NovelToon NovelToon
THE REGRET OF MY SEVEN BROTHERS

THE REGRET OF MY SEVEN BROTHERS

Status: sedang berlangsung
Genre:BTS / Keluarga / Angst
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: BYNK

"The Regret of My Seven Older Brothers"

Di balik kehidupan mewah dan kebahagiaan yang tampak sempurna, delapan bersaudara hidup dalam kesejahteraan yang diidamkan banyak orang.

Namun, semuanya berubah ketika kecelakaan tragis merenggut nyawa sang ayah, sementara sang ibu menghilang tanpa jejak.

Si bungsu, Lee Yoora, menjadi sasaran kemarahan dan penilaian keliru ketujuh kakaknya, yang menyalahkannya atas kehilangan yang menghancurkan keluarga mereka.

Terjebak dalam perlakuan tidak adil dan kekejaman sehari-hari, Yoora menghadapi penderitaan yang mendalam, di mana harapan dan kesedihan bersaing.

Saat penyesalan akhirnya datang menghampiri ketujuh kakaknya, mereka terpaksa menghadapi kenyataan pahit tentang masa lalu mereka. Namun, apakah penyesalan itu cukup untuk memperbaiki kerusakan yang telah terjadi?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BYNK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 34: Pengorbanan Lee Yoora

"Oppa... itu orangnya," bisik Yoora, menunjuk seseorang yang baru keluar dari gedung tua di depan mereka.

"Itu benar-benar Kang Hae Chul, iya kan, Hyung?" tanya Taehwan, memastikan.

"Betul. Itu dia, ayo turun sekarang." jawab Jihwan tegas. " Namun, baru saja Jihwan membuka pintu mobil, Yoora langsung menahannya.

"Tunggu, Oppa!" sergahnya cepat.

"Apa lagi?" tanya Jihwan dengan nada kesal.

"Kalau kalian langsung turun, kita tidak tahu apa yang menanti di dalam sana. Jangan sampai kalian malah membahayakan diri sendiri," ujar Yoora dengan nada serius.

"Lalu menurutmu, kita harus diam saja menunggu sesuatu terjadi pada Jungsoo?" balas Jihwan dengan nada tajam.

"Oppa, dengarkan aku. Kita harus cerdas. Aku akan turun lebih dulu dan mengalihkan perhatian Kang Hae Chul. Setelah itu, kalian masuk ke dalam untuk mencari Jungsoo oppa. Aku yakin ada yang tidak beres di sini," ujar Yoora dengan tegas, meskipun terlihat gugup.

"Aku tidak setuju! Bagaimana jika Kang Hae Chul melukaimu?" tanya Taehwan penuh kekhawatiran.

"Aku bisa menjaga diri, Oppa. Aku hanya punya satu permintaan, tolong bawa Jungsoo oppa pulang dengan selamat. Jangan pedulikan aku. Aku akan baik-baik saja," kata Yoora dengan senyum kecil, berusaha meyakinkan.

"Aku tetap tidak setuju," balas Taehwan, menggeleng kuat.

"Aku janji akan baik-baik saja," ujar Yoora dengan nada lembut namun penuh tekad.

Setelah beberapa saat berdiskusi dengan perdebatan yang sengit, akhirnya Jihwan dan Taehwan menyerah. Mereka setuju dengan rencana Yoora, meskipun dengan berat hati. Gadis itu lalu turun dari mobil dan berjalan mendekati Kang Hae Chul, yang saat itu sedang berbicara dengan dua pria lain di area terbuka yang cukup jauh dari gedung tua.

"Hyung, apa dia akan baik-baik saja?" tanya Taehwan, kekhawatiran terpancar jelas dari suaranya.

"Dia bilang dia akan baik-baik saja," jawab Jihwan singkat, meski nada suaranya terdengar penuh keraguan. Matanya terus mengawasi Yoora yang kini sudah berhasil memulai percakapan dengan Kang Hae Chul. Perhatian pria itu tampak sepenuhnya tertuju pada gadis tersebut.

