Sang Dewi Nemesis Hukum Nolite, yang jutek harus berkelahi dengan berondong teknik yang Playboy itu. Iyuuuuh .. nggak banget!!!!!
Tapi bagaimana kalau takdir berkata lain, pertemuan dan kebersamaan keduanya yag seolah sengaja di atur oleh semesta.
"Mau lo sebenernya apa sih? Gue ini bukan pacar lo Cakra, kita udah nggak ada hubungan apa-apa!" Teriak Aluna tertahan karena mereka ada di perpustakaan.
Pria itu hanya tersenyum, menatap wajah cantik Aluna dengan lamat. Seolah mengabadikan tiap lekuk wajah, tapi helai rambut dan tarikan nafas Aluna yang terlihat sangat indah dan sayang untuk dilewatkan.
"Gue bukan pacar lo dan nggak akan pernah jadi pacar lo. Cakra!" Pekik Aluna sambil menghentakkan kakinya di lantai.
"Tapi kan waktu itu Kakak setuju mau jadi pacar aku," pria itu memasang ajah polos dengn mata berkedip imut.
"Kalau lo nggak nekat manjat tiang bendera dan nggak mau turun sebelum gue nuritin keinginan gila lo itu!!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Usaha Cakra part 1
Langkah cepat Aluna perlahan melambat bahkan hampir terhenti saat sampai di lantai tiga. Mata lentik gadis itu membeliak lebar melihat banner ungu dengan berbagai ukuran terpasang di sepanjang koridor menuju kelasnya.
"Luna, i'am sorry."
"Kakak Cantik please forgive me."
Kata-kata itu di cetak dengan huruf besar di banner-banner yang terpasang di sana. Aluna memejamkan mata, tangannya mengepal kuat menahan gemuruh di dada.
Aluna menunduk menatap lantai mengkilap yang ia pijak, berharap lantai berwarna putih itu terbuka dan menelannya. Tapi sayang seribu sayang semua hanya angan Aluna. Gadis itu semakin mengigit bibirnya kuat kala bisik-bisik mahasiswa yang melewatinya semakin riuh terdengar.
"Ciieee .... Aluna ...."
"Sweet banget pacar lo."
"Iya ih effort-nya ngga main-main buat minta maaf," timpal seorang lagi.
"Maafin aja kak Aluna, pacarnya."
"Nemu dimana sih pacar semanis sirup marjon kayak gini," timpal yang lain.
"Beruntung banget lo punya pacar se-effort ini Lun."
"Siapa yang pacaran?!" sentak Aluna, wajahnya merah padam, entah karena marah atau malu.
Langkahnya dipercepat, menembus tatapan dan bisik-bisik yang mulai memenuhi udara. Setiap sudut dipenuhi banner dan balon ungu, warna favoritnya.
"Luna!" Panggil Willona, gadis itu berdiri di depan kelas Aluna dengan senyum lebar.
Wajah Willona sama sekali tidak terlihat panik seperti apa yang terdengar ditelepon tadi. Aluna mengayunkan kakinya, melangkah cepat menghampiri Willona. Dengan wajah memerah menahan malu Aluna terus berjalan, berusaha tidak menghiraukan mahasiswa -mahasiswa lain yang berpapasan dengannya di lorong itu, mereka berbisik dengan suara yang jelas terdengar memuji si kuman bakteri yang menyiapkan semua banner konyol ini.
"Ona, lo .... !" Suara Aluna memekik tertahan saat melihat Cakra yang berdiri di ambang pintu kelas Aluna.
Willona menyengir kuda dengan kedua tangan menujuk kearah Cakra yang sudah berdiri di sampingnya. Dengan buket bunga lavender berukuran sangat-sangat besar, Cakra sampai harus menaruh bucket itu di pundaknya, satu tangannnya memegang sekotak donat meses warna-warni favorit Aluna.
"Ehem ... tes..tes." Suara Cakra mengema keras.
Membawa Aluna langsung membatu dengan mata melotot pada Cakra. Netranya kemudia memicing memperhatikan benda kotak kecil yang di selipkan di kerah leher kaosnya. Ya pemuda itu memakai wirelees clip-on yang disambungkan dengan pengeras suara yang entah ia letakkan di mana.
"Selamat pagi kakak Cantikku, manusia ter- ... eh bukan Kak Luna bukan manusia tapi bidadari. Oke, oke ulang ..."
Semua kepala menoleh ke sumber suara yang jelas-jelas tidak punya rasa malu itu. Dan di sana, berdiri seorang cowok jangkung dengan senyum paling nyebelin se-Nusantara. Si kuman bakteri Cakrawala Aksara.
Cakra mengambil nafas dalam. Tangan Aluna mengepal kuat, menahan gemuruh malu dan marah yng sudah bergemuruh dan menggulung seperti ombak laut selatan. Siapa pun tolong seret Cakra pergi sebelum kena semprot Aluna, please.
Willona mengatupkan bibirnya menahan diri agar tidak tertawa. Diam-diam Willona mengarahkan kamera ponselnya mereka semua momen langka ini.
"Kak nitip bentar ya," ucap Cakra sambil menyodorkan kotak donat yang ia bawa pada Willona.
"O-oh oke." Willona menerima sekotak donat itu dengan sedikit terkejut.
"Ehem."
