NovelToon NovelToon
Once Again

Once Again

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:643
Nilai: 5
Nama Author: Mesta Suntana

Tampan, kaya, pintar, karismatik mendarah daging pada diri Lumi. Kehidupan Lumi begitu sempurna yang membuat orang-orang iri pada kehidupannya.

Hingga suatu hari Lumi mengalami kecelakaan yang membuat hidupnya berada ditengah garis sial atau beruntung?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mesta Suntana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 16 - Rencana Gagal

Suara dering telepon membangunkan Lana yang tertidur duduk di bangku taman. Lana merapihkan dirinya, setelah itu baru Dia mengambil ponselnya. Nama Tuan Lumi tertera di layar ponsel. Wajah masam tertuang dihadapan layar ponsel. Helaan nafas di iringi tangan Lana yang mengangkat panggilan dari Lumi.

" Hallo Tuan ! " Lana membuka percakapan.

" Bisa kau antarkan barang yang ada di depan pintu ke kamarku. " Titahnya.

" Baik Tuan! " Panggilan di akhiri.

Lana segera bergegas menuju kamar Lumi. Sepanjang jalan Lana merasa akan ada yang terjadi. Perasaan Lana tidak nyaman. Kemudian Lana mencoba menghilangkan pikiran negatif tersebut. Langkah Lana sedikit di percepat sampai meja kecil beroda terlihat di depan pintu kamar Lumi. Ada selembar kain putih tebal dan halus di meja tersebut. Handuk. Lana yang tidak berpikir panjang langsung mengambil handuk tersebut. Ketukan itu tidak terlalu keras tapi bunyinya masih bisa terdengar.

" Silahkan masuk. "

Lana dengan perlahan langsung membuka pintu. Baru melangkah masuk Lana sudah disuguhkan dengan hal yang membuat mata Lana tercekat.

" Kaki itu "

" Dada bidang itu "

" Perut berotot itu "

" dan yang dibawah itu "

Tubuh Lana seketika membeku. Sisi lain dari Lana berteriak, Lumi kini sedang duduk terkangkang di sofanya tanpa satu helai kain yang menutupi tubuhnya. Dia telanjang.

Rasanya Lana ingi menghilang dari dunia ini. Pikiran Lana yang berputar-putar membuat Lana sedikit gemetar. Lana mencoba untuk tetap tenang pandangan Lana harus terfokus ke arah lain. Sisi lain dari Lana mencoba untuk menenangkan dirinya.

" Wajah... Ayo kita fokus ke wajahnya saja. " Saran hati Lana

Saat mata Lana ingin memfokuskan pada wajah Lumi. Setruman menyambar diri Lana. Lana terkejut dengan wajah Lumi yang menyeringai penuh kemenangan. Lana mulai merasakan marah dalam hatinya. Jengkel. Ingin rasanya Lana memukul wajahnya itu.

" Kau tidak boleh kalah Lana. "

" Sudah sepatu jalan, ayo buktikan. "

Lana menyemangati dirinya, Dia mulai menenangkan dirinya. Lana mulai mendekati Lumi dengan percaya diri. Terlihat jelas mata Lumi tercekat dan kebingungan melanda pikirannya saat Lana berani melangkah maju. Jarak mereka kian menipis. Lana berdiri tepat di hadapan Lumi.

" Ini Tuan, Handuknya. " Lana menyodorkan handuk itu sambil tersenyum tipis.

Lumi terkejut, hingga sekujur tubuhnya tidak mau begerak. Loading. Otak Lumi masih memproses. Lumi tak percaya bagaimana Dia tidak bisa terganggu. Padahal Lumi sudah yakin Lana akan kabur. Padahal tadi matanya terlihat begitu tercekat.

" Apakah saya juga yang harus mengeringkan Tuan. " Lumi mulai tersentak dari diamnya.

Lana mulai menundukkan kepalanya. Wajah Lana kini mulai mendekati wajah Lumi. Kini mereka saling bertatapan. Jantung Lumi berdetak begitu kencang. Nafas Lumi mulai tertahan. Kata - kata tidak bisa keluar dari mulut Lumi. Wajah Lana terlihat santai dan tenang. Lumi merasa tersudutkan. Lana memiringkan kepalanya. Lumi mulai was was dengan tindakan apa yang akan Lana lakukan. Wajah Lana kini semakin mendekat. Tanpa sadar Lumi memejamkan matanya. Satu kalimat terbisik pada telinga Lumi.

" Bagian bawah mu tidak menarik "

Setruman tak terduga dari ucapan Lana membuat Lumi tercengang. Kumpulan asap konslet terlihat di kepala Lumi. Wajah Lumi merah padam. Dia malu. Harga dirinya merasa jatuh. Kekalahan ini membuat Lumi lemas tak berdaya.

Lana yang melihat Lumi seperti robot yang sudah rusak. Wajah Lana tersenyum tipis. Tangannya kini mulai merentangkan handuk yang Dia pegang sedari tadi. Lalu Dia selimutkan di atas paha Lumi. Ekspresi Lumi semakin tercengang.

" Mungkin Dia akan kejang setelah ini. "

Lana mulai menjauhkan dirinya dari Lumi. " Kalau begitu saya permisi. "

Lana meninggalkan Lumi yang sekarat oleh rasa malu yang tak terkira.

1
Robitasari
hai kak, mampir di karya aku juga dong, kita saling support🫠
Metana: Ayo kita saling mendukung, semangat
total 1 replies
Sugandi Abah
Bagus,aku suka penggambarannya
minsook123
Penggambaran luar biasa.
Beerus 🎉
Sayang banget udah selesai. 😢
ʀɪᴢᴀʟ Wibu
Seru banget, aku nggak sabar nunggu chapter berikutnya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!