Brielle dibuang keluarganya saat masih bayi dan ditemukan kembali setelah bertahun-tahun, namun diperlakukan sangat buruk. Hingga akhirnya dia menemukan sebuah rahasia besar dibalik alasan dia dibuang sejak bayi. Dia bahkan dibenci oleh orang tua dan saudara-saudaranya. Mereka lebih menyayangi anak angkat yang licik dan manipulatif.
Untuk meluapkan kebencian mereka, saudara laki-lakinya sengaja menyertakan Brielle dalam sebuah program televisi untuk menyingkirkannya. Dalam variety show yang disiarkan secara langsung, para tamu kehilangan kontak dengan tim program. Perla yang terkenal sebagai selebriti yang baik hati dan lemah lembut mencoba untuk mengisolasi Brielle Camelia.
Saat menghadapi pengganggu, Brielle menyerang semua orang tanpa pandang bulu. Ia melepaskan diri di dalam hutan, mengaum bak singa, mengguncang akar pohon yang merambat, merangkak, mencuri pisang dari monyet, memukuli setiap hewan yang ditemuinya. Namun dia tidak tahu bahwa hutan itu penuh dengan kamera tersembunyi. Segala sesuatu yang terjadi di hutan direkam oleh kamera dan disiarkan secara langsung.
Brielle membalas semua perlakuan buruk keluarganya dan bahkan menghancurkan mereka dengan cara yang luar biasa. Seorang pria tampan dan kaya, ternyata selalu mendukungnya di balik layar. Bagaimanakah kisah akhir Brielle? Rahasia apa yang ditemukannya? Akankah dia memiliki akhir yang indah dan menemukan cinta sejati setelah dendamnya terbalaskan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meta Janush, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17.
Sejak kejadian itu, Brielle selalu menargetkan Perla yang membuat Jordan dan anggota keluarga Galasti membenci Brielle. Tanpa mereka sadari kalau sikap Brielle itu dikarenakan perbuatan mereka sendiri. Jordan menatap Brielle dan mendengus kesal, “Aku tahu sebenarnya kau tidak jahat.”
“Aku tahu sikapmu berubah menjadi kasar karena perlakuan kami padammu. Tapi alasan sebenarnya kau selalu menargetkan Perla karena kau iri padanya. Sudahlah, tidak perlu lagi bicara masa lalu. Aku akan memberimu satu kesempatan terakhir. Kau harus bersikap baik pada Perla.”
“Lagipula Perla sudah hidup bersama kami bertahun-tahun. Kami tidak bisa meninggalkannya dan menghilangkan perasaan sayang kami selama ini padanya. Kuharap kau bisa paham.” uar Jordan lagi tanpa merasa ada yang salah dengan ucapannya.
Perla merasa tidak senang dengan perkataan Jordan. Dia tidak menyukai Brielle dan tak ingin berhubungan baik dengannya. Dia menginginkan Brielle kembali ke keluarga Galasti dan merebut semua yang dimilikinya selama ini. Ibu kandungnya miskin, dia tidak mau menjalani kehidupan miskin dan kehilangan semua kemewahan.
Meskipun begitu, dia tidak bisa melakukan apapun karena Brielle adalah putri kandung keluarga Galasti. Mereka memiliki ikatan darah, sedangkan dia hanyalah orang luar. Jika dia menolak Brielle secara terang-terangan, dia akan kehilangan kepercayaan keluarga Galasti. Dia akan kehilangan kehidupannya.
Perla menahan semua rasa kesal dihatinya dan mencoba tersenyum, “Brielle, ikuti saja kemauan bang Jordan. Selama kau bersikap baik maka aku tidak akan bertengkar denganmu. Kita jalin hubungan baik layaknya keluarga dan jangan membuat orangtua kita khawatir.”
Jordan menatap Perla dengan lembut dan berkata, “Perla sangak bijak dalam berpikir. Pendidikan yang baik sejak kecil menghasilkan karakter yang baik sepertinya.” Kemudian dia menoleh pada Brielle.
“Brielle, tidurlah didalam tenda bersama Perla malam ini. Kalian bisa memperbaiki hubungan dengan cara ini.” ucap Jordan lagi.
“Aku setuju. Karena bang Jordan sudah mengatakannya aku menurut saja. Aku bersedia berbagi tenda dengan Brielle malam ini. Aku tidak akan membiarkannya tidur diluar.” ucap Perla seolah perhatian.
Penonton yang masih menyaksikan siaran langsung menjadi marah melihat kepura-puraan Perla dan Jordan. Mereka pun kembali menghujat dan mengirimkan sumpah serapah di kolom komentar. “Sialan! Aku marah! Ingin rasanya aku menghajar Perla sialan itu!”
“Untung saja kamera masih merekam secara sembunyi-sembunyi. Kalau tidak maka kita tidak akan pernah tahu sifat asli mereka. Ini benar-benar mengejutkan!”
“Jadi Dewiku Brielle dan Perla adalah putri asli dan putri palsu keluarga Galasti? Bukankah keluarga Galasti mengumumkan kalau keduanya adalah putri kandung? Jadi Dewiku Brielle ditukar oleh ibu kandung Perla ketika mereka masih bayi? Kejam! Sungguh kejam!”
“Sepertinya keluarga Galasti berbohong untuk melindungi Perla si putri palsu. Keterlaluan.”
