Benar kata peribahasa.
Kasih Sayang Ibu Sepanjang Masa, Kasih Sayang Anak Sepanjang Galah. Itu lah yang terjadi pada Bu Arum, Ibu dari tiga orang anak. Setelah kematian suami, ketiga anaknya malah tidak ada yang bersedia membawa Bu Arum untuk tinggal bersama mereka padahal kehidupan ketiganya lebih dari mampu untuk merawat Ibu mereka.
Sampai akhirnya Bu Arum dipertemukan kembali dengan pria di masa lalu, di masa-masa remaja dulu. Cinta bersemi meski di usia lanjut, apa Bu Arum akan menikah kembali di usianya yang sudah tak lagi muda saat ia begitu dicintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Keributan.
Keributan di rumah terjadi setelah pemakaman Pak Agam baru saja selesai, kedatangan Mita seperti orang kesetanan. Ia membuat keributan dengan mengatakan Pak Agam sengaja dibunuh oleh Bu Arum dan ketiga anaknya demi menguasai seluruh harta Pak Agam.
"Kalian dengar semuanya! Sejak awal, mereka semua mengincar harta Bang Agam...!!! Aku nggak terima! Aku akan mengusut kematian Bang Agam dan menjebloskan kalian semua ke penjara!" Teriak Mita menunjuk Bu Arum dan kedua anaknya.
Sementara Izy tak ada kekuatan untuk membela, dia dalam kondisi down telah ditinggalkan pergi sang Ayah untuk selamanya.
Bu Arum pun hanya diam tertunduk sedih, saat ini ia begitu kehilangan jadi semua tuduhan Mita padanya serupa tikamaaan b e l a t i tajam di tengah perihnya luka ditinggalkan sang suami.
"Dasar keluarga rakus! Jauh-jauh dari kampung, ternyata demi harta!!! Aku nggak ikhlas harta almarhumah Mbak Melani dan Bang Agam dipakai oleh kalian! Ini semua milik Izy, keponakan ku...!! Jangan harap kalian akan mendapatkan satu sen pun dari harta Bang Agam! Dasar pembunuh!"
"Cukup...!!!" Yasmin tak kuat lagi mendengar tuduhan Mita, dia mendekati Mita dengan tatapan tajam. "Ini masih suasana berduka dan kau hanya membicarakan tentang harta...! Kau pun tidak punya hak mengungkit harta Ayah! Seperti kau bilang, memang Izy yang lebih berhak atas seluruh harta Ayah...! Tapi, bisakah kau menjaga etika Nyonya Mita! Kita semua dalam keadaan sedih!"
"Cih! Kalian semua hanya berpura-pura sedih! Kalian hanya ingin memperlihatkan citra baik di depan semua orang...! Kau pikir aku akan bodoh dan tertipu seperti mereka!"
"Bener itu! Jangan sampai harta Mas Agam jatuh ke tangan mereka Mita!" istri dari Dimas ikut mengompori.
Baru saja Yasmin ingin menampar wajah Mita, Bu Arum menahannya. "Yas, jangan! Kita harus menghormati orang lain, biarkan mereka bicara apapun tentang kita. Kasihan juga Ayah kalian, jika kita meributkan hal duniawi disaat ia baru saja pergi."
"Ada keributan apa ini?!"
Para lelaki baru saja datang dari makam untuk penutupan terakhir, Ahmad masuk diikuti oleh Bastian dan Dimas serta seorang pria yang beberapa kali bertemu dengan Pak Agam dan diamanatkan sesuatu sebelum Pak Agam meninggal.
Dia adalah El Zero, seminggu lalu pria itu ditemui Pak Agam. Pak Agam membahas tentang perjodohan dengan Shanum membuat El Zero dibuat terkejut. Yang lebih mengejutkan, ternyata Shanum adalah wanita yang mobilnya ia tabrak dan telah menyelamatkan nyawanya. Bukan itu saja, beberapa tahun lalu ternyata El Zero dan Shanum pernah saling mengenal namun sepertinya Shanum tidak mengingat pria itu.
