NovelToon NovelToon
Cinta Itu Bukan Untuk Istriku

Cinta Itu Bukan Untuk Istriku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / EXO / Angst / Penyesalan Suami
Popularitas:9k
Nilai: 5
Nama Author: Nana_Noona

Kiana hanya mencintai Dio selama sembilan tahun lamanya, sejak ia SMA. Ia bahkan rela menjalani pernikahan dengan cinta sepihak selama tiga tahun. Tetap disisi Dio ketika laki-laki itu selalu berlari kepada Rosa, masa lalunya.

Tapi nyatanya, kisah jatuh bangun mencintai sendirian itu akan menemui lelahnya juga.

Seperti hari itu, ketika Kiana yang sedang hamil muda merasakan morning sickness yang parah, meminta Dio untuk tetap di sisinya. Sayangnya, Dio tetap memprioritaskan Rosa. Sampai akhirnya, ketika laki-laki itu sibuk di apartemen Rosa, Kiana mengalami keguguran.

Bagi Kiana, langit sudah runtuh. Kehilangan bayi yang begitu dicintainya, menjadi satu tanda bahwa Dio tetaplah Dio, laki-laki yang tidak akan pernah dicapainya. Sekuat apapun bertahan. Oleh karena itu, Kiana menyerah dan mereka resmi bercerai.

Tapi itu hanya dua tahun setelah keduanya bercerai, ketika takdir mempertemukan mereka lagi. Dan kata pertama yang Dio ucapkan adalah,

"Kia, ayo kita menikah lagi."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana_Noona, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Selepas pembukaan acara dan sambutan-sambutan dari Ibu Rania selaku Founder–yang sayangnya diwakilkan karena beliau mendadak ada kunjungan ke Bali– acara berlanjut dengan acara bebas. Sebab acara sesungguhnya baru akan dimulai besok. Outbond dan beberapa kegiatan alam lainnya akan dilaksanakan besok. Pada malam terakhir akan ada acara barbeque dan baru kemudian paginya mereka kembali ke Jakarta.

Kiana, Jehan, Stevi, Mona dan Liliane sedang menikmati malam mereka di halaman belakang vila. Pada sebuah ayunan dan kursi panjang di taman bawah pohon tak jauh dari kolam renang. Pembahasan mereka terus berubah dari hal-hal remeh semacam lipstick favorit hingga akhirnya pada soal jodoh. Kiana dan Jehan sebagai sosok yang sudah menikah –dan pernah menikah– tiba-tiba diberondong pertanyaan tiga rekannya yang lain.

"Aku sudah dengar sih kalau Kia dan Dio itu dulu teman sekolah ya sebelum menikah?" Mona menyesap tehnya untuk membantu menghilangkan dingin.

Kiana tersenyum. "Bukan teman juga sih. Kami satu sekolah dan satu kelas tapi tidak berteman akrab juga."

"Kamu naksir dia duluan ya?" kekeh Jehan.

Kiana tertawa. "Kelihatan ya?"

"Banget," ujar Stevi sambil tertawa. Ia menyuapkan sepotong ubi cileumbu yang dipanggang. Ia juga menyuapkan sepotong lainnya pada Kiana.

"Gimana sih kita bisa yakin bahwa pacar atau seseorang itu jodoh kita?" Mona nampak menatap Kiana penuh minat. Bagi mereka, yang ada di sana, Kiana adalah perempuan beruntung sebab dipinang seorang Dionata Dierja. Walau memang yah keluarga Kiana juga bukan keluarga remah-remah rengginang juga, tapi Dierja itu berada pada kelas berbeda.

"Aku sih nggak tahu, ya. Seseorang yang aku yakini jodohku saja akhirnya berselingkuh dan berpisah," jawab Jehan dengan kekehan getirnya.

"Jodoh itu harus sampai akhir hayat ya?" tanya Kiana pada Jehan.

"Seharusnya bukannya begitu?"

"Jadi kalau kita mencintai seseorang kemudian di pertengahan jalan berakhir, orang itu bukan jodoh kita, meski kita pernah mencintai juga?" Kiana kembali bertanya.

