NovelToon NovelToon
What Dorm Is This | NCT DREAM

What Dorm Is This | NCT DREAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Horror Thriller-Horror / Persahabatan / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Hantu
Popularitas:877
Nilai: 5
Nama Author: raaquenzyy

7 Jiwa yang dipertemukan dan bahkan tinggal di satu atap yang sama, Asrama Dreamer.
Namun, siapa sangka jika pertemuan itu justru membuat mereka mengetahui fakta yang tak pernah ketujuhnya sangka sebelumnya?.
hal apa itu? ikuti cerita mereka di What Dorm Is This

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon raaquenzyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 17 (lantai 2)

"Nif, bangun. Hanif!" Suara itu terdengar samar-samar masuk ke indera pendengaran Hanif. Perlahan ia membuka matanya, melihat sekeliling.

Seketika matanya membulat saat menyadari jika ia berada di ruangan yang gelap, penerangan mereka hanya melalui lampu tua yang sudah remang-remang.

"Woi, kita dimana? Gue mau balik plis." rengek Hanif, ia melihat sekeliling, ruangan ini sangat kotor.

"Kita harus keluar dari sini, meskipun kita nggak tau dimana kita sekarang. Kita harus berusaha buat keluar dari sini." tegas Marvel.

"Kita ada di kelas gue, di lantai 2. Lo jangan panik dulu, Nif! Masa kelas sendiri sampe lupa." omel Reihan.

"Sekarang kita coba cari jalan keluarnya, kita keluar kelas. Usahain posisi kita aman, baru cari jalan keluar. Oke?" tutur Nando.

Ketujuhnya keluar, melirik ke setiap koridor. Saat dirasa aman, baru mulai keluar untuk mencari jalan keluar. "Barang apaan ini anjir? kita nggak bisa turun lewat tangga." resah Aji.

"Tenang, kita cari jalan keluar lain." sahut Marvel mengusap punggung yang lebih muda.

Berbagai cara ketujuhnya lakukan, namun tak kunjung berhasil. namun atensi Cakra terarah pada jendela yang tertutup rapat. "Kita bisa keluar lewat sana?" tanya Cakra, sontak atensi mereka semua terarah pada jendela yang ditunjuk oleh Cakra.

"Bisa?" tanya Aji saat Reihan mencoba membuka engsel jendela, namun gelengan membuat semuanya kembali menghela napas.

"Minggir." celetuk Noah.

Meskipun merasa bingung, Marvel dan teman-temannya tetap minggir dari jendela. Detik berikutnya mereka dibuat terkejut saat Noah tiba-tiba menonjok jendela itu.

Pecah.

Darah mengalir di telapak tangan pemuda itu, membuat yang lain terkejut sekaligus panik saat melihat tangan Noah. "No! Bego! Kenapa lo tonjok, kan masih ada jalan lain!" teriak Reihan.

"Santai, aman ini. Gue lakuin apapun biar kita cepet keluar dari sini. Gue turun duluan, ntar satu-satu gue bantu turunin." jawab Noah.

"Tapi No, Kita di lantai 2, yakin bakal aman?" ragu Hanif.

"Aman, gue pegangin nanti."

Ia akhirnya turun, hingga satu persatu mulai ikut turun dan Marvel menjadi urutan terakhir.

"Ayo bang!" seru Noah.

Saat hendak menurunkan kakinya, Marvel merasa ada sesuatu yang menarik tubuhnya sehingga ia tak bisa terlihat melalui jendela.

"BANG! BANG MARVEL!" Mereka semua terus berteriak memanggil nama yang lebih tua, namun tak kunjung mendapat balasan.

"Kita masuk lagi!" Mendengar perintah Reihan, mereka semua berbarengan berlari, berharap menemukan pintu agar dapat masuk dan segera menyelamatkan Marvel.

"Ini area sekolah, taman belakang!" batin Nando.

"Guys! Tunggu, kita ada di taman belakang, di sini gue sama Noah ketemu makhluk aneh yang nyerah kita terakhir kali. Kita nggak bisa lari, harus pelan, kalau nggak bisa ketahuan." seru Nando.

Akhirnya langkah mereka berubah menjadi pelan, berusaha tak mengeluarkan suara meskipun suara napas sekalipun. Reihan memberi sinyal untuk diam di tempat sementara ia akan mengecek.

