Dulu dia mantan agen intelijen."
Adrian mengernyit. "Mantan agen?"
"Ya. Dia keluar dari dunia itu sekitar lima tahun lalu. Sejak itu, jejaknya hampir tidak ada."
Adrian berpikir sejenak. "Apa hubungannya dengan Evelyn?"
"Itu bagian yang menarik," kata Lucas. "Aku menemukan sesuatu dalam data lama. Lima tahun lalu, ada sebuah operasi rahasia yang melibatkan Evelyn Carter dan Damian Rook."
Adrian menegang. "Operasi rahasia?"
"Ya. Tidak ada catatan detail, tapi dari apa yang bisa kutemukan, Evelyn dulunya bukan hanya sekadar sekretaris biasa. Dia pernah terlibat dalam sesuatu yang lebih gelap."
Adrian terdiam. Jadi dugaannya benar. Evelyn bukan wanita biasa.
Lucas melanjutkan, "Dan sepertinya, Damian Rook adalah seseorang yang berhubungan dengan masa lalunya. Aku belum tahu apa yang terjadi di antara mereka, tapi satu hal yang pasti—pria itu bukan seseorang yang bisa diremehkan."
Adrian mengeratkan genggamannya.
Sekarang, pertanyaannya adalah: Apakah Evelyn dalam bahaya?
Dan jika iya, apa yang harus ia lakukan?
Keesokan harinya, Adrian memperhatikan Evelyn lebih intens. Wanita itu masih bekerja dengan sempurna, tetapi ada sesuatu dalam dirinya yang tampak sedikit berbeda.
Dia tampak sedikit lebih gelisah.
Ketika mereka bertemu di ruangannya untuk membahas jadwal minggu depan, Adrian akhirnya memutuskan untuk bertanya.
"Evelyn," panggilnya.
"Ya, Tuan Lancaster?"
Adrian menatap matanya dalam-dalam. "Jika ada sesuatu yang mengganggumu, kau bisa memberitahuku."
Untuk sesaat, Adrian melihat sesuatu dalam ekspresi Evelyn. Seolah-olah wanita itu ingin mengatakan sesuatu, tetapi menahannya.
Akhirnya, Evelyn tersenyum tipis. "Terima kasih, tapi saya baik-baik saja."
Adrian tidak percaya, tetapi dia tidak mendesak.
Namun, dalam hatinya, dia berjanji satu hal:
Apa pun yang terjadi, dia akan mencari tahu rahasia Evelyn Carter.
Dan dia akan memastikan bahwa wanita itu aman.