Diharapkan bijak dalam memilih bacaaan
Rosaline Malorie adalah seorang wanita sederhana, tidak suka pakaian terbuka, cantik, rendah hati, tapi selalu diabaikan oleh kedua orang tuanya. Dalam hidupnya tidak sekalipun mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya dan kakak satu- satunya, bahkan dijadikan jaminan untuk mempertahankan perusahaan ayah yang tidak mengangapnya.
Tapi semua penderitaan Rosaline berubah, ketika dia secara tak sengaja bertemu dengan seorang CEO dari perusahaan terkenal di Spanyol dan termasuk jajaran orang terkaya di Eropa. Pria itu mengklaim bahwa Rosaline adalah wanitanya.
Rhadika Browns adalah seorang CEO berkedok Mafia. Jarang orang yang mengetahui wajah dari ketua Black Sky ini.
Bagaimana kisah pertemuan mereka?
Apakah Rosaline besedia menjadi milik Rhadika, dan menjalani takdir yang mempermainkannya ketika masa lalu pria itu muncul kembali?
Apa alasan Adijaya selalu mengabaikan Rosaline?
So,Yuk kita baca selanjutnya di cerita Mafia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon The Winner Purba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebenaran
Jangan lupa tinggalkan jejak friend
Agar aku selalu semangat uploadnya😊
Klik Favorit yah friends karena itu gratis👌
~Happy Reading~
"B*rengsek aku gagal mendapatkan jackpot. Jika tidak penting akan kuhabisi siapapun itu" umpat Dika dalam hatinya.
Tok Tok Tok
Ros langsung bergegas turun dari ranjang menuju pintu. "Ah ternyata anda Dokter, maaf saya lama membuka pintunya," ucap Ros sambil tersenyum manis.
Dokter yang disapa didepan itu terbengong. Jiwa cassanovanya meronta-ronta melihat betapa manis dan cantiknya senyum wanita kecil didepannya. Dika yang melihat rasa kagum akan istrinya dari sahabat cabulnya merasa geram.
"Darren s*ialan. Sedikit saja kau berpikir tentang wanitaku, kubunuh kau!" Wajah Dika yang pias tadi berubah menjadi menyeramkan.
Darren yang mendengar peringatan itu sadar. Pria yang sedang sakit disana bukanlah rival yang bisa ditandingi. Darren melihat wajah Rhadika seperti menahan amarah yang amat besar menjadi lebih takut.
"S*ial, apa kesalahan ku sampai wajahnya seakan ingin memakan ku?" monolog Darren.
"Ah, Kakak ipar tidak apa-apa, saya juga baru naik kelantai atas ini."
Darren memasuki kamar nan mewah itu. Wajah Rhadika tetap sama membuat Darren merasa menjadi target pembunuhan.
"Kakak ipar?" tanya Ros.
"Dia tidak punya keluarga lagi baby, dia ditendang dari rumahnya sendiri karena sering mencabuli suster dan perawat di rumah sakit milik ayahnya. Dia dibuang seperti sampah dirumahku. Yah aku menjadikannya salah satu budakku." Bukan Darren yang menjawab, namun pria yang sedang sakit terbaring disana.
Sindiran Rhadika begitu menohok bagi Darren. "Budak? S*ialan, jika bukan sahabat ku sudah kubunuh saja dia dengan racunku," umpat Max.
"Berhentilah mengumpatku dan lakukan tugasmu sebagi budakku!"
"Baik, baik Tuan yang terhormat," jawab Darren dengan malas. Inilah yang dibenci Darren, apa yang selalu dipikirannya pasti bisa ditebak pria sakit didepannya.
"Oh, jadi dia adikmu yang dibuang orang tuanya?" jawab Ros sambil manggut-manggut.
"Kakak ipar, aku bukan adiknya tapi lebih tepatnya sahabat." Darren menunjukkan wajah sedih. Memang benar apa yang dikatakan sahabatnya, tapi ini pertemuan pertamanya dengan kakak ipar, setidaknya first impression (kesan pertama) harus bagus bukan?
"Berhentilah memasang wajah menjijikkan mu!"
"Baiklah, terserah," seru Darren mengeluarkan alat khas dokternya.
Setelah 15 menit memeriksa punggung yang terluka itu, Darren membereskan alat-alat medisnya.
"Tulang punggungnya bergeser, lukanya juga butuh beberapa jahitan. Silahkan datang kerumah sakit. Aku sudah mengoleskan obat anti radang , setidaknya bisa mengurangi rasa sakitnya. Usahakan jangan terkena air." Darren bersikap profesional.
"Apakah tidak ada alternatif yang lebih mudah. Kau sebagai dokter tau bukan maksudku?"
"Tidak ada, kau benar-benar harus kerumah sakit."
"Cih, memang benar kata ayahmu, kau hanyalah dokter gadungan yang dipungut dari pinggir jalan," ejek Dika. Ros tertawa melihat wajah pias sahabat suaminya.
"Ck, kau sama saja dengan pria tua menyebalkan itu. Aku akan pergi, tugasku sudah selesai."
"Memangnya ada yang menahanmu disini. Kau hanya semut pengganggu yang harus disingkirkan," ketus Dika.
Darren mendengus sambil mengambil tas dokternya. "Kakak ipar, aku pergi. Usahakan suami Kakak ipar besok harus kerumah sakit. Jika tidak lukanya akan infeksi. Punggungnya juga harus direduksi agar bisa kembali keposisi semula," jelas Darren.