“Kasihan Brielle. Dia lahir sebagai putri keluarga kaya tapi akhirnya seseorang merenggut semua kemewahan itu darinya. Bahkan setelah dia kembali, keluarga kandungnya tidak menyukainya. Aku kasihan padanya.”
“Apa Jordan masih manusia? Dia bersikap semena-mena pada Brielle. Dia bilang kalau Brielle hidup miskin dan sudah terbiasa hidup menderita. Apakah Jordan sungguh saudara kandung Brielle? Bahkan orang lain tidak akan mengatakan kalimat seperti itu.”
“Brengsek! Darahku mendidih mendengar perkataan Jordan dan Perla. Aku merasa kasihan pada Brielle. Aku ingin memeluknya dan menyayanginya…..hiks hiks hiks…..”
“Perla tak tahu malu! Dia merenggut semua dari Brielle dan memperlakukannya buruk. Apakah dia itu masih manusia? Tidak punya hati nurani!”
“Perla menjijikkan. Dia mencuri tenda Brielle dan dengan santainya dia bilang bersikap baik pada Brielle dengan mengijinkannya tidur ditenda. Otaknya benar-benar bermasalah! Tidak tahu diri! Tenda itu milik Brielle, bukan miliknya.”
“Brielle, jangan buang waktu mendengarkan omong kosong mereka. Hajar saja mereka! Aku mendukungmu! Andai aku disana, aku pasti membantumu menghajar orang-orang bodoh tak tahu malu itu.”
Sedangkan Brielle memicingkan mata mendengar perkataan Perla. “Apa katamu?”
Perla berusaha tersenyum manis dan berkata, “Kubilang, aku bersedia berbagi tempat denganmu malam ini. Kau boleh tidur didalam tenda bersamaku.”
“Katakan sekali lagi. Tenda siapa itu?” tanya Brielle mengejek.
Senyum diwajah Perla langsung membeku dan memerah. Jordan merasa tidak senang, “Perla sudah merendahkan dirinya dengan menawarimu berbagi tempat tidur malam ini. Kenapa kau perhitungan sekali?”
“Kau mencuri barang milikku dan ingin berbagi denganku sebagai bentuk perhatianmu? Apa otakmu sudah rusak parah ya? Atau otakmu tertukar dengan otak monyet?” sindir Brielle.
“Tenda itu milik Perla atau bukan, dia sudah rela berbagi denganmu. Itu bukti kemurahan hatinya tapi kenapa kau perhitungan? Tidak bisakah kau bersikap murah hati seperti Perla?”
‘Benar-benar otak rusak!’ Brielle mendengus dalam hati sambil memutar matanya. Dia tidak mau buang waktu bicara omong kosong lagi. Brielle menatap Perla dingin membuat tubuh Perla sedikit gemetar.
“Aku hitung sampai tiga dan kemasi semua barang milikku. Jangan paksa aku melakukannya sendiri. Kalian tidak akan bisa menahan kemarahanku.” ancam Brielle.
“Satu……” Brielle mulai menghitung.
Perla menggigit bibir bawahnya dan dengan perasaan tidak puas berkata, “Meskipun semua ini kau yang beli, tapi sekarang milikku. Jangan pikir kau bisa mengambilnya dariku.” ucap Perla keras kepala. Tanpa tenda dan kasur lipat itu, dia tidak mungkin bisa tidur malam ini. Dia tidak akan mengembalikan pada Brielle.
“Dua……”
Perla menatap ketiga peserta lain dan dengan marah berkata, “Apa yang kalian tunggu? Hentikan dia atau kalian tanggung akibatnya!”
Jackson, Austin dan Quinsha tersadar dan langsung berdiri. Masing-masing mengambil kayu untuk melindungi diri. Jackson berkata, “Brielle, jangan menentang kami. Minta maaflah pada Perla dan bergabung bersama kami. Sangat berbahaya kalau kau sendirian didalam hutam dimalam hari.”
Austin bicara, “Meskipun aku membencimu, aku tidak mau melihatmu mati di hutan ini. Kalau kau minta maaf pada Perla, aku akan membiarkanmu bergabung dengan kami.”
Quinsha “Kami belum sempat bertindak ketika kau tiba-tiba menyerang kami tadi. Tapi sekarang kami siap melawanmu. Kau tidak bisa melawan kami semua sendirian. Sebaiknya kau berhenti buat masalah dan mengalahlah.”
Meskipun tadinya mereka sudah dihajar oleh Brielle, tapi menurut mereka tak mungkin Brielle bisa melawan mereka sekaligus. Lagipula kali ini mereka sudah mempersiapkan diri menghadapi Brielle. Dipikiran mereka menganggap kalau Brielle tidak akan bisa mengalahkan mereka dalam situasi sekarang.
“Tiga……..” begitu Brielle selesai menghitung, tanpa membuang waktu dia langsung melangkah maju. Jackson dan Austin berdiri didepan menghadapi Brielle dengan kayu di kedua tangan mereka, bersiap menyerang Brielle.
“Brielle, jangan memaksa dirimu. Kami tidak mau memukul perempuan. Jangan membuat kami terpaksa memukulimu sampai babak belur.” teriak Austin. “Minta maaf saja maka kami akan menerimamu.”
Brielle mendengus, “Minta maaf? Memangnya aku salah apa? Kalian yang salah, orang buta dan tak tahu malu. Pencuri dan bodoh! Kalian mencuri milikku dan memaksaku minta maaf? Dasar sampah!”