"Kita selamatkan Jungsoo dulu," tambah Jihwan, memutuskan untuk bergerak cepat sebelum ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.

Keduanya turun dari mobil dan berjalan cepat menuju gedung tua. Syukurnya, tidak ada penjaga di sekitar gedung. Sepertinya hanya ada Kang Hae Chul dan kedua anak buahnya di area tersebut. Dengan langkah hati-hati, mereka masuk ke dalam gedung yang gelap dan dingin, berharap mereka bisa menemukan Jungsoo sebelum terlambat.

Taehwan dan Jihwan terus mencari ke sana ke mari, langkah-langkah tergesa mereka bergema di lorong-lorong suram bangunan terbengkalai itu. Namun, pencarian mereka tetap nihil. Setiap sudut ruang dan lantai usang yang mereka datangi seolah hanya menyimpan bayang-bayang muram tanpa jawaban. Setelah hampir lima menit menyusuri setiap sudut gelap, mata Taehwan tiba-tiba menangkap kilasan pergerakan samar dari sebuah ruangan di ujung lorong. Telinganya menangkap suara yang nyaris teredam di tengah kesunyian.

 Tanpa membuang waktu, keduanya bergegas menuju sumber suara tersebut. Langkah-langkah mereka semakin dipercepat, hingga akhirnya mereka mendobrak pintu ruangan tersebut dengan napas memburu.

Benar saja, di dalamnya ada Jungsoo, duduk di atas kursi tua yang sudah rapuh, tubuhnya terikat erat dengan tali tambang kasar. Wajahnya tampak babak belur, bekas pukulan jelas terlihat di setiap sudut wajahnya. Mulutnya yang tertutup lakban hitam menambah kesan pilu.

"Soo-ah…" suara Jihwan pecah, campuran antara lega dan amarah. Tanpa pikir panjang, dia langsung mendekat, tangannya bergetar saat mencoba melepas ikatan yang membelenggu adiknya. Namun, tali yang digunakan begitu kuat, membuat mereka sedikit kesulitan. Taehwan ikut membantu, hingga setelah beberapa menit penuh perjuangan, mereka akhirnya berhasil membebaskan Jungsoo. Begitu bebas, Jungsoo langsung memeluk Jihwan erat-erat, air mata jatuh membasahi wajah lebamnya.

"Terima kasih, Hyung," ucapnya lirih dengan suara serak , pria itu menangis dalam pelukan sang kakak. Jihwan mengusap kepala adiknya dengan lembut sebelum akhirnya mendengus kesal.

"Haishhh... dasar bocah nakal," katanya, meski ada nada kelegaan yang tak bisa disembunyikan. Walaupun mulutnya mengeluh, pelukan hangatnya membuktikan betapa ia sangat peduli.

"Hyung, ayo cepat pergi sebelum mereka kembali. Kita juga harus menyelamatkan Yoo... " kata-kata Taehwan terhenti mendadak. Sorot matanya berubah tajam saat sudut matanya menangkap pemandangan yang membuat darahnya berdesir.

Tidak jauh dari sana, terlihat Yoora yang kini berada di bawah kendali Kang Hae Chul dan anak buahnya. Kedua tangan Yoora ditahan paksa, tubuhnya tampak bergetar meski ia berusaha terlihat tenang. Taehwan merasa napasnya tercekat.

"Wah, ternyata semua anggota Lee Family ada di sini, { suara Kang Hae Chul menggema, penuh ejekan. Pria itu menyeringai licik, matanya bergantian menatap Jihwan dan Taehwan } Seharusnya kalian beritahu kami sebelumnya. Kami bisa menggelar karpet merah untuk menyambut kalian, bukan begitu, Tuan Jihwan?" lanjutnya sambil tertawa sinis.

Yoora, yang terperangkap dalam cengkeraman mereka, menatap kosong ke arah saudara-saudaranya. Sorot matanya seolah tak menunjukkan emosi apa pun, membuat Jihwan dan Taehwan semakin bingung akan situasinya.