Cakra berdehem kecil lalu berlutut. ALuna yang terkejut sontak melangkah mundur. Cakra tersenyum sangat manis lalu menyodorkan buket bunga lavender super besar itu pada gadis terfavoritnya.
"Kakak Cantikku, bidadari tercantik sealam semesta. Rembulanku. Hari ini Aku ingin menyampaikan dengan segala kegantengan yang aku punya aku ingin meminta maaf, maaf udah buat Kakak Cantik marah. Tolong maafin aku, kejadian kemarin nggak akan terulang lagi, dan perlu kakak tahu di hati dan hidupku nggak pernah ada wanita lain selain kakak. Jika ada yang mengaku-ngaku seperti kemarin berarti dia yang halu sendiri,mungkin dia lagi mabok kecubung. Jadi Kakak Cantik, bolehkan aku meminta maaf mu, Sembilan ribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan tangkai bunga lavender mewakili permintaan maaf Cakra. Please forgive me , My Moon."
Mata Cakra berkedip manja dengan sorot tulus yang teramat dalam.Aluna diam. Matanya berkedip cepat, jelas sedang menahan diri untuk tidak luluh dengan semua sikap sikap manis biawak teknik ini.
Melihat Aluna yang hanya diam tak merespon membuat Cakra sedikit menciut, tapi bukan Cakra namanya jika dia menyerah sekarang.
"Maukah Kakak Cantik memaafkan aku dan menerima bunga lavender ini? Tenang aja Kak, selain bunga lavender aku juga bawa donat meses favorit kamu. Aku pesan khusus di toko kue favorit kita. Jadi gimana, Kakak cantik mau maafin aku kan?" tanyanya sambil tetap berlutut.
Aluna masih diam dengan wajah datarnya, sorot matanya dingin menatap Cakra yang setia berlutut di depannya. Cakra meneguk ludah, tangan pria itu berkeringat dingin karena gugup dan sakit. Sejujurnya tubuh Cakra masih sakit karena ulah laki-laki baj***n itu kemarin.
Sorot mata Cakra yang tadinya berbinar sedikit meredup mulai putus asa, tapiyang Cakra tidak tahu diamnya Aluna bukan diam biasa. Gadis iu bertarung habis-habisan dengan perasaan dan gensinya yang setinggi menara Burj Khalifa di dubai.
Tiba-tiba tepuk tangan terdengar, sering riuh para mahasiswa yang saling bersahutan mendukung Cakra.
"Terima!"
"Terima!"
"Terima!'
"Terima!"
Senyum Cakra kembali mengembang, binar mata penuh kembali berkilap, suara-suara itu seolah memberi energi untuk Cakra. Aluna menatap sekeliling dengan wajah bingung, sejak kapan mereka berdiri ramai menontonnya? Seperti demo minta turun BBM, riuhnya mahasiswa ini mendukung Cakra.
Aluna mendengus sebal. Tangannya terulur mengambil bucket lavender dari tangan Cakra dengan raut wajah terpaksa.
"Huu ...!!
Tepuk tangan semakin riuh seolah merayakan momen perpindahan bucket bungan warna ungu itu dari tangan Cakra ke tangan Aluna. Perlahan Cakra bangkit, menegakkan tubuhnya kembali.
"Terima kasih Kakak Cantik, dengan ini, Kakak Cantikku yang galak tapi gemesin telah menerima maafku! Saatnya aku traktir es krim buat perayaan, bagaimana?!" ucap Cakra dengan binar penuh bahagia. Ingin rasanya salto saking senangnya tapi Cakra tahan.
"Jangan seneng dulu, gue cuma nggak mau jadi tontonan," tukas Aluna dengan geram.
Cakra nyengir lebar dengan sedikit memiringkan kepalanya, menatap Aluna dengan mata tajam dan tengilnya.
"Tenang aja Kakak Cantik ini hanya permulaan, Aka janji. Aka akan lebih berusaha lagi, bukan hanya buat dapat maaf Kakak cantik, tapi juga buat kamu dan aku kembali jadi kita," ucap Cakra penuh percaya diri.
Mata Aluna melebar dengan wajah memerah, gila. Brondong ini benar-benar gila. Ujung jemari Cakra menoel ujung hidung sang rembulan cantiknya.
"SEMANGAT Kakak cantikku, I Love you!" Suara Cakra menggema semakin keras.
Pria itu pun melangkah pergi, sembari melakukan tos pada setiap pendukungnya. Aluna hanya melengos masuk ke dalam kelas, dia ingin menggelamkan wajahnya diatas meja. Tapi baru beberapa langkah ia masuk, jantungnya kembali mendapatkan kejutan yang bikin shock. Banner ungu berukuran sangat besar, menutupi semua dinding di bagian belakang kelas dengan gambar wajah Aluna dan kata "I Love You dari Cakra."
"CAKRA!" Teriak Aluna frustasi. Wilona hanya bisa menyengir melihat wajah frustasi sang sahabat.
tapi drama kalian, bikin gemes 😅😅😅
drama banget si cakra🤣🤣🤣🤣
typo dikit yaaa 😊😊😊
padahal tanpa luna sadari aka sdh memberi alas agar darahnya ga merembes
aluna lagi bocor aka jadi dia malu . untung ayah Evan datang
drama banget sih cakra🤣🤣🤣
ini baru permulaan, lunn...
nanti jangan kaget karena under wear nya Estentisk 🤣🤣🤣