"Pernah saling mencintai dengan selamanya mencintai itu memiliki perbedaan yang luas Kia. Ada rasa bosan yang berhasil dilewati, ada berbagai kesalahpahaman yang bisa diredam dan diselesaikan, ada banyak godaan yang berhasil tak digubris. Ada banyak hal buruk lah yang bisa diatasi untuk mencapai 'selamanya' itu. Dan kata 'pernah' itu artinya ia tidak bisa melewati semua itu."

Kiana memandang Jehan dalam. Perempuan yang satu tahun lebih muda darinya namun memiliki lebih banyak pengalaman soal kehidupan percintaan. Sebuah kisah tak manis yang sesekali dibagikannya sebagai petuah agar rekannya tak merasakan hal yang sama.

"Lalu ...." Kiana memutus tanyanya ragu. Ia melihat jehan, Stevi, Mona dan Liliane bergantian. "Menurut kalian, ketika keduanya saling mencintai namun tidak dalam sebuah ikatan pernikahan, apa itu juga 'jodoh'? mereka berdua saling mencintai, sa–ngat. Tapi tidak menikah atau lebih tepatnya, tidak bisa. Apakah itu juga jodoh?"

Dio dan Rosa, sejatinya, yang sedang ia pertanyakan. Keduanya yang saling mencintai namun tidak bisa berada dalam ikatan pernikahan.

"Bukan," jawab Liliane mantap.

Kiana menoleh padanya. "Kenapa? Mereka saling mencintai, 'kan?"

"Lantas bisa apa mereka dengan 'hanya' saling mencintai tanpa menikah? Lingkungan sosialnya akan bicara apa coba kalau mereka hanya saling mencintai tanpa menikah? Kita hidup sebagai makhluk social, 'kan? Kita tidak bisa abai akan hal itu."

"Tapi keadaan sekarang sepertinya sudah lumrah bagi manusia mengabaikan apa kata 'sosial' mereka, 'kan?" tanya Jehan.

"Asal mereka bahagia?" tanya Liliane balik.

"Iya."

"Itu bukan bahagia. Percaya deh, suatu saat mereka akan menyesalinya."

"Kenapa yakin begitu?" tanya Mona yang sedari tadi diam menyimak.

"Karena kalau mereka tidak menikah, bagaimana dengan nasib anak mereka? Yang Kiana tanya, 'kan yang 'tidak bisa' menikah. Anak mereka butuh 'menikah' itu untuk kehidupannya. Mereka berdua egois dong kalau hanya memikirkan bahagia mereka sendiri tanpa memikirkan ke depannya."

"Hah ... a –nak?" Kiana mengerjap-ngerjap terkejut. "Mereka tidak menikah kenapa harus ada anak?"

"Kia ... dua orang dewasa yang saling mencintai itu tidak akan hanya main masak-masakan. Of course they make love, jadi anak deh," jawab Jehan enteng.

Kiana tiba-tiba merasakan kepalanya lumayan pening. Ia selama ini tidak pernah berpikir sejauh itu. Bisa jadi karena perasaannya pada Dio yang terlalu membutakan atau karena ia memang belum benar-benar paham hubungan dua manusia dewasa. Ayolah, Kiana sendiri pun belum berada di fase mengalaminya sekalipun ia sudah menikah.

Make love.

They've never done it before.

"Kamu kenapa sih? Kenapa bertanya hal aneh untuk seseorang yang sudah menikah sama pujaan hatinya?" selidik Stevi. "Bukan gara-gara ... Arshaan, 'kan?"

Kiana terkekeh. "Bukanlah, gila."

"Terus?"

"Cuma penasaran aja," jawab Kiana sambil bangkit. "Aku mau ke dalam dulu buat teh lagi."

Kiana berjalan meninggalkan teman-temannya dan masuk ke dalam dapur. Ia mengambil teh dan bersiap menyeduhnya ketika pikirannya yang melayang pada kata-kata Jehan soal 'make love' membuat ia tak sadar bahwa air panas di dispenser tidak tepat pada mulut gelas melainkan pada jemari tangan kirinya. Hingga ketika ia menekan tombol air, otomatis tangannya turut terseduh.

"Aw!"

Kiana menarik tangannya, mendapati ibu jari dan telunjuknya memerah.

"Apa sih yang dipikirin sampai tangannya bisa kena air panas?"