"Lepaskan dia," ucap Taehwan dengan nada tegas, berusaha menahan amarah yang berkobar di dadanya.

"Hahaha... Apa dia kekasihmu?" ujar Hae Chul dengan nada mengejek, menyeringai penuh ejekan. Pertanyaan itu membuat Taehwan mengepalkan tangannya erat, menahan dorongan untuk menyerang. Semua orang di sana memang tidak tahu bahwa keluarga Lee memiliki seorang putri.

"Dia ad..." ucapan Taehwan terhenti tiba-tiba ketika Yoora, dengan suara tenang namun dingin, menyela.

"Kami tidak ada hubungannya, Tuan. Saya sama sekali tidak mengenal mereka," ujar Yoora, kalimatnya terdengar menusuk, membuat Taehwan menatapnya dengan ekspresi penuh keterkejutan.

"Ah, begitu kah, Nona?" Hae Chul terkekeh puas, matanya melirik ke arah wajah Jungsoo, Jihwan, dan Taehwan secara bergantian, menikmati ekspresi tercengang mereka.

"Nona, Anda tahu, mereka itu keluarga terpandang dari tempat Anda berasal. Mereka Lee Family. Anda dari Seoul, tidak mungkin jika tidak mengenal mereka?" tanya Hae Chul lagi, suaranya penuh sindiran. Kedua anak buahnya yang memegangi tangan Yoora ikut tertawa, menambah suasana semakin memanas.

"Tidak semua orang harus kenal dengan orang lain, bukan? Orang terpandang di Seoul bukan hanya mereka," ujar Yoora dengan tatapan tajam, matanya tidak sekalipun berkedip saat menatap Hae Chul.

"Anda benar sekali. Ternyata Lee Family tidak setenar itu," ujar Kang Hae Chul sambil tertawa menggelegar, suara tawanya bergema di ruangan kosong itu, membuat suasana semakin tidak nyaman.

"Nona, Anda bisa bekerja sama dengan saya?" tanya Hae Chul lagi, dengan nada yang tampak serius meski matanya penuh tipu daya.

"Iya?" Yoora berpura-pura bingung, berusaha mengikuti permainan Hae Chul. Sedari awal bertemu, ia sudah menyangka bahwa pria ini mudah termakan oleh kebohongannya.

"Anda lihat dia? { Hae Chul menunjuk Jungsoo dengan dagunya } Dia akan saya jual pada musuh keluarganya dengan harga mahal. Bisakah Anda membantu saya menghilangkan dua kuman itu?" lanjutnya, kini dagunya mengarah pada Taehwan dan Jihwan.

"Tapi saya tidak tahu harus melakukan apa?" Yoora bertanya, suaranya terdengar setengah ragu.

"Bunuh mereka," ujar Hae Chul singkat, namun kalimatnya membawa hawa dingin yang menusuk.

Semua orang yang ada di sana langsung melotot ke arah Hae Chul dan Yoora. Ruangan yang tadinya dipenuhi suara tawa kini menjadi sunyi mencekam, udara serasa lebih berat untuk dihirup. Pikiran Jihwan berputar-putar, menciptakan berbagai kemungkinan yang membuat dadanya semakin sesak. Apakah benar Yoora ingin membalas dendam? Apakah semua ini rencana yang telah ia susun sejak awal? Pikiran buruk tentang Yoora melintas begitu saja, semakin menambah rasa tidak percaya di hatinya.

"Baiklah..." Jawaban Yoora terdengar dingin, membelah keheningan ruangan seperti bilah pisau tajam. Kata-kata itu semakin membuat Jihwan dan Jungsoo terbelalak, tak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar. Namun, Taehwan bereaksi berbeda. Ia hanya diam, matanya memindai setiap sudut ruangan dengan waspada. Dalam pikirannya, dia yakin jika yoora tidak mungkin melakukan hal tersebut pada saudara nya , oleh sebab itu dia hanya diam melihat apa yang di lakukan oleh adiknya itu . Karena jika pun melawan mereka akan kalah karena anak buah Hae Chul membawa senjata api.

