NovelToon NovelToon
Cinta Di Musim Semi

Cinta Di Musim Semi

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Balas Dendam / Cinta Seiring Waktu / Angst
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: seoyoon

Berawal dari kematian tragis sang kekasih.
Kehidupan seorang gadis berparas cantik bernama Annalese kembali diselimuti kegelapan dan penyesalan yang teramat sangat.
Jika saja Anna bisa menurunkan ego dan berfikir jernih pada insiden di malam itu, akankah semuanya tetap baik-baik saja?

Yuk simak selengkapnya di novel "Cinta di Musim Semi".
_Cover by Pinterest_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon seoyoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 17

Beberapa jam kemudian, setelah mendapat obat melalui suntikan infus serta asupan oksigen yang kini masih menempel di wajah nya, Anna pun tersadar, ia membuka matanya perlahan seiring dengan jiwanya yang mulai kembali dalam raganya sepenuhnya.

Anna mengerutkan dahi ketika menyadari langit langit yang terasa asing baginya. Belum lagi sebuah alat oksigen yang menutup area hidung serta mulut nya yang semakin membuat Annalese dilanda kebingungan.

“Kau sudah bangun?” ujar Bastian yang menyadari Anna telah terjaga dari jemari Anna yang bergerak-gerak.

Bastian masih tetap di posisi awal, yakni terduduk di sofa sembari memegangi segelas wine sementara tatapan tajam nya ia arahkan pada tubuh Anna yang masih terbaring di atas ranjang megah nya.

Mendengar suara tak asing itu, Anna pun lantas melepas alat oksigen dari wajah nya, kemudian bangkit dan duduk mengarah ke tempat Bastian berada.

Anna hanya memandangi Bastian dengan rentetan pertanyaan yang tak bisa ia lontarkan.

Melihat pandangan emosional Anna kepadanya, pria yang tengah menggoyang gelas wine itu hanya terkekeh dalam kepuasan nya tersendiri.

Bastian menaruh gelas wine ke atas meja, sebelum akhirnya bangkit dari sofa dan menarik langkah menghampiri ranjang masih dengan tatapan serta senyum penuh artinya.

“Sebaiknya kau tidur disini saja malam ini, nenek juga gak mungkin mengizinkanmu pulang dalam kondisi seperti ini,” ujar Bastian yang terkesan seperti sebuah perintah yang wajib dipatuhi oleh Anna, ia pun lantas berjalan menuju area balkon tanpa menunggu timbal balik dari wanita yang masih memperhatikannya dari belakang.

:Jelas sekali tatapan itu … di penuhi dengan kebencian mendalam terhadapku, mungkinkah sebelumnya kita pernah bertemu? (Anna bermonolog sembari terus memperhatikan punggung Bastian yang perlahan menjauh dari pandangannya)

Dan … aku juga yakin, dia pasti sadar akan alergiku, tapi bukannya membantu situasi sulit ku, dia malah membiarkanku memakannya, menyaksikan aku bergelut dengan alergi parah ku dengan senyum yang terlihat sangat mengerikan.

Siapa dia sebenarnya?' berusaha keras Anna mengingat semua wajah teman-temannya, namun hasil nya nihil, ia yakin seyakin yakin nya jika belum pernah sekalipun bertemu atau berkenalan dengan Bastian di masa lalu.

“Bahkan saat di pemakaman ketika kita ber pas-pasan, dia terlihat sengaja menubruk ku dengan bahu lebar nya, mungkinkah ada hal yang ku lewatkan?

Jika benar seperti apa yang dikatakan Edrea, dia memiliki dendam terhadapku, lantas apa kesalahanku padanya?” racau Anna dalam kebingungan nya yang tiada akhir, karena ia benar-benar tak bisa memikirkan 1 alasan pun mengapa pria asing itu memiliki dendam terhadap nya.

Tak ingin terus bergelut dengan kebingungannya, Anna pun lantas melepas secara paksa jarum infus dari punggung tangannya yang membuat rembesan darah mengalir membasahi punggung tangannya.

Anna beranjak dari ranjang dan mulai menarik langkah menyusul Bastian yang sedang berada di balkon kamar.

Dilihat nya Bastian sedang berdiri di tepi pagar pembatas balkon sembari menikmati manis nya rokok yang terapit di bibir merah mudanya. Ia mengepulkan asap rokok ke udara ketika Anna telah sampai 1 langkah di belakangnya.

“Kau …. Menyadarinya bukan, jika aku alergi buah nanas?” tembak Anna yang langsung ke intinya, ia ingin tahu alasan dibalik sikap diam nya Bastian ketika ia mengetahui situasi sulit Anna.

“Ya,” jawab Bastian enteng yang lalu kembali menghisap rokok nya, tanpa menoleh dan tetap mempertahankan fokus nya pada area pekarangan kediamannya yang megah.

“Apa?!” pekik Anna yang benar-benar tak menduga jika Bastian akan berkata jujur dalam pembawaannya yang tenang, seakan hal itu bukanlah apa apa baginya.

“Lantas kenapa kau diam saja?” protes Anna dengan menaikan nada suaranya karena kesal.

“Ciihh! (dengus Bastian yang lalu memutar tubuhnya agar bisa berhadapan dengan Anna yang tengah berada di puncak emosional nya)

Kau punya mulut kan? Kenapa tak kau katakan sendiri, jika kau alergi terhadap buah nanas?