Kiana tidak tahu bagaimana semuanya terjadi begitu cepat. Ada Arshaan yang sudah berdiri di sampingnya kini. Membawa jemarinya untuk dibasuh air mengalir dan sesekali meniupnya.

"Tunggu di sini, aku ambil P3K. Takutnya melepuh nanti dan melentung."

Kiana masih diam saja saat Arshaan meninggalkannya dan berlalu mencari kotak P3K. namun yang membuat hatinya mencelos adalah sosok Dio yang berdiri di pertengahan tangga dan menatapnya. Mungkin menatap pada apa yang terjadi antara dirinya dan Arshaan tadi.

Dio turun dan menghampiri Kiana. Ia menarik lengan perempuan itu dan membawanya bergegas menuju lantai dua, kamar mereka. Kiana sempat protes dan menolak, tapi Dio tetap memaksa. Ia tidak melepaskan pegangan tangannya pada Kiana hingga mereka benar-benar berada di kamar mereka. Dio membawa Kiana mendekat pada westael, membiarkan jemari Kiana yang terkena air panas itu berada dibawah guyuran air.

"Biarin dulu sampai 20 menit. Itu untuk mendinginkan luka bakar."

Dio beralih pada tas Kiana,ia mencari sesuatu yang sering dilihatnya.

"Kamu cari apa?" tanya Kiana bingung.

"Petroleum Jelly yang sering kamu bawa."

"Di dalam koper, di tas make up warna biru."

Dio membuka koper Kiana, namun tas kecil yang Kiana maksud tak ada. "Dimananya?"

Kiana menoleh, "Di dalam kali, ketutupan ba – nggak, nggak. Biar aku aja yang cari."

"Jangan pergi dari air kalau belum 20 menit," gertak Dio.

"Tapi itu nanti itu – "

Kiana bingung mau mengatakan apa. Maksudnya adalah bahwa tas itu mungkin berada di bawah tumpukan pakaian dalam miliknya. Akan sangat memalukan bila laki-laki itu melihat, memegang dan menyingkirkan bra dan underwear miliknya.

Dio benar-benar terkejut seperti dugaan Kiana. Menciptakan aura canggung diantara mereka berdua. Keduanya saling tatap dengan kikuk.

"Kan aku sudah bilang biar aku aja," cicit Kiana.

"Jangan pindah dari situ. Lagipula, aku sudah pernah lihat."

Dio memilih memindahkan pakaian dalam Kiana untuk kemudian mengambil tas kecil berwarna biru tempat proteleum jelly berada. Dio bangkit, membawa benda kecil tersebut kearah Kiana.

Setelah memastikan bahwa jari Kiana cukup tersiram air, Dio kemudian mengoleskan proteleum jelly pada jemari Kiana. Perempuan itu sempat meringis, namun saat Dio meniup lukanya, Kiana berusaha bersikap biasa saja. Meski hatinya sudah dag-dig-dug tentu saja.

Dio masih mengoleskan proteleum jelly saat kamar mereka diketuk. Dio bangkit dan membuka pintu. Menampilkan sosok Arshaan dengan tangannya menjinjing kotak P3K.

"Kiana sudah diobati."

Kiana bisa mendengar nada suara Dio yang tak bersahabat. Terlebih, tatapannya pada Arshaan yang tajam dan tidak beralih sedikitpun.

"Syukurlah," jawab Arshaan terdengar lega. Ia meneliti jemari Kiana dari jauh. Jari yang masih terbuka. "Tapi jari kamu belum diperban, setidaknya itu harus ditutup agar tidak tersentuh apapun."

Arshaan hendak mendekat kearah Kiana saat Dio yang berdiri di hadapannya tentu menghadang.

"Saya bisa melakukannya."

"Tapi –"

"Shaan." Suara Kiana menyela. Ia nampak memohon, sebab tak ingin lagi mendapati keduanya membuat keributan lantas menarik perhatian.

Arshaan menatap Kiana sesaat. "Oke, fine. Pastikan kamu benar-benar obatin Kia."

Arshaan memberikan kotak P3K itu pada Dio dengan kasar. Memilih meninggalkan mereka berdua dengan perasaan kesal.