"Nona, apa Anda tidak takut membunuh orang?" tanya Hae Chul, tawa sinisnya menggema, menciptakan suasana semakin menyesakkan.

"Anda juga seorang pembunuh, bukan?" Yoora balik bertanya, tatapannya tajam dan menusuk, membuat Hae Chul yang awalnya tampak santai kini terdiam sejenak.

"Berita tentang Anda yang menjadi serial killer sudah diketahui seantero Korea, Tuan. Bukankah Anda juga tidak takut? Alasan Anda membunuh mereka juga hanya karena mereka membuat Anda kesal, bukan?" lanjut Yoora dengan nada tenang, seolah menusuk ego pria itu tanpa belas kasihan.

"Jadi Anda sudah tahu itu?" gumam Hae Chul sambil mendekati Yoora, langkahnya penuh kehati-hatian, meskipun wajahnya menyiratkan kepercayaan diri.

"Tuan, apa yang saya dapatkan jika saya membantu Anda menghabisi mereka?" tanya Yoora, suaranya terdengar seperti jebakan manis, membuat Jihwan semakin gelisah.

"Apa ini negosiasi?" tanya Hae Chul, matanya menyipit, mempelajari ekspresi Yoora.

"Saya juga butuh keuntungan," jawab Yoora tanpa ragu.

"Saya akan mengabulkan permintaan Anda," ujar Hae Chul, senyumnya melebar, seakan merasa telah mengendalikan situasi. Tapi, tanpa ia sadari, ia sudah masuk ke dalam jebakan Yoora.

"Saya setuju. Berikan pistolnya. Saya akan melakukannya sekarang. Permintaan saya, tolong antarkan saya kembali ke rombongan saya dengan selamat, hanya itu. Saya juga akan memberikan uang yang kalian mau," ujar Yoora, dengan nada meyakinkan yang disambut tawa puas dari Hae Chul.

"Tidak dengan pistol, Nona. Lakukan dengan ini," ujar Hae Chul, menyodorkan sebuah belati tajam ke tangan Yoora. Mata Yoora bergetar sejenak, tetapi ia berusaha keras menutupi rasa gugup yang mulai menjalari tubuhnya. Ia tersenyum tipis saat menerima belati tersebut, meski di dalam hatinya degup jantungnya semakin kencang.

"Silahkan," ujar Hae Chul, memberi Yoora jalan menuju saudara-saudaranya.

Entah kenapa Yoora merasa Hae Chul itu bodoh. Dengan begitu mudahnya ia percaya pada semua ucapan Yoora, padahal sejak awal ia sendiri yang mengatakan bahwa tidak boleh percaya pada orang yang baru dikenal. Namun, di sisi lain, Yoora tahu ada yang janggal. Hae Chul melarang anak buahnya melukai Yoora, dan ia sendiri tidak menunjukkan tanda-tanda ingin mencederainya. Apa sebenarnya rencana pria ini? pikir Yoora, tatapannya jatuh pada wajah kakak-kakaknya yang kini berdiri tak jauh darinya. Ia bisa melihat campuran emosi di mata mereka kekhawatiran, amarah, dan kebingungan semua bercampur menjadi satu, menambah beban di hatinya.

Yoora melangkah dengan tenang, meskipun setiap detik terasa seperti beban berat yang menghimpit dadanya. Ia mendekati Jihwan, yang menatapnya dengan sorot mata tajam, penuh amarah. Tatapan itu bukan sekadar kekesalan, melainkan kebencian yang begitu nyata, apalagi saat ia melihat belati tajam yang Yoora pegang erat di tangannya. Amarah Jihwan terasa seperti api yang membara, ingin meledak kapan saja, namun ia tetap tak berdaya. Anak buah Hae Chul yang bersenjata api menjaga setiap gerakannya.

