NovelToon NovelToon
CINTA DI LUAR NASKAH

CINTA DI LUAR NASKAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Percintaan Konglomerat / Cinta Paksa / Enemy to Lovers / Slice of Life / Kekasih misterius
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Agura Senja

Alexa Beverly sangat terkenal dengan julukan Aktris Figuran. Dia memerankan karakter tambahan hampir di setiap serial televisi, bahkan sudah tidak terhitung berapa kali Alexa hanya muncul di layar sebagai orang yang ditanyai arah jalan.

Peran figurannya membawa wanita itu bertemu aktor papan atas, Raymond Devano yang baru saja meraih gelar sebagai Pria Terseksi di Dunia menurut sebuah majalah terkenal. Alexa tidak menyukai aktor tampan yang terkenal dengan sikap ramah dan baik hati itu dengan alasan Raymond merebut gelar milik idolanya.

Sayangnya, Alexa tidak sengaja mengetahui rahasia paling gelap seorang pewaris perusahaan raksasa Apistle Group yang bersembunyi dibalik nama Raymond Devano sambil mengenakan topeng dan sayap malaikat. Lebih gilanya lagi, pemuda dengan tatapan kejam dan dingin itu mengklaim bahwa Alexa adalah miliknya.

Bagaimana Alexa bisa lepas dari kungkungan iblis berkedok malaikat yang terobsesi padanya?


Gambar cover : made by AI (Bing)
Desain : Canva Pro

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agura Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kejutan

"Jadi, Mama sudah di rumah?" Alexa terduduk lemas di sebuah bangku, ponsel di telinga kirinya sedang terhubung pada ibunya. "Padahal aku sudah berlari dengan kekuatan penuh dari mall."

"Ya kan, salahmu sendiri telepon dan pesan Mama diabaikan?"

Jawaban dari wanita di seberang membuat Alexa merengut. Bukannya sengaja mengabaikan. Tadi kan, ia sibuk mengobrol dengan Paman tampan.

"Ya sudah, aku pulang sekarang. Mama di rumah utama, kan? Tidak ke apartementku?" Alexa bertanya, khawatir ibunya malah pergi ke apartement dan harus menunggu di luar sampai Alexa datang.

"Iya, di rumah. Kau ke sana bersama Alena juga, kan, Lexa?"

Alexa segera mengangguk meski tahu ibunya tidak bisa melihat. "Aku meninggalkan Alena untuk memarkirkan mobil dan berlari ke dalam bandara duluan. Tuh, anaknya baru datang!"

Alexa melambai, berusaha tersenyum saat melihat keringat membanjir di dahi wanita yang baru saja sampai.

"Di mana Bibi Valisha?" tanya Alena setelah sampai di hadapan Alexa. Napasnya terengah. "Kita tidak terlambat, kan? Seharusnya sih, tidak."

Alexa menyodorkan ponsel yang masih terhubung dengan Valisha, membiarkan Alena mengerutkan kening sembari menerima ponsel.

"Bibi Valisha?" sapa Alena langsung, tahu bahwa orang yang sedang terhubung di seberang telepon adalah Valisha. "Bibi di mana? Apa pesawatnya terlambat?"

Terdengar dengkusan Valisha di seberang. "Pesawatnya sudah lepas landas lagi, bosan menunggu kalian tidak datang-datang."

Hah? Alena melirik pada Alexa. Wanita itu malah meletakkan kepala di sandaran kursi, mengabaikan tatapan Alena.

"Bibi sudah sampai sejak empat jam lalu dan sudah di rumah. Kalian, sih, punya ponsel, tapi tidak berguna. Harusnya dibuang saja kalau tidak dihidupkan notifikasinya."

Ugh! Omelan wanita di seberang membuat Alena meringis. "Bibi mengubah jadwal keberangkatan dari sana?" tanyanya.

"Hm, saat kalian sibuk entah apa, Bibi ingin cepat-cepat pulang karena rindu. Tapi, sepertinya hanya Bibi yang merindukan kalian, anak-anak?"

"Maaf," ucap Alena pelan. "Aku juga merindukan Bibi Valisha. Ya sudah, kami akan segera pulang. Di rumah utama, kan?"

Alena mematikan panggilan setelah mendapat jawaban Valisha dan menyerahkan kembali ponsel pada si empunya.

"Ayo pulang, Bibi bilang harus makan malam bersama."

Alexa merengut. "Jalan kaki? Tidak ada kendaraan dari sini ke tempat parkir?"

***

"TADI MAMA BILANG PULANG KE RUMAH UTAMA?!" Alexa tidak tahan selain berteriak gemas. Pasalnya setelah ia dan Alena akhirnya sampai ke kediaman utama, Serra justru mengatakan bahwa Valisha tidak pulang ke sana melainkan menunggu di apartement mereka.

"Tadi sempat mampir, sih, sebentar. Hanya mengantar koper dan barang-barang saja, setelah itu langsung pergi lagi, katanya mau melihat seperti apa rumah kalian kalau dikunjungi secara mendadak."