Dio tidak mengatakan apapun. Ia memilih duduk di dekat Kiana. Dengan cekatan, ia membalut dua jemari Kiana yang terkena air panas dengan perban. Setelahnya, ia masih saja diam.

"Apa pernyataan ketidaksukaanku atas kedekatan kalian nggak ada artinya buat kamu?"

Dio adalah dingin. Dalam ucapannya yang penuh penekanan itu, ia bisa membuat Kiana sesaat membeku. Merasa tak enak hati untuk menjawab.

"Aku sudah bilang berkali-kali, I don't like him, Kia. Jangan dekat-dekat dia."

Kiana menghela napas. "Kamu nggak akan bilang alasannya, 'kan? Itulah kenapa aku juga nggak punya alasan untuk melakukan apa yang kamu mau."

"Cukup lakukan saja apa yang aku bilang, please."

Dio lelah. Ia menatap Kiana dengan seluruh tenaga yang tak lagi ada. Ia berkali-kali melarang istrinya itu demi kebaikannya. Tapi Kiana keras kepala. Terus saja bermain-main dengan orang yang jelas-jelas bisa menyakitinya.

Arshaan bisa menyakitinya.

Bukan karena siapa-sapa, melainkan karena dirinya.

Persoalan mereka setahun lalu.

"Kalau kamu merasa begitu frustasi hanya karena aku dan Arshaan memiliki kedekatan semacam ini, menurut kamu ... bagaimana perasaanku setiap kali kamu datang pada Rosa? Untuk jam-jam yang terasa lama, tanpa aku tahu apa yang kalian lakukan berdua. Menurut kamu ... bagaimana perasaanku?"

Kiana meluapkan apa yang berdenyut di kepalanya. Asumsi akibat percakapannya tadi dengan teman-teman, menumpuk lalu menjadi bola api liar yang terus membesar. Menjadi amarah, kekecewaan, rasa putus asa.

Keluarlah itu semua dalam bentuk tangis.

Kiana menangis.

"Bisa jadi kamu menghabiskan waktu berdua dengan bercanda, saling memeluk, mencium bahkan bercinta." Kiana merasakan amarahnya memenuhi seisi dada. Hingga napas pun terasa sesak. "menurut kamu bagaimana perasaanku?"

Dio tidak mengatakan apapun selain memeluk Kiana. Mencoba menenangkan Kiana yang meronta dalam dekapannya. Ia memaksa, mendekap.

"Maafin aku, Kia."

^^^^

KLIK LIKENYA DONGGGGG

1
Rully Kristiana
anjriitt udh pernah baca di tik tok tapi masih nyesekk aja /Sob/
Nana_Noona: Sedih banget kaaaaannn
total 1 replies
anak orang
jahat
Maizaton Othman
,tatabahasa tersusun serta alur cerita yg bagus menjadikan karya ini sebuah naskhah yg menarik,tidak sabar menunggu update setiap episod nya.
Maizaton Othman
kia..jgn mudah luluh..please,
Maizaton Othman
please Kia,belajarlah dari pengalaman masa lalu..jgn jatuh dilubang yg sama 2x,jgn mudah terpedaya dgn sesiapa pun yg ingin mengambil kesempatan diatas " rasa" cintamu yg masih "ada",benteng lah hati mu seteguhnya.
Maizaton Othman
oke
anak orang
lagiiiiiii
Maizaton Othman
good decision,mama,jgn sesekali izinkan..hargai Kia,kasihan dia...
Sunria Riayah
aku menungguuuuuuu
anak orang
gara gara eyang ganggu,aku kasih bintang 5 🤣
anak orang
eyang ganggu lhoooo🤣
Nana_Noona
Nanti malam kita up lagi ya kakkkk
Rita Ningsih
mana lanjutan nya dong
Neneng
kiana plin plan
Sunria Riayah
aaaa gasabar mereka rujuk
Wafiqasra
fakboy wkwkwkkw
KingSafir
kaya juga suka gratis kianaaaa
KingSafir
kawannya gueblekkkk hahahhaha
Nasi16
Buku ini tuh bagus banget. Thrope-nya mainstream tapi eksekusinya nggak. Ni buku anti ah-ah-oh-oh yaa hahahahah

bagus banget recommended
Nasi16
update lagiiii cepatttt ga sabarrrrr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!