"Maafkan aku, Tuan Lee... Meskipun saya tidak mengenal Anda, saya harus melakukan ini," ujar Yoora lantang, memastikan setiap kata terdengar jelas oleh Hae Chul yang berdiri tak jauh darinya. Namun, tatapannya tertuju langsung ke mata Jihwan sorot matanya penuh kepedihan yang tersembunyi di balik wajahnya yang tampak tenang.

"Kau gila?" desis Jihwan dengan suara rendah, hampir seperti geraman. Hanya Yoora yang bisa mendengar kata-katanya karena jarak di antara mereka begitu dekat.

"Iya, oppa... aku gila, { jawab Yoora dengan nada pelan yang nyaris pecah. Matanya yang berkaca-kaca menatap lurus ke arah Jihwan } Tolong bantu aku melakukan dosa besar ini. Jika terjadi apa pun, jangan pedulikan aku... Selamatkan Jungsoo dan Taehwan, oppa. Kamu kakak tertua kita di sini sekarang, selamat kan semua adik mu, jangan pedulikan aku," lanjutnya, mencoba menahan air mata yang hampir jatuh.

"Apa yang kau la..." Jihwan terdiam, kebingungan tercetak di wajahnya. Namun, ucapan Jihwan terpotong oleh suara tawa dingin Hae Chul.

"Nona, apa Anda ragu?" tanyanya, terkekeh pelan. Matanya mengamati Yoora dengan penuh kesombongan. Yoora mengangkat kepalanya perlahan, menatap Hae Chul dengan tatapan tenang , seolah taada ketakutan sedikit pun di wajahnya.

"Tentu tidak, Tuan. Ini kesempatan untuk saya bisa pergi dari sini, bukan? Dan saya akan melakukannya... Saya hanya sedang mengamati tempat yang cocok untuk menusuknya," jawabnya dengan tenang, meskipun detak jantungnya berpacu begitu cepat.

Tanpa aba-aba, Yoora melempar belati itu dengan kekuatan yang menggetarkan. Mata semua orang membelalak saat belati tersebut menancap sempurna di dada Hae Chul. Teriakan melengking pria itu menggema di seluruh bangunan kosong, tubuhnya langsung ambruk ke lantai.

"Yoora!!" seru Jihwan yang baru paham dengan ucapan sang adik , dia terkejut dan tidak percaya jika yoora bisa melakukan hal seperti ini .

Taehwan, yang melihat kesempatan, langsung melancarkan serangan ke anak buah Hae Chul yang lengah karena panik. Jungsoo dan Jihwan tak tinggal diam, mereka bergabung dalam pertarungan sengit melawan dua pria bersenjata.

"Ayo pergi!" seru Taehwan dengan napas tersengal. Ia menarik tangan Yoora, memastikan adiknya ikut berlari bersama mereka. Jihwan dan Jungsoo memimpin jalan, mencoba menghindari kemungkinan ancaman lainnya. Namun, di tengah pelarian mereka menuju pintu keluar, firasat buruk menyelimuti Yoora. Ia merasakan ada sesuatu yang salah, dan instingnya memaksa untuk menoleh ke belakang.

Benar saja, salah satu anak buah Hae Chul yang tersisa mengangkat pistolnya, membidik ke arah mereka dengan niat membunuh.

"Awas, oppa!!" teriak Yoora dengan suara yang terdengar seperti jeritan hati terakhirnya. Tanpa ragu, ia mendorong ketiga kakaknya ke samping. Tubuh mereka terhempas ke dinding dingin, dan suara letusan peluru menggema memecah keheningan ruangan itu. Dalam sekejap, peluru melesat, menembus tubuh Yoora.

Semua terasa begitu cepat, terlalu cepat. Tubuh Yoora tersentak ke belakang, seperti daun kering yang diterpa angin kencang. Darah segar mengalir deras dari luka tembak di perutnya, membasahi pakaian dan lantai di bawahnya. Matanya yang sebelumnya penuh dengan keberanian kini perlahan kehilangan sinarnya. Namun, dengan sisa tenaga yang ada, ia memutar kepalanya, menatap ketiga kakaknya yang masih terdiam dalam keterkejutan.