"Si bajingan, ternyata ada banyak!" batin Reihan.

"Kita nggak bisa lewat sini, banyak makhluk." bisiknya.

"Terus gimana bang? Jalan ke koridor lantai 2 cuma lewat sini, tangga juga ketutup tadi, jadi, percuma juga kalau kita mau lewat sini." kata Aji.

"Sekolahan kita ada tangga lipat nggak sih?" celetuk Cakra.

"Harusnya ada, bisa aja ada perbaikan yang butuh tangga lipat. Gudang! Iya, gudang! Kita kesana, bisa aja ada tangga lipat." jawab Hanif.

"Bego! Kalo mau ke gudang tetep harus lewatin mereka, kalau nemu tuh tangga, kalau nggak ada?!" omel Nando.

"Ayo lakuin. Kita harus coba, kita secepatnya harus ke lantai 2, kita nggak tau apa yang narik bang Marv tadi. Bisa aja dia lagi bahaya sekarang." ajak Reihan, akhirnya kelima anggota menurut.

"Usahain bertahan, pukul atau sembunyi kalau emang udah nggak kuat. Kita harus secepatnya sampe ke gudang biar cepet juga bantuin bang Marv." kata Noah, yang lain mengangguk.

Mereka semua berlari, jelas suara itu membuat makhluk jelek disana ikut menghampiri mereka. Noah yang memiliki badan paling kekar berada di depan sementara Nando di belakang.

Mereka memukul, menyerang dan bahkan menendang makhluk yang menghampiri mereka. Sesekali juga hampir terjatuh karena tak kuat menahan tenaga makhluk itu.

"Cakra! lari sama Aji ke arah gudang, liat dikunci atau enggak!" perintah Hanif. Pemilik nama dengan segera berlari meninggalkan teman-temannya menuju gudang sekolah.

"Dikunci!" teriak Aji.

"Kita dobrak, Ji." Aji melotot saat mendengar ucapan Cakra, detik berikutnya akhirnya ia menurut menabrakkan tubuhnya sendiri ke arah pintu.

Hanif tak begitu bisa dalam bela diri, ia hanya tau teknik dasarnya saja. Ia hampir terserang beberapa kali jika Noah tak segera membantunya. "Jangan jauh-jauh, tetep dibelakang gue!" Hanif mengangguk meskipun Noah tak akan bisa melihat anggukannya.

Mereka kembali melawan dengan sesekali mengumpat dan keringat bercucuran di kening.

Aji dan Cakra masih berusaha mendobrak pintu gudang, akhirnya di tabrakan ketujuh pintu berhasil terbuka. "Bang, buruan!" seru Cakra.

Mendengar teriakan itu, dengan sekuat tenaga, mereka mendorong makhluk yang terus menyerang. Berlari sekuat tenaga menuju Cakra dan Aji dan akhirnya masuk ke dalam gudang.

Mereka menutup pintu tersebut, mendudukkan diri di lantai gudang dengan napas yang terengah-engah. Saling menyandarkan kepala ke tubuh satu sama lain merasa begitu lelah.

"Bang, ada tuh tangga. Tapi kayaknya udah lama banget, bisa?" tanya Aji dengan jari menunjuk ke arah tangga lipat yang disandarkan ke dinding.

"Bisa, tapi harus satu persatu yang naik. Kita harus buat suara setenang mungkin buat naik ke lantai 2." tutur Reihan.

"Kita langsung keluar, usahain jangan saling jauhan ya." pinta Nando.

Akhirnya setelah mengambil tangga lipat, Hanif membuat gagang pintu perlahan lahan, melihat kiri kanan sebelum akhirnya keluar dari dalam gudang dengan memberikan sinyal kepada teman-temannya.

Hingga....

1
saijou
Senang banget bisa menemukan karya bagus kayak gini, semangat terus thor 🌟
raaquenzyy: halooo🙌🏻 semoga teruss sukaa samaa alur nya yaaa
total 1 replies
Cesar Cesar
Cerita ini mengajak saya untuk merenung tentang hidup. 🤔
raaquenzyy: haloo🙌🏻 sayaa selaku author mengucapkan terima kasih karena mau membaca cerita saya, semogaa selalu sukaa yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!