Penjelasan yang diucap dengan senyum anggun oleh Serra membuat Alena dan Alexa menepuk dahi.

"Belum terlalu lama, kok. Kalau kalian bergerak cepat, mungkin masih bisa mencegah Valisha membuka apartement kalian dan melihat kekacauan di dalamnya." Serra terkekeh lucu, menikmati wajah pias dua putrinya. Yah, bukan hanya Serra yang memiliki dua putri. Bagi Alena dan Alexa, mereka juga mempunyai dua ibu.

Kalau Serra menggunakan cara yang lembut sambil tersenyum ketika memarahi dua wanita itu, maka Valisha adalah kebalikannya. Alena dan Alexa harus menyiapkan telinga untuk mendengar semua omelan yang akan dilontar Valisha.

"Keadaan rumah tadi bagaimana, ya?" Alena mengingat-ingat, netranya tampak berkaca saat tumbukan piring kotor terbayang di benaknya. "Bekas makan malam kemarin belum dicuci," ucapnya lemah.

"Sepertinya aku melihat sarang laba-laba di bawah meja tadi. Astaga, kapan terakhir kali kita bersih-bersih rumah?" Alexa siap menangis, membayangkan ibunya menempelkan jari telunjuk pada meja dan perabotan di sana, penuh debu dan tidak terawat. "Kita akan selamat, kan?" tanyanya tidak yakin.

"Sejak awal kalau kalian memang tidak sanggup merawat apartement sekecil itu, harusnya bawa setidaknya dua pelayan. Pasti Valisha akan mengatakan hal itu, kan?" Serra tertawa anggun, merasa seru hanya dengan membayangkan putri-putrinya jongkok di dekat tembok sambil mengangkat kedua tangan, mendengar omelan Valisha.

"Sejak kapan Bibi Valisha ke apartement?" tanya Alena cepat, berharap masih bisa membeli waktu hingga bisa mengejar Valisha.

"Sekitar dua puluh menit lalu. Tadi ia ke sini hanya mengantar barang-barangnya saja dan langsung pergi."

Alena mengerutkan kening. "Tapi, Bibi bilang sudah mendarat sejak empat jam lalu. Jarak dari bandara ke sini, kan, tidak sejauh itu, tapi kenapa bisa baru sampai?"

Serra kembali tertawa mendengar nada tajam putrinya, apalagi melihat wajah bingung Alexa. "Valisha bilang sempat melihat mobil kalian saat taksinya keluar dari bandara."

"Kita dikerjai, kan?" Alexa nyaris kembali ingin menangis, tapi wajah lelahnya segera berubah menjadi keterkejutan saat Alena menarik paksa lengannya.

"Masih ada kesempatan mencegah Bibi Valisha masuk!" ujar Alena seraya menarik paksa Alexa. "Dah, Ma, sampai nanti!" Alena berpamitan tanpa melepaskan tangan Alexa, sedikit berlari menghampiri mobil.

***

Wanita bersurai hitam panjang tersenyum lebar saat menempelkan kartu persegi berwarna hitam dan memasuki lobi apartement putri-putrinya. Valisha yakin dua wanita itu sedang dalam perjalanan menyusulnya ke sini.

"Alena pasti menggunakan bakatnya sebagai pembalap untuk mengejar waktu." Valisha bergumam, kekehannya terdengar saat wanita itu memasuki lift dan menekan tombol bertuliskan angka 14.

Netra coklat madu wanita itu melirik arloji di pergelangan tangan. Senyumnya semakin lebar. Sebenarnya ia tidak berniat memasuki kediaman Alena dan Alexa, apalagi sampai melakukan inspeksi dadakan. Valisha hanya senang mengerjai dua gadis itu.

Rencana Valisha adalah menunggu putri-putrinya di depan pintu apartement sembari bersedekap. Ia yakin Alena dan Alexa akan berlari, lalu keluar dari lift dengan wajah pucat pasi. Membayangkannya saja sudah menyenangkan!

Ting! Bunyi khas itu menyadarkan Valisha bahwa ia sudah sampai pada lantai yang dituju. Wanita yang baru genap berusia empat puluh satu tahun itu segera mengangguk ramah pada dua penjaga di depan lift.

"Selamat datang, Nyonya." Salah satu penjaga menyapa dengan sopan. "Maaf sebelumnya, tapi Nona Alexa dan Nona Alena sedang tidak ada di rumah."

"Aku tahu," ucap Valisha sembari tersenyum. "Mereka masih di perjalanan, sebentar lagi juga datang."

"Baiklah kalau begitu. Sekali lagi selamat datang kembali ke Moskow, Nyonya Valisha."

Valisha mengangguk tanpa melepas senyum ramahnya. Wanita itu kembali berjalan setelah membungkuk sekali lagi pada dua penjaga di depan lift.