Lagipula tak ada yang memaksamu untuk memakan semua hidangan bukan?” balas Bastian sarkas dengan diakhiri tawa mengejek, yang semakin membuat Anna tak mengerti situasi yang terjadi antara dirinya dengan pria aneh dan misterius tersebut.

Anna memberikan tatapan tajam penuh kekesalan seraya mengepalkan kedua tangannya, mencoba untuk tetap tenang meski pria yang dihadapannya selalu saja membuat ia dongkol dan tak bisa berkata-kata.

“Sory, sepertinya, kau harus mengganti bonekamu tuan muda Bastian, karena aku … tak ingin kembali terlibat dalam permainan konyolmu ini.

1 milliar?! Hahhaa, ciihh! Pikirmu aku berasal dari keluarga jelata yang bisa kau beli dengan mudahnya! Kesepakatan kita batal!” Anna menegaskan lengkap dengan deru nafas nya yang menggebu-gebu mewakili perasaan emosional yang telah mencapai puncak.

“Pikirmu kau siapa? (Bastian menahan lengan Anna ketika Anna hendak berbalik dan meninggalkan Bastian setelah memutuskan untuk mengakhiri kesepakatan tidak resmi diantara mereka)

Beraninya kau menantang ku Annalese, tak ada satupun yang berani menolak ku, semua keinginanku harus terwujud, termasuk dirimu!” balas Bastian dengan tatapan tajam yang selalu berhasil meruntuhkan dinding pertahanan Anna.

“Kau sudah gila rupanya!” pekik Anna seraya mencoba menarik tangannya dari genggaman erat Bastian.

“Apa? Gila?! (timpal Bastian bersamaan dengan seringai mengerikan yang menggambarkan betapa tersinggung dirinya saat ini)

Kau … Hahhahaa!” Bastian melepaskan cengkraman tangannya seiring dengan tawa nyaring memekakkan telinga.

Anna mengambil langkah mundur lengkap dengan raut wajah heran nya dengan sikap tak terduga Bastian.

“Baiklah, jika kau tetap bersikeras membatalkan pernikahan kita, aku bisa apa?! (racau Bastian diiringi tawa mengejek, ia pun merogoh saku celana kain nya untuk mengeluarkan ponselnya)

Tapi … aku tak bisa menjamin keselamatan adikmu, Anna.

Pergilah! Dan kau akan melihat adik tercintamu terbaring di rumah sakit atau mungkin … “

“Silahkan!” tantang Anna, seakan ia tak perduli pada nasib adik tirinya.

Meski Anna dengan lantangnya menyerukan ketidakpeduliannya terhadap adik tirinya Sean, namun tidak dengan kedua bola matanya yang bergetar serta kedua tangannya yang mengepal erat, layak nya seseorang yang sedang menyembunyikan rasa takut dalam keberanian palsunya.

“Lakukan saja apa yang kau inginkan, toh, dia bukan adik kandungku,” tambah Anna yang ingin memperkuat ketidakpeduliannya terhadap Sean.

“Begitukah?” balas Bastian lengkap dengan seringai licik nya, ia pun lantas mengutak-atik ponsel nya sejenak sebelum akhirnya menunjukan sebuah foto yang dikirim oleh anak buahnya.

“Bagaimana? Masih tetap tak perduli padanya?” ujar Bastian setelah menunjukan sebuah foto adik tiri Anna yang sedang duduk di pekarangan toko serba ada bersama dengan beberapa temannya, yang diambil oleh anak buah Bastian dari kejauhan.

“Brengsek!” umpat Anna sepelan mungkin bersamaan dengan darah nya yang mulai mendidih membakar sekujur tubuhnya.

Tak sanggup lagi menahan amarah nya, tanpa peringatan apapun Anna mengambil ancang-ancang kemudian berbalik dan menghantam raut wajah menjengkelkan Bastian dengan tendangan memutarnya.

Meski tendangan itu tak sampai menjatuhkan pertahanan kaki Bastian, namun setidak nya bisa memberikan efek luka gores di sudut bibir Bastian.

Belum puas hanya dengan membuat bibir Bastian berdarah, dengan gerakan cepat nya Anna mencekik leher Bastian dan mendorong tubuh kekar Bastian sampai ke tepi pagar pembatas balkon.

Bastian cukup terkejut dengan aksi gila Anna terhadap nya, namun hal itu tak lantas membuat dirinya ketakutan dalam ancaman wanita gila tersebut.

Ia malah memasang raut wajah mengejek dengan bibirnya yang terluka.

“Kau masih bisa tertawa di situasi seperti ini?” ujar Anna lengkap dengan tatapan tajam mematikan.

Karena tinggi mereka hanya terpaut 7 cm, juga ditambah dengan kemampuan bela diri Anna yang cukup mumpuni, jadi bukanlah hal yang sulit untuk menyudutkan dan melumpuhkan lelaki yang memiliki tinggi 185 cm itu.

Untuk sejenak keduanya hanya saling melempar tatap, sampai akhirnya Bastian mengalihkan atensinya sekilas pada punggung tangan Anna yang terlihat berlumuran darah.

“Jadi … begini caramu mendorong kekasihmu dari balkon?

Kau melumpuhkannya lebih dulu, kemudian menyudutkannya dan mendorongnya?”

Bersambung***

1
Yeonso
Lagi dalam proses kak 😸
Alfatihah
season 2 nya gak lanjut thor
Yeonso
Terimakasih untuk dukungannya /Wilt//Wilt//Wilt/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!