"Oppa... selamatkan diri kalian..." bisiknya lirih, hampir tak terdengar, sebelum tubuhnya limbung, jatuh ke lantai yang dingin dan berdebu.

"Tidak! Yoora!!" teriakan histeris Taehwan menggema, memecah kebisuan. Melihat adiknya tersungkur, amarah membakar dirinya. Dengan langkah cepat penuh emosi, ia berlari ke arah anak buah Hae Chul yang masih memegang senjata, siap membalas. Namun, saat pria itu mencoba menembak Taehwan, hanya suara kosong pelatuk yang terdengar, pelurunya habis.

Taehwan tidak menyia-nyiakan momen itu. Dengan seluruh kemarahan yang membara, ia menghajar pria tersebut tanpa ampun. Tinju demi tinju menghujam tubuh musuhnya, hingga akhirnya pria itu ambruk tak sadarkan diri di lantai.

Sementara itu, Jihwan segera memangku tubuh Yoora yang terkulai lemas. Darah terus mengalir, membasahi tangannya. Napas Yoora semakin lemah, terdengar seperti bisikan yang hampir lenyap. Taehwan kembali, wajahnya memerah oleh amarah dan kesedihan. Dengan gemetar, ia mengambil alih tubuh Yoora dari Jihwan, memeluknya erat seolah tak ingin melepaskannya.

"Yoora... Kamu bilang akan baik-baik saja! Kenapa malah mengorbankan dirimu untuk kami, hah?!" bentaknya, suaranya pecah di tengah tangis. Yoora tersenyum samar meskipun bibirnya bergetar, darah mengalir dari sudut mulutnya.

"Aku tidak apa-apa, oppa... yang penting kalian tidak terluka... { suaranya lemah dan terputus-putus. Ia menoleh ke Jungsoo yang berdiri terpaku dengan mata memerah } Maaf, Jungsoo oppa... aku terlambat menyelamatkanmu. Seon oppa pasti marah melihat wajah adik kesayangannya lebam-lebam begini... Maaf ... Tidak banyak yang bisa aku lakukan untuk kalian semua, aku sungguh benar-benar menyesal telah membuat kalian kehilangan Daddy... Uhuk (darah segar keluar dari mulut Yoora) aku juga tidak pernah meminta untuk hadir di antara kebahagiaan kalian, maaf.. Maafkan semua dosa dan kesa.. Lahan.. .. Ku..." Air matanya jatuh.

"Yoora, jangan bicara lagi! Kami akan menyelamatkanmu!" desak Taehwan, mengguncang tubuhnya pelan, namun Yoora tetap melanjutkan, suaranya semakin pelan.

"Jihwan oppa... Terima kasih sudah percaya padaku... Kamu kakak terbaik... { air matanya membasahi wajahnya yang mulai pucat } Dan tae oppa... terima kasih sudah menerima aku... setelah semua yang aku lakukan, membuat kalian kehilangan cinta dari Daddy dan Mommy... Sampaikan terima kasihku pada Namjin oppa... Aku sayang kalian semua... sem... " Kata-kata Yoora terputus. Matanya perlahan tertutup, tubuhnya lemas dalam pelukan Taehwan.

"Yoora! Tidak! Jangan tinggalkan kami!!" jerit Taehwan, suaranya penuh kepedihan. Tubuhnya gemetar hebat, pelukannya semakin erat. Jihwan dan Jungsoo, yang selama ini dipenuhi kebencian terhadap adiknya, hanya bisa berdiri terpaku. Air mata mengalir deras di wajah mereka untuk pertama kalinya, kebencian mereka berubah menjadi kesedihan yang dalam.

"Hyung, cepat bawa dia ke rumah sakit!" seru Jungsoo, suaranya bergetar oleh rasa takut yang menghantuinya.