"Hmm ... mereka tinggal di 1401 atau 1402, ya?" Valisha melihat kartu cadangan di tangannya. Bibirnya membulat setelah melihat angka 1401 tertera di sana.

"Baiklah, sekarang waktunya menunggu--" Valisha terhenyak, langkahnya mendadak terhenti saat melihat seseorang berdiri di hadapannya.

Edgar yang juga baru datang beberapa saat lalu dan akan memasuki apartement, menghentikan langkah saat mendengar suara lift terbuka. Ia pikir dua wanita yang ditemuinya tadi sudah pulang. Edgar berniat menyapa sebentar, berbasa-basi menanyakan ke mana dua wanita itu akhirnya pergi untuk mencari udara segar. Tapi, seseorang yang keluar dari lift, menyapa dan tersenyum pada penjaga adalah wanita yang tidak pernah lagi dilihatnya sejak sangat lama.

"Vallen?" Edgar memanggil, suaranya bergetar.

Valisha mundur selangkah, jantungnya terasa terjun bebas saat melihat wajah yang tidak pernah ingin dilihatnya lagi. Kenapa laki-laki itu ada di sini, di lantai yang sama dengan Alexa?

"Vallen, ini aku. Kau ke mana saja?" Edgar melangkah maju, kembali memanggil dengan suara tercekat. Ia merindukan wanita di hadapannya. Seseorang yang menggenggam hatinya sejak sangat lama.

"Saya bukan Vallen. Anda sepertinya salah orang." Valisha menelan ludah pahit. Meski ia menyangkal, gemetar di suaranya tidak bisa berbohong. Kenapa mereka harus bertemu di sini dari semua tempat?

Valisha hanya ingin mengerjai putrinya, memberi kejutan menyebalkan untuk Alexa dan Alena, tapi kenapa justru ia yang mendapat kejutan?

"Kau pikir aku lupa wajahmu? Dua puluh lima tahun lebih aku mencari keberadaanmu, tapi tidak pernah kutemukan. Sebenarnya kau ke mana saja? Aku menunggumu." Edgar kembali berjalan mendekat, perasaan rindu yang membuncah di dadanya membuat pria itu tidak memikirkan hal lain. Ia hanya ingin memeluk kekasihnya meski hanya sebentar. "Aku merindukanmu--"

"MAMA!"

Panggilan keras itu membuat Edgar berhenti melangkah, menoleh pada seorang wanita yang baru saja keluar dari arah pintu darurat.

Alexa merasa napasnya akan habis. Ia berlari seperti orang gila dari lantai satu hingga empat belas, tidak bisa lagi menunggu lift yang tidak turun-turun. Tidak sia-sia hobinya berolahraga selama ini, Alexa datang tepat waktu. Keringat membanjir di kening wanita itu. Alena yang tidak memiliki stamina sebanyak Alexa memilih menunggu lift dengan sabar.

"Haah ... syukurlah Mama belum masuk!" ujar Alexa seraya menghela napas lega. "Maksudku, selamat datang, Ma!" Alexa tertawa kecil, menghampiri ibunya dengan senyum lebar.

Wanita itu terlalu lelah untuk memperhatikan situasi tidak menyenangkan di sekitar Valisha dan Edgar. Alexa langsung masuk ke dalam pelukan ibunya tanpa basa-basi. "Aku kangen Mama!" serunya sembari mengeratkan pelukan.

"Mama?"

Suara yang saran akan keterkejutan itu menyadarkan Alexa. Wanita itu menoleh pada Edgar. Eh , sejak kapan tetangga barunya itu ada di sana?

"Halo, Paman!" sapa Alexa, cerah seperti biasa. "Perkenalkan, ini Mamaku."

Wanita bersurai panjang itu tersenyum, ada kebanggaan di binarnya saat memperkenalkan Valisha sebagai ibunya.

Sekarang tidak hanya Valisha yang mendapat kejutan dengan kehadiran tiba-tiba seseorang dari masa lalunya.

Padahal Edgar sudah menyiapkan banyak kata, melatih berbagai kalimat, berniat menjelaskan apa saja saat bertemu lagi dengan wanita yang dicintainya. Ia hanya ingin mengatakan rindu, tapi ada seorang gadis yang memanggil wanitanya dengan sebutan Mama.

'Apa kau meninggalkanku dan menikah dengan pria lain?' Edgar membatin kecewa.

1
aca
hadeh np valisa g jujur aja
Siti Nina
Satu kata menarik ceritanya,,,👍
Anawahyu Fajrin
aku tunggu selanjutnya ya,,, up yg banyak ya Thor😍😍
Agura Senja: Akan up setiap hari ya~~ terima kasih sudah membaca 😍
total 1 replies
Anawahyu Fajrin
Raymond luar biasaaaaa
Anawahyu Fajrin
jangan bilang....
Anawahyu Fajrin
ceritanya bagus banget Thor,,bikin nagih
Agura Senja: Makasih sudah mampir dan kenalan dengan Alexa~ 🫶
total 1 replies
Lestari Andrian
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!