"Baik Dokter."
"Panggil saja Darren."
Setelah menjelaskan semua prosedur pengobatan sang tuan, Darren bergegas pergi tidak ingin melihat wajah menyebalkan pria yang sedang berbaring di ranjang besar itu.
Ros kembali kearah tempat tidur dan melihat wajah tidak menyenangkan suaminya.
"What happen sayang?"
Tidak ada jawaban dari suaminya. Ros mendekat dan mengusap pelan bahu suaminya. "Sayang, kenapa hmm?" tanya Ros kembali dengan lembut.
Melihat wajah imut istrinya, dia tidak tahan lalu buka suara.
"Tidak ada, ayo kita turun kebawah. Ada hal penting yang harus kusampaikan kepadamu."
Dika berdiri dibantu istrinya
Ros menurut saja dengan suaminya.
Setelah sampai diruang tamu, paman Vill langsung menghadap tuannya. "Ada yang perlu saya bantu Tuan?" tanya paman Vill.
"Panggilkan Levi dan Max!" ucap Dika tanpa menoleh kearah paman Vill.
"Baik Tuan." Paman Vill langsung undur diri dan meninggalkan majikannya disana.
"Ada apa Kak," tanya Levi sambil duduk diikuti oleh Max.
Selama beberapa menit ruang tamu itu dipenuhi dengan keheningan.
"Ba...by, baby aku ingin memberitahukan mu sesuatu tentang siapa sebenarnya diriku."
Levi dan Max yang mendengar pemilik rumah ini mulai buka suara tentang dirinya menatap lekat pria yang sedang gugup itu.
Dika sudah menyiapkan mental nya. Lebih cepat lebih baik, dia tidak akan mengundur waktu lagi. Tapi catat, mau tidak mau menerima dirinya sebagai bos mafia, dia akan mempertahankan istri kecil ya disisinya. Bahkan jika harus mematahkan kedua kaki istrinya agar tidak bisa lari dari istana nan megah ini, ia akan melakukan itu.
Ros menatap lekat kearah suaminya. Dan hal itu menambah kegugupan Rhadika.
"Tapi berjanjilah, kau akan tetap sisiku!" seru Dika dengan penuh permohonan.
"Bagaimana jika kau membunuh ku, mana bisa tetap disisimu," canda Ros mengurangi ketegangan.
"Kakak ipar, kami serius," seru Levi dengan wajah serius.
"Baiklah, baiklah. Silahkan, tapi aku tidak bisa berjanji," kekeh Ros.
"Sebenarnya, aku.. aku...,"
"Bos mafia? Benar bukan?" seru Ros memotong pembicaraan suaminya.
Ketiga pria berdarah dingin pembunuh itu tersentak kaget. Bagaiman bisa wanita satu ini bisa mengetahuinya. Mereka menatap satu sama lain seakan bertanya siapa yang memberi hunya.
Ros yang mengerti kebingungan sesama pria itu mulai menjelaskan. "Aku mendengar kalian bicara beberapa hari lalu," ucap Ros dengan santai.
"Baby, apa kau tidak marah, atau semacamnya?" Dika berpikir siapapun yang mendengar kata mafia pasti takut ataupun menghindar. Siapa yang berani menghadapi kematian disetiap langkahnya. Pasti nya semua orang akan menghindari bahaya bukan?
Ros mendekat dan mengusap pelan rahang suaminya yang ditumbuhi bulu-bulu halus.
Levi dan Max yang melihat dua orang didepannya memulai drama rumah tangga mulai menyingkir.
Mereka hanya ingin memastikan bagaimana respon dari wanita penting dihidup bosnya. Mereka hanya berjaga-jaga saja apabila Ros tidak menerima keadaan tuan pemilik rumah ini.
"Sayang kau tau?
You can't make people feel for you the way you feel for them. So, i just accept the truth and move on for my life with you," tambah Ros.
(kamu tidak bisa membuat orang lain merasakan apa yang kamu rasakan untuk mereka. Jadi aku hanya bisa menerima kebenaran dan melanjutkan hidupku bersamamu)
"Kehidupanku memang berbeda denganmu, kita selalu berbeda pendapat, beradu argumen, hal itu wajar dalam sebuah rumah tangga. Kau selalu menuntunku untuk menyatukan perbedaan meskipun dengan caramu yang berbeda," tambah Ros mengelus lembut rahang suaminya.
Dika terharu, meskipun belum ada cinta dimata istrinya, tapi wanita didepannya selalu berusaha untuk menerima dirinya apa adanya.
Dika menahan tangan istrinya dan langsung memeluk istri kecilnya.
"Yah, i need somebody who can love me at my worst. And i know baby, it's you and only you," benak Dika memeluk lebih erat istrinya.
(Yah, aku butuh seseorang yang bisa mencintaiku dalam keadaan terburukku. Dan aku tau baby, itu adalah kamu dan hanya kamu).
"Yah, itu benar baby, dan akan selalu," ucap Dika.
"Semoga memang selalu dan selamanya. Dan kuharap kamu tidak menjadikanku sebagai pelampiasan seperti mantan kekasih mu," monolog Ros sambil membalas pelukan suaminya.
Spasibo (Terimakasih😊)
Rusia🇷🇺