Tanpa menjawab, Taehwan bangkit dengan tubuh Yoora di pelukannya. Mereka semua berlari menuju mobil dengan napas terengah, membawa Yoora yang tak bergerak ke rumah sakit terdekat. Dalam hati mereka, harapan terus berbisik, meskipun ketakutan menyelimuti.

Di perjalanan, untuk pertama kalinya, Jihwan dan Jungsoo yang dulu ingin Yoora pergi dari hidup mereka, memanjatkan doa kepada Tuhan, memohon agar adik mereka diselamatkan. Hati mereka dipenuhi penyesalan, terlambat menyadari cinta seorang adik yang rela mengorbankan segalanya demi mereka.

1
Nunu Izshmahary ula
jadi itu alasannya, wah... kalau gitu mah saudara nya keterlaluan banget dong, masa cuma gara2 kehendak Tuhan mereka benci sama adik mereka selama itu...

lanjut Thor🥺🥺🥺
Nunu Izshmahary ula
mulut Seonho dari awal sampai sekarang belum ada tanda tanda tobat 😭😭😭
Nunu Izshmahary ula
penasaran deh sebenarnya kenapa lee bersaudara itu sampai sebegitu Nya sama Yoora, cuma gara gara ayahnya meninggal kah ? terus ibunya juga kemana 😩 sengaja nabung bab dari kemarin
Nunu Izshmahary ula
kayak nya rentenir nya itu orang' suruhan imo nya Yoora deh
Nunu Izshmahary ula
lagi ada di fase ini, cinta terhalang mitos budaya 🥺🫠
Nunu Izshmahary ula
mungkin sifat keras Seonho nurun dari harabeoji nya kali ya, kalau di baca bab ini kasian Seonho tapi kalau baca part Yoora sedih ke Yoora juga😅
Nunu Izshmahary ula
ini relate banget sih🤣🤣🤣
Nunu Izshmahary ula
Masa mati.. jangan dulu dong🥹
Nunu Izshmahary ula
mungkin gak sih kalau setelah ini haesung juga berubah kaya Taehwan?
Nunu Izshmahary ula
Seonho tipe tipe kakak overprotektif banget
Nunu Izshmahary ula
Mau kakak kaya Namjin
Nunu Izshmahary ula
akhir nya ada satu saudara Yoora yang tobat 🥹 wahhh
Nunu Izshmahary ula
ouh jadi Min-ho ya yang waktu itu baik sama Yoora, jangan jangan Mereka jodoh lagi☺️🤣
Nunu Izshmahary ula
semoga Yoora gapapa, saudara nya ada aja yang bikin dia celaka
Nunu Izshmahary ula
yang ini bener banget, walaupun Seonho kaya gitu tapi gimana ya . kata kata ini bener juga
Nunu Izshmahary ula
astaga Seonho 😩minta ginjal orang udah kaya minta krupuk
winterbear95
"kemarahan kakak tertuanya"😭kenapa dibayanganku malah muncul Jin hyung ngerap sih astaga
winterbear95
aku baca, imajinasi visualku nongol 7 bujang kesayanganku🥺
Nengsih
sedih banget, dari pertama baca udah mewek 😭
Nunu Izshmahary ula
pengen punya sahabat macam rea , wah ... senengnya kalau punya temen kaya gitu ya , di saat dunia membenci kita habis - habisan ada satu tempat yang bisa kita jadikan tempat pulang untuk bersandar, susah banget nyari temen yang kaya gini di dunia nyata . kebanyakan orang cuma bermuka dua dan datang kalau lagi ada butuh nya aja🥺
BYNK: Kamu pasti akan menemukannya suatu hari nanti, atau mungkin malah kamu yang jadi sahabat seperti Rea untuk orang lain. Dunia ini memang keras, tapi kebaikan kita nggak pernah sia-sia. jangan lelah jadi orang baik , semangat 💪🏻
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!