"Mas! Usir keluarga ini dari sini! Mereka menginginkan harta Bang Agam!" Mita menatap Dimas sang kakak untuk meminta dukungan.
"Jangan ngomong sembarangan, Mita! Apalagi ini masih dalam suasana duka!" Bentak Dimas.
Dianti mendekati suaminya, "Mas, jangan sampai harta milik Mbak Melani jatuh ke tangan mereka. Seharusnya semuanya milik Izy, ponakan mu."
"Diam!"
Dimas melirik ke arah Ahmad dengan wajah tak enak hati. "Maafin tante-tante kamu ya, Mad."
"Sebaiknya Om Dimas bawa Tante Mita sama istri Om pergi, agar situasi disini kondusif! Kami semua sedang bersedih, saya mohon untuk kelapangan hatinya agar jangan membuat kegaduhan."
"Iya!" Dimas pun menarik tangan Mita, "Ayo pergi, Mita!"
"Enggak mau, Mas! Aku mau tetap disini!" Mita memberontak.
Akhirnya demi ketenangan, Ahmad membantu Dimas menarik tubuh Mita keluar dari rumah. Dianti ikut keluar, karena tak ada lagi yang berada di pihaknya.
Setelah situasi kondusif, mereka berunding tentang mengadakan acara pengajian malam nanti.
Izy sudah berada di kamar, ditenangkan oleh Yasmin. Sementara Bu Arum baru saja tidur setelah capek menangis, Shanum menyelimuti ibunya lalu keluar kamar.
Shanum menuju ruangan tengah untuk membantu para tetangga menyiapkan pengajian nanti malam, mereka sedang menyiapkan kue-kue kering untuk disajikan.
"Mbak Shanum," panggil seseorang, tak lain adalah El Zero.
"Ya, Mas. Mas nya sejak Ayah meninggal terus bantu-bantu ya, makasih ya Mas."
"Iya, sama-sama. Kamu nggak kenal saya?"
Shanum mengerenyitkan kening, ia sama sekali tak mengenal laki-laki di depannya itu.
"Saya yang nabrak mobil kamu beberapa minggu lalu, sudah ingat?"
"MasyaAllah, kamu sehat Tuan?"
"Nama saya El Zero, panggil saya El aja."
"Iya Mas El, Alhamdulillah kamu sehat setelah kecelakaan ya. Kamu sempat menelepon untuk masalah perbaikan mobil saya, tapi saya belum sempat menelepon balik. Maaf ya, Mas El."
"Nggak apa-apa, saya masih berhutang banyak sama kamu."
"Jangan begitu, Mas. Saya nggak masalahin mobil, lagian... mobilnya udah selesai diperbaiki."
"Sebenarnya, saya juga relasi bisnis Pak Agam. Kami berdua sering bertemu, selain untuk membahas bisnis juga membahas tentang kamu."
"Bahas tentang saya? Ayah?"
"Iya, perihal itu nanti saya bicarakan lagi pada kamu. Tapi, ngomong-ngomong... kamu beneran nggak kenal saya, mungkin kita adalah kenalan di beberapa tahun ke belakang."
Shanum masih menggeleng, tiba-tiba saja El Zero memakai kacamata baca lalu membuat rambut rapihnya membentuk rambut lelaki cepu. Dia pun mengancingkan kemeja sampai ke leher, terlihat berbeda dengan El Zero yang berwibawa dan tampan.
"M-mas El? Yang dulu sama-sama magang sama aku di perusahaan elektronik?!" Shanum akhirnya mengenali pria itu.
"Exactly! Tepat banget!"
"MasyaAllah Mas, kamu berubah! Aku jadi nggak ngenalin kamu."
El Zero tersenyum lembut, dulu ia adalah anak yang terbuang yang akhirnya ditemukan kembali oleh sang Ayah pemilik perusahaan yang kini diturunkan padanya. Dulu, ia hanya orang dari kalangan bawah yang melamar pekerjaan dan magang di perusahaan lain dan berteman dengan Shanum. Wanita yang pernah ia sukai, Shanum!